Sunday, June 2, 2019
Monday, January 21, 2019
Disabilitas Netra UPT RSBN MALANG juga Bisa Membuat Telur Asin Lhooo...
![]() |
Memilih telur asin yang sehat, bagus dan tidak retak |
![]() |
Disabilitas netra wajib melatih kepekaan indranya, salahsatunya dalam proses mencuci telur sebagai langkah awal pembuatan telur asin |
![]() |
Proses membimbing disabilitas netra untuk membungkus telur asin dengan adonan secara hati-hati |
![]() |
Membimbing disabilitas netra satu per satu untuk berlatih membungkus adonan dengan kepekaan dan kehati-hatian yang tinggi sehingga pada saat meratakan adonan, telur tidak pecah atau retak |
![]() |
Setiap praktek sudah dimaksimalkan unsur kepekaan dan kehati-hatian namun tidak dapat dipungkiri selalu ada yang retak / pecah saat pencucian telur dan pembungkusan telur dengan adonan |
![]() | |
|
![]() |
Telur Asin yang telah dibungkus adonan hasil praktek disabilitas UPT RSBN Malang |
Saturday, November 10, 2018
Sebuah studi kasus : GANGGUAN
KONSENTRASI SEBAGAI SALAH SATU CIRI ATTENTION DEFICIT DISORDER PADA DISABILITAS NETRA
Ditulis oleh Dra. Ismi Wardani, Pekerja
Sosial Madya UPT RSBN Malang
2018
Cowok kerempeng dengan tinggi 163 cm yang senantiasa tampil ceria dan
penuh gerak itu bernama Win, lahir 36 tahun lalu di Kabupaten Banyuwangi
Win telah berstatus yatim ini lahir dari sebuah keluarga besar sebagai anak
ke 10 dari 10 bersaudara, anak pasangan buruh tani di Banyuwangi. Sebagai anak
bungsu, Win tidak sempat bermanja kepada kakak-kakaknya, namun demikian Win
mendapatkan curahan perhatian dan kasih sayang yang luas dari ibu dan
kesembilan kakaknyan yang rata-rata menjadi buruh tani di Banyuwangi.
Win mengalami tunanetra total sejak lahir, dengan kelopak mata berbentuk terbuka dan
bola mata putih. Walaupun Win berperawakan kurus dengan berat badan tidak pernah lebih dari 46 kg, namun kondisi kesehatan Win secara
umum sehat. Win yang memiliki rambut hitam berombak, dan berkulit sawo matang cenderung gelap ini sangat jarang sakit, tubuhnya juga terlihat tangguh.
Secara psikologis Win memiliki tipe kepribadian ekstrovert dimana Win
selalu terbuka dengan orang lain, menyampaiakan sesuatu hal dengan cara yang
baik serta memiliki keberanian dalam mempertahankan keyakinannya. Gaya bicara Win
sangat lantang dan cenderung agresif, namun kondisi ini tidak mempengaruhi pola pergaulan Win.
Dalam berjalan Win memiliki sikap tubuh yang tegak, dengan pola stereotip blindism yang hampir selalu ditampilkan berupa menggoyang-goyangkan tangan kanannya, tertawa dengan muka menengadah kea rah kanan.
Win juga lebih suka mengutarakan secara langsung semua kesulitannya baik kepada Pekerja Sosial ataupun kepada instruktur yang berkaitan dengan bimbingan ketrampilan yang belum dikuasainya. Demikian juga jika melakukan sebuah kesalahan Win hanya diam mendengarkan ketika dimarahi namun setelah itu Win akan menjelaskan duduk
persoalan dengan gayanya yang khas tanpa bermaksud membela diri dan cepat
meminta maat dengan gayanya yang khas “nggih
sepuntene”, tawanya yang lebar tak pernah ketinggalan.
Win memang sangat ekspresif, sangat jarang Win terlihat diam dan
melamun karena sedih, Win hanya sedih jika bertengkar dengan teman atau diolok-olok teman. Pada saat ada gesekan
dengan teman, Win sering mengambil
sikap santai di depan temannya, namun setelah itu Win akan langsung curhat kepada Pekerja Sosial.
Dalam pergaulan sosial, Win bergaul dengan semua teman tanpa memilih –
milih teman. Walaupun kelihatannya cara berpakaiannya tidak rapi namun itu
semua karena Win jarang mendapatkan baju dan celana yang pas ukurannya dengan
pinggangnya yang sangat kecil.
