Monday, January 21, 2019

Disabilitas Netra UPT RSBN MALANG juga Bisa Membuat Telur Asin Lhooo...

Memilih telur asin yang sehat, bagus dan tidak retak
Disabilitas netra wajib melatih kepekaan indranya, salahsatunya dalam proses mencuci telur sebagai langkah awal pembuatan telur asin

Proses membimbing disabilitas netra untuk membungkus telur asin dengan adonan secara hati-hati


Membimbing disabilitas netra satu per satu untuk berlatih membungkus adonan dengan kepekaan dan kehati-hatian yang tinggi sehingga pada saat meratakan adonan, telur tidak pecah atau retak

Setiap praktek sudah dimaksimalkan unsur kepekaan dan kehati-hatian namun tidak dapat dipungkiri selalu ada yang retak / pecah saat pencucian telur dan pembungkusan telur dengan adonan

Kelebihan adonan telur asin yang telah dipakai dapat disimpan dengan rapi dalam wadah tertutup


Telur Asin yang telah dibungkus adonan hasil praktek disabilitas UPT RSBN Malang


Saturday, November 10, 2018


Sebuah studi kasus : GANGGUAN KONSENTRASI SEBAGAI SALAH SATU CIRI ATTENTION DEFICIT DISORDER PADA DISABILITAS NETRA

Ditulis oleh Dra. Ismi Wardani, Pekerja Sosial Madya UPT RSBN Malang

2018



Cowok kerempeng dengan tinggi 163 cm yang senantiasa tampil ceria dan penuh gerak itu bernama Win, lahir 36 tahun lalu di Kabupaten Banyuwangi

Win telah berstatus yatim ini lahir dari sebuah keluarga besar sebagai anak ke 10 dari 10 bersaudara, anak pasangan buruh tani di Banyuwangi. Sebagai anak bungsu, Win tidak sempat bermanja kepada kakak-kakaknya, namun demikian Win mendapatkan curahan perhatian dan kasih sayang yang luas dari ibu dan kesembilan kakaknyan yang rata-rata menjadi buruh tani di Banyuwangi.

Win mengalami tunanetra total sejak lahir, dengan kelopak mata berbentuk terbuka dan bola mata putih. Walaupun Win berperawakan kurus dengan berat badan tidak pernah lebih dari 46 kg, namun kondisi kesehatan Win secara umum sehat. Win yang memiliki rambut hitam berombak, dan berkulit sawo matang cenderung gelap ini sangat jarang sakit, tubuhnya juga terlihat tangguh. 

Secara psikologis Win memiliki tipe kepribadian ekstrovert dimana Win selalu terbuka dengan orang lain, menyampaiakan sesuatu hal dengan cara yang baik serta memiliki keberanian dalam mempertahankan keyakinannya. Gaya bicara Win sangat lantang dan cenderung agresif, namun kondisi ini tidak mempengaruhi  pola pergaulan Win.

Dalam berjalan Win memiliki sikap tubuh yang tegak, dengan pola stereotip blindism yang hampir selalu ditampilkan berupa menggoyang-goyangkan tangan kanannya, tertawa dengan muka menengadah kea rah kanan. 

Win juga lebih suka mengutarakan secara langsung semua kesulitannya baik kepada Pekerja Sosial  ataupun kepada instruktur yang berkaitan dengan bimbingan ketrampilan yang belum dikuasainya. Demikian juga jika melakukan sebuah kesalahan Win hanya diam mendengarkan ketika dimarahi namun setelah itu Win akan menjelaskan duduk persoalan dengan gayanya yang khas tanpa bermaksud membela diri dan cepat meminta maat dengan gayanya yang khas “nggih sepuntene”, tawanya yang lebar tak pernah ketinggalan.

Win memang sangat ekspresif, sangat jarang Win terlihat diam dan melamun karena sedih, Win hanya sedih jika bertengkar dengan teman atau diolok-olok teman. Pada saat ada gesekan dengan teman, Win sering mengambil sikap santai di depan temannya, namun setelah itu Win akan langsung curhat kepada Pekerja Sosial.

Dalam pergaulan sosial, Win bergaul dengan semua teman tanpa memilih – milih teman. Walaupun kelihatannya cara berpakaiannya tidak rapi namun itu semua karena Win jarang mendapatkan baju dan celana yang pas ukurannya dengan pinggangnya yang sangat kecil.

PERMASALAHAN



Win sebenarnya adalah anak ke 13 dari 13 bersaudara, namun 3 orang kakak Win meninggal dunia di usia yang sangat dini. Ayah Win meninggal saat Win berusia 6 tahun dan untuk menghidupi keluarganya, ibu Win berkerja sebagai buruh tani didesanya. Penghasilan ibunya dapat dikatakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara sederhana, walaupun tidak kaya tetapi Win tidak sampai merasakan kekurangan dalam segi ekonomi.

Pada tahun 1982, ibu Win berangkat transmigrasi ke Kalimantan dimana pada saat tersebut ibu Win tidak mengetahui jika sedang mengandung. Begitu merasa jika mengandung, beliau memutuskan untuk memeriksakan kandungannya ke dukun. Ibu Win sesungguhnya tidak menginginkan kelahiran Win, dikarenakan sudah terlalu banyak memiliki anak, sehingga beliau berusaha menggugurkan kandungannya yang pada saat itu telah menginjak lebih 1 (satu) bulan, namun Allah berkehendak lain, usaha ibu Win untuk menggugurkan Win tidak berhasil.

Pada saat melahirkan, ibu Win mengalami pendarahan hebat namun Win dapat dilahirkan dengan selamat. Pada saat Win berumur 3 bulan, ibu Win baru mengetahui bahwa Win mengalami gangguan penglihatan (cacat netra) namun ibu Win tetap tidak percaya jika anaknya mengalami tunanetra, ibu Win tetap mencari pengobatan ke banyak orang pintar dan pengobatan alternatif hingga Win berusia 3 tahun lebih, namun tidak membuahkan hasil apapun. Win divonis tidak dapat disembuhkan. Win pun mengalami depresi dan minder selama masa kecilnya.

Pada umur tiga belas tahun Win yang senang mendengarkan radio mulai berkomunikasi dengan teman sesama disabilitas yang dikenalnya di radio sehingga akhirnya Win memiliki keinginan untuk sekolah di Sekolah Luar Biasa, namun keinginan ini mendapat tentangan dari ibu Win. Win menurut. Pada usia 16 tahun, Win mulai menjadi sosok yang aktif berkomunikasi di udara. Win mulai menjadi pribadi yang sadar bahwa ia tidak boleh hidup bergantung pada orang lain. Win juga sangat berkeinginan untuk membantu perekonomian keluarga. Win juga mulai memiliki cita-cita mulia yang sering ditanggapi dengan tertawa orang-orang di sekitarnya, Win berkeinginan untuk dapat membantu menyantuni anak-anak yatim seperti dirinya.

 Pada awal tahun 2006 Win mendengar tentang sekolah untuk disabilitas netra gratis di kota Malang, namun informasi lengkap masih belum bisa didapatkan. Saat itu sudah muncul keinginannya untuk sekolah. Win terus mencari tahu hingga pada akhir tahun 2007 diperoleh informasi lengkap tentang sekolah gratisnya yang bernama UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang sebagai satu-satunya panti untuk tunanetra milik pemerintah Provinsi Jawa Timur yang tidak di pungut biaya apapun.

Win sangat bersemangat sampai akhirnya keluarganya mendukung dan mengantar Win masuk ke UPT RSBN untuk pertama kali pada tahun 2008.

Namun semangat Win dari hari ke hari berangsur pudar, pada hari-hari awal, Win selalu menangis karena kangen ibunya. Win merasa tidak kerasan, dan rasa kangen kepada ibunya tidak dapat ditahan oleh motivasi apapun juga. Seluruh Pekerja Sosial, Pembina Wisma, Instruktur bahkan para pegawai telah memberikan motivasi secara terus menerus, namun Win tetap tidak kerasan sehingga Win dijemput keluarganya setelah 3 bulan berada di UPT RSBN Malang.

Walaupun Win berada di rumah, namun Pekerja Sosial tetap menjalin komunikasi intensif dengan Win hingga Win mulai termotivasi untuk kembali ke UPT, dan kembalilah Win ke kota Malang kembali. Namun ternyata hidup terpisah dari ibu yang selama ini selalu merawat dan melayaninya merupakan sebuah tantangan tersendiri yang tak mudah ditakhlukkan. Kembali Win merasa tidak kerasan dan hari-hari Win kembali dipenuhi dengan tangis kerinduan sampai akhirnya Win dipulangkan kembali.





MOTIVASI DAN EDUKASI KELUARGA

Pekerja Sosial kembali melakukan komunikasi intensif dengan Win, ibu dan kakaknya. Dengan melakukan edukasi terhadap keluarga Win ini, Pekerja Sosial berharap dapat meningkatkan pemahaman keluarga bahwa dengan berhasilnya Win meraih kemandiriannya, maka beban subjektif keluarga saat keluarga mulai lanjut usianya akan sangat menurun. Pendekatan terhadap keluarga Win ini sangat penting karena dengan kejadian tidak kerasannya Win sampai 2 kali pulang, salah satu penyebabnya adalah rasa kangen terhadap keluarga.

Edukasi keluarga merupakan salah satu bentuk intervensi terapi psikososial yang ditujukan untuk menambah pengetahuan keluarga tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh Win dan meningkatkan fungsi social Win dalam lingkungannya. Dalam edukasi ini disampaikan serangkaian kegiatan yang akan diperoleh Win di panti, kesulitan dan karakteristik belajar Win, prediksi dan gambaran masa depan Win jika berhasil belajar di UPT, cara memotivasi Win jika suatu saat Win mengeluh tidak kerasan lagi, serta kemampuan yang dimiliki keluarga untuk mendukung Win menuju keberhasilannya. Edukasi tidak hanya dilakukan kepada keluarga saja, namun juka kepada Ketua Himpunan Disabilitas Banyuwangi sebagai significan other Win dalam rangka penyiapan, penerimaan dan dukungan organisasi terhadap Win.
Dengan edukasi keluarga ini diharapkan orangtua dapat memahami permasalahan yang sedang dihadapi dan mengetahui bagaimana cara menghadapi Win agar Win  dapat diberdayakan dan digali potensinya, agar Win dapat hidup tanpa membahayakan dirinya sendiri dan agar Win seminimal mungkin tergantung pada orang lain. Pekerja Sosial juga mencarikan alternatif penyelesaian dengan menghubungkan ke sistem sumber yang sesuai dengan kebutuhan Win.
Pekerja Sosial terus memberikan edukasi dan motivasi jarak jauh sampai Win bangkit dan ingin kembali mencoba “sekolah” namun keinginannya ini kali ini tidak dapat segera terpenuhi karena saat itu kondisi di UPT sudah penuh sehingga Win harus menunggu.