PERMASALAHAN
Win sebenarnya adalah anak ke 13 dari 13 bersaudara, namun 3 orang kakak Win
meninggal dunia di usia yang sangat dini. Ayah Win
meninggal saat Win berusia 6 tahun dan untuk menghidupi keluarganya, ibu Win berkerja sebagai buruh tani didesanya. Penghasilan ibunya dapat dikatakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
sederhana, walaupun tidak kaya tetapi Win
tidak sampai merasakan kekurangan dalam segi ekonomi.
Pada tahun 1982, ibu Win berangkat transmigrasi ke Kalimantan dimana pada saat tersebut ibu Win tidak mengetahui jika sedang
mengandung. Begitu merasa jika mengandung, beliau memutuskan untuk memeriksakan kandungannya ke dukun. Ibu Win sesungguhnya tidak menginginkan kelahiran Win,
dikarenakan sudah terlalu banyak memiliki anak, sehingga
beliau berusaha menggugurkan kandungannya yang pada saat itu telah menginjak lebih 1 (satu) bulan, namun Allah berkehendak lain, usaha ibu Win untuk menggugurkan Win tidak berhasil.
Pada saat melahirkan, ibu Win mengalami pendarahan hebat namun Win dapat dilahirkan dengan selamat. Pada saat Win berumur 3 bulan, ibu Win baru
mengetahui bahwa Win mengalami gangguan penglihatan (cacat netra) namun ibu Win tetap tidak percaya jika anaknya mengalami tunanetra, ibu Win tetap mencari pengobatan ke banyak
orang pintar dan pengobatan alternatif hingga
Win berusia 3 tahun lebih, namun tidak membuahkan
hasil apapun. Win divonis tidak dapat disembuhkan. Win pun mengalami depresi dan minder selama masa kecilnya.
Pada umur tiga belas tahun Win yang senang mendengarkan radio mulai
berkomunikasi dengan teman sesama disabilitas yang dikenalnya di radio sehingga
akhirnya Win memiliki keinginan untuk sekolah di Sekolah Luar Biasa, namun
keinginan ini mendapat tentangan dari ibu Win. Win menurut. Pada usia 16 tahun, Win mulai menjadi sosok yang aktif berkomunikasi di udara. Win mulai
menjadi pribadi yang sadar bahwa ia tidak boleh hidup bergantung pada orang
lain. Win juga sangat berkeinginan untuk membantu perekonomian keluarga. Win
juga mulai memiliki cita-cita mulia yang sering ditanggapi dengan tertawa
orang-orang di sekitarnya, Win berkeinginan untuk dapat membantu menyantuni anak-anak
yatim seperti dirinya.
Pada awal tahun 2006 Win mendengar
tentang sekolah untuk disabilitas netra gratis di kota Malang, namun informasi
lengkap masih belum bisa didapatkan. Saat itu sudah muncul keinginannya untuk
sekolah. Win terus mencari tahu hingga pada akhir tahun 2007 diperoleh
informasi lengkap tentang sekolah gratisnya yang bernama UPT Rehabilitasi Sosial
Cacat Netra Malang sebagai satu-satunya panti untuk tunanetra milik pemerintah
Provinsi Jawa Timur yang tidak di pungut biaya apapun.
Win sangat bersemangat sampai akhirnya
keluarganya mendukung dan mengantar Win masuk ke UPT RSBN untuk pertama kali pada
tahun 2008.
Namun semangat Win dari hari ke hari berangsur pudar, pada hari-hari awal, Win selalu
menangis karena kangen ibunya. Win merasa tidak kerasan, dan rasa kangen kepada
ibunya tidak dapat ditahan oleh motivasi apapun
juga. Seluruh Pekerja Sosial, Pembina Wisma, Instruktur bahkan para pegawai
telah memberikan motivasi secara terus menerus, namun Win tetap tidak kerasan
sehingga Win dijemput keluarganya setelah 3 bulan berada di UPT RSBN Malang.
Walaupun Win berada di rumah, namun Pekerja Sosial tetap menjalin
komunikasi intensif dengan Win hingga Win mulai termotivasi untuk kembali ke UPT, dan kembalilah Win ke kota Malang kembali.
Namun ternyata hidup terpisah dari ibu yang selama ini selalu merawat dan
melayaninya merupakan sebuah tantangan tersendiri yang tak mudah ditakhlukkan.
Kembali Win merasa tidak kerasan dan hari-hari Win kembali dipenuhi dengan
tangis kerinduan sampai akhirnya Win dipulangkan kembali.
MOTIVASI DAN EDUKASI KELUARGA
Pekerja Sosial kembali melakukan komunikasi intensif dengan Win, ibu dan
kakaknya. Dengan melakukan edukasi terhadap keluarga Win ini, Pekerja Sosial berharap dapat
meningkatkan pemahaman keluarga bahwa dengan berhasilnya Win meraih kemandiriannya,
maka beban subjektif keluarga saat keluarga mulai lanjut usianya akan sangat
menurun. Pendekatan terhadap keluarga Win ini sangat penting karena dengan
kejadian tidak kerasannya Win sampai 2 kali pulang, salah satu penyebabnya
adalah rasa kangen terhadap keluarga.