Sampai pada tahun 2010, Pekerja Sosial mengikuti kegiatan Deteksi Dini Penyandang Cacat yang diadakan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur di Kabupaten Banyuwangi, dimana ternyata lokasinya di kecamatan tempat Win tinggal.

Sebuah kejutan yang menyenangkan karena Pekerja Sosial berkesempatan secara langsung untuk bertemu Win, memberikan motivasi dan penguatan kepada ibu dan saudara-saudara Win, memberikan waktu bagi keluarga untuk merenungkan masa tua mereka jika Win tidak mandiri hingga akhirnya Win didukung oleh seluruh keluarganya telah mantab untuk belajar lagi di UPT RSBN Malang.

Pekerja Sosial langsung mengisikan formulir pendaftaran, menjelaskan syarat-syarat serta langsung memintakan rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten Banyuwangi. Namun demikian Win tetap  harus menunggu karena panti dalam kondisi penuh. Selama menunggu, Pekerja Sosial terus menjalin komunikasi intensif dengan Win, apalagi Win sudah memiliki HP yang dilengkapi talkback untuk membaca pesan yang sampai untuknya sehingga komunikasi lebih intensif melalui sms tanpa harus telephon.



KEMBALI LAGI KE KOTA MALANG

Akhirnya pada bulan Desember 2010 Win mendapatkan panggilan untuk datang ke UPT RSBN Malang. Walaupun Win sudah sangat ingin langsung datang ke Malang pada kesempatan pertama pada tanggal 5 Januari 2011, namun ternyata ada keluarga yang meninggal sehingga keberangkatannya tertunda hingga pada tanggal 1 Pebruari 2011 baru bisa sampai kota Malang. Win ditempatkan di wisma Wijaya Kusuma mengingat Win sudah merasa kerasan di wisma tersebut.



TAHUN PERTAMA , Win kembali mengikuti program rehabilitasi di UPT RSBN Malang, Win ditempatkan pada program bimbingan kelas Persiapan A yang diperuntukkan bagi klien pemula yang belum pernah bersekolah dan mereka yang belum mengetahui, memahami, menguasai ketrampilan sosial dasar untuk dapat berfungsi social. Ketrampilan dasar yang harus dikuasai adalah activity daily living (ADL), orientasi dan mobilitas (OM) dan baca tulis braille (BTB), sesuai dengan kondisi Win yang belum pernah bersekolah sama sekali.

Win telah dibimbing agar dapat mandiri dan mengembangkan potensi dalam dirinya melalui bimbingan mental, fisik dan ketrampilan. Win memperoleh pelajaran agama, bimbingan mental yang bekerjasama dengan Kementrian Agama.



TAHUN KEDUA : Kegiatan ekstra kurikuler berupa pengajian, yasinan, tahlilan dan peringatan hari besar Islam. Win sangat tertarik dengan music sehingga Win aktif mengikuti latihan Hadrah hingga mahir dan dapat memperkuat Tim Hadrah Matahati UPT RSBN Malang untuk tampil dalam berbagai kegiatan di luar UPT.Win juga memperoleh bimbingan sosial agar Win dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tata tertib panti, mengenal norma hidup bermasyarakat, mengenal dan mengendalikan emosi, penerapan ketrampilan hidup sehari – hari secara mandiri, dalam hal ini Win harus banyak diingatkan untuk menjaga intensitas dan volume bicara karena Win termasuk suka bicara dan suka membantu orang lain.

Win juga mengikuti kegiatan bimbingan ketrampilan kerja dan mempertahankan diri dalam masyarakat yang diperoleh melalui bimbingan activity daily living (ADL), orientasi dan mobilitas (OM) dan baca tulis braille (BTB) serta ketrampilan kerja berupa kerajinan tangan.

Dua tahun pertama dan kedua ini dilalui Win dengan rasa tidak kerasan yang timbul tenggelam. Rasa kangen dengan ibu sangat mendominasi hari-hari klien, namun dengan pendampingan dan motivasi secara terus menerus maka rasa kangen ini dapat ditekan. Apalagi jika diingatkan kegagalan Win di UPT RSBN pada masa lalu serta dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya dahulu yang telah lulus, dapat membuat Win secara perlahan mulai mantab untuk mengubah nasibnya, Win mulai merasa benar-benar kerasan di Panti.



TAHUN KETIGA , hubungan Win dengan teman- temannya sudah sangat akrab, jarang terjadi pertengkaran dengan teman dan jika terjadi salah paham dengan teman, Win lebih banyak mengalah dan segera minta maaf. Apabila ada temannya melakukan kesalahan terhadap dirinya, Win sangat ringan dan terbuka untuk segera memaafkan walaupun Win dirugikan. Win sangat banyak bicara dan senang mengawali pembicaraan dengan orang lain, Win selalu mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu kegiatan yang baik dengan sesama teman, pembimbing maupun pengasuh. Walaupun banyak bicara namun Win selalu bersifat sopan dan mengalah.

Win rajin mengikuti kegiatan dan mematuhi tata tertib panti. Kondisi fisik Win selama di UPT sangat baik, Win jarang sakit dan jika sakit hanya sakit pusing, flu, batuk dan pilek yang bisa diatasi dengan obat yang tersedia di UPT ataupun berobat ke Puskesmas.

Pada akhir tahun ke-3 Win tetap belum menguasai huruf braille sehingga Win harus menghafalkan semua materi bimbingan yang berupa teori dengan cara direkam.





TAHUN KEEMPAT, Win memiliki hubungan yang baik dengan ibu dan saudara – saudaranya yang lain. Sebagai bungsu dari 10 bersaudara, Win termasuk anak yang berlimpah perhatian karena dalam keluarga besar hanya Win yang mengalami disabilitas netra sejak kecil.

Win beragama Islam sejak kecil, menjalankan sholat lima waktu secara rutin walaupun tidak ke masjid, berjamaah di masjid secara rutin pada saat sholat Jum’at. Win baru sholat berjamaah di masjid jika sudah mendapatkan bimbingan dari Pekerja Sosial.

Jika kemampuan sosialnya sangat bagus, maka dari sisi penguasaan materi bimbingan ketrampilan, Win sangat lambat dalam merespon materi bimbingan. Untuk mempelajari tulisan braille dalam papan petak braille, klien baru dapat merangkai kata selama 2 tahun penuh, sedangkan masa tinggal di dalam Panti dibatasi maksimal hanya sampai 5 tahun. Pekerja Sosial telah melakukan berbagai macam treatmen untuk meningkatkan daya serap Win terhadap materi bimbingan, remedial teaching telah dilakukan secara simultan selama 3 bulan, klien tidak dapat juga menguasai materi sehingga dengan terpaksa Win diberikan program rehabilitasi yang tanpa menggunakan braille.

Selama berada di UPT RSBN Malang, Win telah mendapatkan hampir semua materi yang meliputi Baca Tulis Braille, Orientasi Mobilitas, Activity Daily Living, Home Industri, Kerajinan Tangan, Teori Anatomi, dan ketrampilan pijat Massage. Jika kemampuan Win dalam Baca Tulis Braille, tidak dapat berkembang, maka kemampuan Win dalam ketrampilan praktis dan motorik kasar lainnya tidak ada masalah sepanjang tidak harus menghafalkan teori dan pengertian. Dalam praktek orientasi dan mobilitas tidak ada masalah, sedangkan dalam ketrampilan activity daily living Win mengalami kesulitan dalam mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu, menali gurita untuk bayi, serta mengalami kesulitan juga dalam memasukkan benang ke dalam jarum.

Dalam ketrampilan home industri dan kerajinan tangan Win cukup aktif, namun dalam menangkap teori anatomi Win hanya mampu mengerti untuk dirinya sendiri namun tidak dapat menjelaskan kepada orang lain, kondisi ini terlihat manakala Win dapat menguasai ketrampilan pijat massage dengan cukup baik dan stabil tekanan pijatnya.

Dalam penguasaan semua bimbingan ketrampilan yang diberikan secara teori, Win sangat sulit menguasainya karena pada saat diberikan materi bimbingan, Win tidak dapat menjaga konsentrasinya, Win sedikit-sedikit bertanya dan berbicara dengan teman. Kondisi ini menyebabkan semua penguasaan teorinya bernilai rendah dan kurang, namun dari segi praktek Win sangat percaya diri. Jika diajak praktek orientasi dan mobilitas di luar panti dan di jalan raya ataupun setiap dua minggu sekali jalan sehat di sekeliling lingkungan UPT, Win sangat senang dan bersemangat sekali mengikutinya. Pada saat jalan sehat ini, Win selalu memotori temannya untuk menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat selama perjalanan keliling lingkungan UPT sehingga suasana jalan sehat menjadi semarak. Demikian pula di bidang ketrampilan pijat massage,  secara teori Win hanya pas - pasan (rendah) namun dalam praktek pijat Win cukup menguasainya. Win juga sangat bersemangat belajar praktek pijat pada waktu jam bimbingan dan secara sukarela mau menolong siapa saja yang perlu pemijatan dengan senang hati.






HASIL OBSERVASI

Hal-hal yang berhasil diobservasi dari Win berada di lembaga adalah :

1.      Win kesulitan dalam kegiatan pembelajaran Orientasi dan Mobilitas, karena Win sering mengobrol dan tidak memperhatikan tanda-tanda sewaktu berjalan.

2.      Win selalu mengobrol dengan teman Win ketika bertemu dijalan maupun di wisma.

3.      Win sering mengobrol pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4.      Win mengalami kesulitan menghafal huruf braille.

5.      Win masih bingung dan kesulitan saat praktek mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu dan menali gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam jarum.

6.      Win cenderung emosional dan sangat sensitif terhadap kritikan, namun Win dapat menahan diri untuk tidak meluapkan kemarahan.

7.      Win sering merasa khawatir, takut, sering mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.Saat selesai sholat, klien selalu mengajak teman bicara saat yang lain membaca dzikir.

Dari ketujuh gejala masalah tersebut, masalah yang paling menonjol pada Win adalah gangguan konsentrasi belajar sebagai salah satu gejala attention deficit disorder (ADD).



MENGENAL ATTENTION DEFICIT DISORDER

 Gangguan konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian). Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk atau singkat dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD terutama merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas.

Attention deficit disorder (ADD) yang biasa diterjemahkan menjadi gangguan perhatian defisit menurut ensiklopedia bebas Wikipedia,  merupakan salah satu dari tiga subtipe dari attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Istilah ini secara resmi berubah pada tahun 1994. Dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV) untuk "ADHD didominasi lalai" (ADHD-PI atau ADHD-I), meskipun gangguan perhatian defisit juga masih banyak digunakan.

Attention deficit disorder mirip dengan subtipe lain ADHD yang ditandai dengan oleh kurangnya perhatian, gangguan konsentrasi, disorganisasi, penundaan, dan pelupa, di mana hal itu berbeda dalam kelesuan, kelelahan , dan mengalami gejala lebih sedikit atau tidak ada hiperaktif atau impulsif khas ADHD subtipe lainnya.



PENGERTIAN GANGGUAN KONSENTRASI

Konsentrasi adalah kecakapan yang bisa diajarkan oleh para orang tua dan guru (Obert Dilts & Jenifer Dilts dalam http://digilib.unnes.ac.id) Konsentrasi juga mengandung pengertian memusatkan pikiran untuk melakukan sesuatu.

Menurut Supriyo (2008, 103) konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Siswa yang tidak dapat konsentrasi dalam belajar berarti tidak dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Konsentrasi dalam belajar akan menentukan keberhasilan belajar oleh sebab itu maka setiap pelajar perlu melatih konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari.



CIRI-CIRI GANGGUAN KONSENTRASI

Jika anak ADHD biasanya bersifat impulsif dan hiperaktif, maka anak ADD mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif namun tidak selalu demikian. Pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi.

Ciri-ciri yang sangat mudah dikenali untuk anak dengan gangguan pemusatan perhatian adalah tidak mampu menyaring rangsang yang datangnya dari luar.

Irwan Prayitno menyebutkan bahwa gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang tua dan gurunya (http: kangheru.multiply.com).

Gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang tua dan gurunya. Mereka mungkin melamun di kelas dan kelihatan gelisah. (http:www.minmalangsatu.net)



GEJALA GANGGUAN KONSENTRASI

Gejala-gejala yang nampak pada anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakan oleh Supriyo (2008: 104) sebagai berikut :

a.      Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk kongkow-kongkow, nonton di luar kegiatan belajar, tetapi kalau belajar sebentar sudah merasa tidak tahan

b.      Mudah kena rangsangan lingkungannya (seperti: suara radio, TV, gangguan teman, adik atau kakak)

c.       Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari untuk mencari perlengkapan belajar

d.      Selesai belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari.

Dalam beberapa kasus, anak-anak yang menikmati belajar dapat mengembangkan rasa takut ketika menghadapi pekerjaan terstruktur atau direncanakan, terutama panjang atau kelompok berbasis yang membutuhkan fokus diperpanjang, bahkan jika mereka benar-benar memahami topik. Anak-anak dengan ADD mungkin menghadapi risiko lebih besar kegagalan akademik dan penarikan awal dari sekolah.

Guru dan orang tua dapat membuat asumsi yang salah tentang perilaku dan sikap seorang anak dengan ADD, dan dapat memberikan mereka statment yang sering salah dan umpan balik negatif pada anak, misalnya "Anda harus bertanggung jawab", "kamu harus bertindak dewasa", "Anda malas", "Anda tidak menunjukkan usaha apapun", "Anda hanya tidak mau mencoba", dsb yang justru makin membuat anak frustasi.

Anak-anak lalai mungkin menyadari bahwa mereka berbeda beberapa tingkat dari rekan-rekan mereka. Namun, mereka juga cenderung untuk menerima dan menginternalisasi umpan balik negatif terus menerus serta menciptakan citra diri negatif. Jika anak tumbuh dewasa tanpa diagnosis , tidak diobati, tidak diperhatikan maka mereka akan frustrasi serta miskin citra diri sehingga mereka akan sering membuat banyak masalah berat menjaga hubungan yang sehat, berhasil dalam postsecondary sekolah, atau berhasil di tempat kerja. Masalah-masalah ini dapat menambah frustrasi dan rendah diri, dan seringkali akan mengarah pada pengembangan patologi sekunder termasuk gangguan kecemasan hubungan seksual, gangguan mood, dan penyalahgunaan zat.

Anak dengan ADD / ADHD di masa dewasa tampaknya kurang terbuka. Hal ini mungkin karena kemampuan orang dewasa untuk membuat kognitif penyesuaian dan mengembangkan keterampilan coping meminimalkan frekuensi perilaku lalai atau hiperaktif. Namun, masalah inti dari ADHD tidak hilang dengan berjalannya usia.

Dalam DSM-III, kelesuan, mengantuk, dan melamun terdaftar sebagai karakteristik ADHD. Gejala-gejala tersebut dihapus dari kriteria ADHD dalam DSM-IV karena, meskipun mereka dengan ADD ditemukan memiliki gejala-gejala tersebut, ini hanya terjadi dengan adanya gejala hiperaktif. Gejala-gejala yang berbeda digambarkan sebagai tempo lamban secara kognitif.

The DSM-IV memungkinkan untuk diagnosis subtipe didominasi lalai dari ADHD (di bawah kode 314.00) jika individu menyajikan enam atau lebih dari gejala berikut kekurangan perhatian selama setidaknya enam bulan ke titik yang mengganggu dan tidak pantas untuk tingkat perkembangan:

a.      Sering tidak memberikan perhatian dekat dengan rincian atau membuat kesalahan ceroboh dalam sekolah, pekerjaan, atau kegiatan lainnya.

b.      Sering memiliki kesulitan menjaga perhatian pada tugas-tugas atau kegiatan bermain.

c.       Seringkali tampaknya tidak mendengarkan bila diajak bicara secara langsung.

d.      Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan karena perilaku oposisi atau kegagalan untuk memahami instruksi).

e.      Sering mengalami kesulitan mengorganisir kegiatan.

f.        Sering menghindari, tidak suka, atau tidak ingin melakukan hal-hal yang memerlukan banyak usaha mental untuk jangka waktu yang panjang (seperti sekolah atau pekerjaan rumah).

g.      Sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk tugas-tugas dan kegiatan (misalnya mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat).

h.      Sering mudah terganggu.

i.        Sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari.

Dalam menegakkan diagnosis ADD sangat bergantung pada gejala penurunan dalam dua atau lebih pengaturan diri, misalnya, di sekolah atau tempat kerja dan di rumah. Juga harus ada bukti yang jelas dari penurunan klinis yang signifikan dalam fungsi sosial, akademik gangguan suasana hati , gangguan kecemasan , gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian.



FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN KONSENTRASI

Menurut Roberts Dilts dan Jennifer Dilt dalam http://digilib.unnes.ac.id, sulitnya konsentrasi dipengaruhi karena mempunyai terlalu banyak gangguan atau kekhawatiran, tidak mengetahui bagaimana melakukan segala sesuatu yang harus kita lakukan, ingin melakukan sesuatu yang lain namun sudah kelelahan dan merasa tidak enak badan.

Sulitnya berkonsentrasi juga dipengaruhi oleh canggihnya teknologi jaman sekarang seperti hand phone, komputer, internet dan mainan yang dapat mengganggu konsentrasi anak seperti playstation, video game dan game on line.

Menurut Sony Sugema College dalam http://www.sscbandung.net  seorang anak bisa berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri anak itu. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar individu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis, modalitas belajar, sedangkan faktor eksternal misalnya adanya suara-suara berisik dari TV, radio, atau suara-suara yang mengganggu lainnya.

Supriyo (2008; 104) menyebutkan bahwa sebab-sebab anak tidak dapat konsentrasi dalam belajar antara lain sebagai berikut :

a.      Anak tidak mempunyai tempat tersendiri

b.      Anak mudah terpengaruh oleh situasi sekitar

c.       Dalam meja banyak gambar/ foto kekasihnya, kaca dsb. Sehingga dalam belajar mudah terganggu

d.      Anak tidak  merasa senang/ tidak berminat terhadap pelajaran yang dihadapi

e.      Kemungkinan lain badan dalam keadaan lelah/ sakit

f.        Baru mengalami stress/ tekanan jiwa karena pacarnya yang paling disayang meninggalkan dia, atau kehilangan salah satu anggota keluarganya.



CARA MENGATASI GANGGUAN KONSENTRASI

Beberapa tips untuk dapat berkonsentrasi dalam kegiatan belajar yang diuraikan dalam http://kumpulantips.blogspot.com , diantaranya adalah:

a.      Jangan biarkan gangguan itu datang. Biasanya ketika kita belajar, pasti akan datang yang namanya gangguan. Gangguan ini bentuknya bisa macam-macam. Mulai dari televisi, telepon hingga nyamuk yang menyerang. Kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari itu semua, kondisikan situasi di sekitar kamu supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan ponsel.

b.      Siapkan catatan kecil. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah catatan. Selalu siapkan beberapa lembar kertas berukuran kecil. Catat hal-hal yang penting untuk diingat.

c.       Buat target yang hendak dicapai. Belajarlah dengan target. Tetapkanlah berapa jumlah halaman yang akan dibaca. Juga tetapkan berapa lama kamu akan belajar saat itu.

d.      Siapkan penghargaan untuk dirimu. Setelah serius belajar, kamu butuh menyenangkan diri sendiri. Tetapkanlah satu imbalan untuk diri kamu sendiri. Misalnya, kalau kamu bisa mencapai target belajar kamu hari itu, kamu akan makan ice cream rasa coklat.

e.      Belajar tidak akan membuat temanmu hilang. Jangan pernah merasa kamu akan kehilangan teman -temanmu karena kamu serius belajar. Teman-teman kamu nggak bakalan ninggalin kamu. Kalau mereka ninggalin kamu, berarti mereka bukan teman yang baik.



Ade Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com  menyebutkan bahwa kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan, mungkin dapat diatasi dengan beberapa tips berikut ini:

a.      Berusaha untuk dapat fokus

b.      Senantiasa mencatat

c.       Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran

d.      Catat gangguan yang biasanya membuat kehilangan konsentrasi dan kerjakan sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.

e.      Manjakan diri sendiri

f.        Hidup teratur dan istirahat cukup

g.      Bekerja cepat



PEMBAHASAN

Banyak bicara merupakan sikap berlebihan yang paling banyak terjadi dan paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan Win dalam belajar dan melatih pembiasaan pembiasaan dalam perawatan diri dan lingkungan Win. Kondisi yang terjadi pada Win adalah tidak optimalnya hasil belajar karena Win terlalu banyak bicara baik pada saat mengikuti jam bimbingan di kelas ataupun pada saat Win berada di wisma.

Sebagai seorang muslim yang baik, kepada Win telah sering diingatkan untuk lebih sering bekerja dan beraktivitas daripada bicara karena segala pembicaraan yang kita ucapkan akan menjadi catatan malaikat sebagaimana firman Allah SWT,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

yang artinya tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf: 18)

Dalam tafsir Ibnu Katsir juga disebutkan bahwa Imam Ahmad mengeluh ketika sakit. Kemudian ia mendengar Thawus berkata, Malaikat mencatat segala sesuatu hingga suara keluhan. Sejak saat itu Imam Ahmad pun tidak pernah mengeluh lagi hingga meninggal dunia, semoga Allah merahmatinya.” [Tafsir Ibnu Katsir 4/225]

Prinsipnya, sebagai apapun kita ada dan dalam situasi apapun kita pada suatu saat, hendaknya selalu berusaha untuk mengutamakan berbuat yang terbaik.

Win sebenarnya mengetahui kelemahannya yang terlalu banyak bicara, namun Win seringkali tidak mampu menjaga sikap untuk diam, apalagi jika ada perkataan yang menggelitik atau yang bersifat memancing / menggoda Win. Jika diminta untuk melakukan sebuah kegiatan, misalnya membersihkan kamar pun, Win seringkali beralasan mau curhat dulu, mumpung bertemu dengan Pekerja Sosial. Menurut Win pekerjaan dapat menanti sore atau malam harinya sedangkan ngobrol dengan pekerja sosial lebih penting.

Win selalu diingatkan untuk menghindari banyak bicara yang tidak perlu karena sebagus apapun perkataan tak akan mampu mengalahkan bagusnya perbuatan sebagaimana firman Allah SWT,

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Yang artinya “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. 9: 105).



DIAGNOSA SESUAI TEORI Menurut teori yang telah dipelajari dimuka, jika Win mampu menahan bicaranya maka aspek kognitif dan motoriknya yang akan lebih banyak bekerja sehingga Win lebih mudah menangkap dan mengerti materi yang diberikan oleh instruktur serta Win mempunyai banyak waktu untuk bekerja melatih ketrampilan yang telah diberikan instruktur dalam kehidupan sehari – hari.

Untuk mempermudah diagnosis pada Win, setidaknya Win harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku ADD sebagaimana teori yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk itu Pekerja Sosial mendiskripsikannya dalam tabel sebagai berikut :





NO
GEJALA DALAM TEORI
KONDISI WIN
KESIMPULAN
1.
Inatensi,
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Banyak mengobrol
Sering bertanya tetapi tidak tahu esensi pertanyaan
Sesuai
2.
Impulsive,
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan / melakukan sesuatu yang tidak sabar)
Tidak sabaran
Reaktif
Sering bertindak tanpa dipikir dahulu

Sesuai
3.
Hiperactivity
Tidak terlihat
Tidak sesuai
4.
Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia)
Mudah terganggu tetapi dapat menahan kemarahan
Tidak sesuai
5.
Cemas
Banyak mengalami rasa khawatir dan takut
Cenderung emosional.
Sangat sensitif terhadap kritikan.
Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
Sesuai
6.
Problem sosial
Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Sesuai



Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setidaknya Win memiliki 4 kesesuaian dari 6 aspek yang menjadi ciri Attention deficit disorder (ADD). Dengan demikian maka dapat dilihat kecenderungan bahwa Win hanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya dengan baik namun Win tidak mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif sehingga Win tidak dapat dikatakan mengidap ADD murni. Sesuai teori tentang Attention deficit disorder (ADD) yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka Win hanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya dengan baik namun Win tidak mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif sehingga Pekerja sosial dapat menarik kesimpulan bahwa Win tidak mengalami Attention deficit disorder murni karena Win tidak menunjukkan gejala hiperaktivitas dan karakter emosi yang negative sehingga dapat dikatakan bahwa Win mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya.

RENCANA PEMECAHAN MASALAH. Setelah mengetahui permasalahan klien, maka Pekerja Sosial mulai menyusun rencana pemecahan masalah sederhana yang dapat diimplementasikan selama di Panti, tetap dengan melibatkan dukungan keluarga di rumah sebagai motivator utama dari Win.

Sebagaimana tulisan dalam http://kumpulantips.blogspot.com  maka kegiatan yang dapat diimplementasikan dalam pemecahan masalah Win antara lain sebagai berikut :

a.      Ketika Win sedang belajar baik di kelas maupun di wisma, pastikan tidak ada gangguan, karena kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar Win jadi buyar. Untuk menghindari gangguan, kondisikan situasi agar supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan ponsel, menutup pintu kamar, meminta teman untuk mengecilkan musik, dll.

b.      Menyiapkan tape recorder sebagai pengganti menulis braille.

c.       Mengajak Win untuk bersama-sama membuat target yang hendak dicapai. Menyusun jadwal belajar sesuai dengan target. Menetapkan waktu belajar setiap harinya jam berapa saja, serta menunjuk teman yang dipilih untuk mendampingi secara melekat.

d.      Membantu Win untuk menyusun penghargaan untuk dirinya sendiri jika berhasil melalui setiap tahapan yang telah dibuat, misalnya dengan bernyanyi di kegiatan music atau berjalan-jalan di luar UPT Bersama Pekerja Sosial atau setelah serius belajar, Win bisa menyenangkan diri sendiri sebagai imbalan dengan pergi beli nasi goreng di pak Gito.

e.      Meyakinkan Win bahwa Win tidak akan kehilangan teman hanya karena Win serius belajar. Kalau klien lainnya meninggalkan Win, berarti mereka bukan teman yang baik.



Sejalan dengan saran di atas, Pekerja Sosial juga mengadopsi pendapat Ade Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com  untuk mengatasi kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan, dengan beberapa langkah berikut :

a.      Mengajak Win untuk berusaha selalu fokus

b.      Senantiasa mencatat (merekam)

c.       Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran

d.      Pekerja sosial selalu mengobservasi klien dan mencatat gangguan yang biasanya membuat kehilangan konsentrasi dan Meminta Win untuk mengerjakan sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.

e.      Sesekali memanjakan klien dengan deep interview

f.        Memberikan motivasi agar Win selalu hidup teratur dan istirahat cukup

TREATMEN terhadap Win dilakukan dengan menggabungkan Social Case Work dengan Social Group Work. Bimbingan sosial perseorangan dilakukan melalui berbagai motivasi, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan psikososial, pendampingan, remedial teaching dan penguatan sehingga pada akhirnya Win dapat belajar dengan tenang diantara rasa kangennya pada keluarga, Win bisa tampil percaya diri walaupun klien hanya memperoleh bimbingan ketrampilan pijat massage karena klien tidak menguasai baca tulis braille, Win juga menunjukkan penampilan optimal ketika performance Hadrah dan Vokalis Band.

Untuk bimbingan sosial kelompok, dilakukan dengan cara pemberian tugas terstruktur yang melibatkan kelompok, kelompok kontrol, terapi bermain, out bond dan penugasan kelompok.

AKHIR YANG HAPPY Setelah diberikan treatment secara terprogram, maka pada tahun ke 4, Win dapat menyelesaikan proses rehabilitasi sosialnya dan lulus dengan baik. Win sangat percaya pada kemampuannya dan langsung membuka praktek pijat tunanetra di rumahnya.

PENUTUP . Demikian tulisan ini Pekerja Sosial susun sebagai bahan telaahan bagi penyusunan rencana pemecahan masalah serupa sehingga akan membawa kebaikan bagi upaya – upaya membantu disabilitas netra untuk dapat mengeksplorasi kekuatan positif yang ada dalam dirinya secara lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Bauermeister J., Matos M., Reina G., Salas C., Martínez, J., Cumba, E., et al., 2005, Perbandingan DSM-IV Jenis Gabungan dan Lalai dari ADHD dalam Sampel Berbasis Sekolah, Jurnal Psikologi Anak Dan Psikiatri.

Hallowell, Edward M., John J. Ratey., 2005 Disampaikan dari Distraction: Mendapatkan Hasil Kebanyakan Hidup dengan Attention Deficit Disorder, New York: Ballantine Books.

Kelly, Kate,. Peggy Ramundo, 2006, Anda Berarti, Aku Tak Malas, Bodoh atau gila?! Buku Self-Help Klasik Untuk Dewasa dengan Attention Deficit Disorder, New York, NY: Scribner.

Murphy, K., Barkley, R., & Bush, T., 2002, Dewasa Muda dengan Gangguan Attention Deficit Hyperactivity: Subtipe Perbedaan Komorbiditas, Pendidikan, dan Sejarah Klinis. The Journal of Nervous Dan Mental Health.

Muhibbin Syah, M.Ed., 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sumadi Suryabrata, Drs,BA,MA,Ed.S, Ph.D. 2004, Psikologi Pendidikan , Rajawali Press, Jakarta Utara.

Supriyo, 2008, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, Semarang: CV. Nieuw Setapak.

Quinn, Patricia, 1994, ADD dan Mahasiswa: Sebuah Panduan untuk SMA dan Mahasiswa dengan Attention Deficit Disorder, New York, edisi bahasa Indonesia

Visser, John, Jehan, 2009, ADHD: Fakta Ilmiah atau Pendapat Faktual, Sebuah Kritik terhadap Kebenaran Gangguan Attention Deficit Hyperactivity, Kesulitan Emosional dan Perilaku.

Candra, Ade, 2006, Gangguan Konsenterasi dalam http://adecandra.blogspot.com.

Kang Heru, Journal Seputar Konsentrasi Belajar dalam http://kangheru.multiply.com

Konsentrasi Belajar Yuk, 2006, dalam  http://kumpulantips.blogspot.com

Mengatasi Gangguan Konsentrasi Belajar dalam http://www.minmalangsatu.net