Edukasi keluarga merupakan salah satu bentuk intervensi terapi
psikososial yang ditujukan untuk menambah pengetahuan keluarga tentang
permasalahan yang sedang dihadapi oleh Win dan meningkatkan fungsi social Win dalam
lingkungannya. Dalam edukasi ini disampaikan serangkaian kegiatan yang akan
diperoleh Win di panti, kesulitan dan karakteristik belajar Win, prediksi dan
gambaran masa depan Win jika berhasil belajar di UPT, cara memotivasi Win jika
suatu saat Win mengeluh tidak kerasan lagi, serta kemampuan yang dimiliki
keluarga untuk mendukung Win menuju keberhasilannya. Edukasi tidak hanya
dilakukan kepada keluarga saja, namun juka kepada Ketua Himpunan Disabilitas
Banyuwangi sebagai significan other
Win dalam rangka penyiapan, penerimaan dan dukungan organisasi terhadap Win.
Dengan edukasi
keluarga ini diharapkan orangtua dapat memahami permasalahan yang sedang
dihadapi dan mengetahui bagaimana cara menghadapi Win agar Win dapat diberdayakan dan digali potensinya, agar
Win dapat hidup tanpa membahayakan dirinya sendiri dan agar Win seminimal
mungkin tergantung pada orang lain. Pekerja Sosial juga mencarikan alternatif
penyelesaian dengan menghubungkan ke sistem sumber yang sesuai dengan kebutuhan
Win.
Pekerja Sosial terus memberikan edukasi dan motivasi jarak jauh sampai
Win bangkit dan ingin kembali mencoba “sekolah” namun keinginannya
ini kali ini tidak dapat segera terpenuhi karena saat itu kondisi di UPT sudah penuh sehingga Win harus menunggu.
Sampai pada tahun 2010, Pekerja Sosial mengikuti kegiatan Deteksi Dini Penyandang Cacat yang
diadakan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur di Kabupaten Banyuwangi, dimana ternyata lokasinya di kecamatan tempat Win tinggal.
Sebuah kejutan yang menyenangkan karena Pekerja Sosial berkesempatan
secara langsung untuk bertemu Win, memberikan motivasi dan penguatan kepada
ibu dan saudara-saudara Win, memberikan waktu bagi keluarga untuk merenungkan masa tua mereka jika
Win tidak mandiri hingga akhirnya Win didukung oleh seluruh keluarganya telah
mantab untuk belajar lagi di UPT RSBN
Malang.
Pekerja Sosial langsung mengisikan formulir pendaftaran, menjelaskan syarat-syarat serta langsung memintakan rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten Banyuwangi. Namun demikian Win tetap harus
menunggu karena panti dalam kondisi penuh. Selama menunggu, Pekerja Sosial
terus menjalin komunikasi intensif dengan Win, apalagi Win sudah memiliki HP
yang dilengkapi talkback untuk membaca pesan yang sampai untuknya sehingga
komunikasi lebih intensif melalui sms tanpa harus telephon.
KEMBALI LAGI KE KOTA MALANG
Akhirnya pada bulan Desember 2010 Win mendapatkan panggilan untuk datang ke UPT RSBN
Malang. Walaupun Win sudah sangat ingin langsung datang ke Malang pada
kesempatan pertama pada tanggal 5 Januari 2011, namun
ternyata ada keluarga yang meninggal sehingga keberangkatannya tertunda hingga pada tanggal
1 Pebruari 2011 baru bisa sampai kota Malang. Win ditempatkan di wisma Wijaya Kusuma mengingat Win sudah merasa kerasan
di wisma tersebut.
TAHUN PERTAMA , Win kembali mengikuti program rehabilitasi
di UPT
RSBN Malang, Win ditempatkan pada program bimbingan kelas Persiapan A yang diperuntukkan
bagi klien pemula yang belum pernah bersekolah dan mereka yang belum
mengetahui, memahami, menguasai ketrampilan sosial dasar untuk dapat berfungsi
social. Ketrampilan dasar yang harus dikuasai adalah activity daily living (ADL), orientasi dan mobilitas (OM) dan baca
tulis braille (BTB), sesuai dengan kondisi Win yang belum pernah
bersekolah sama sekali.
Win telah dibimbing agar dapat mandiri dan
mengembangkan potensi dalam dirinya melalui bimbingan mental, fisik dan ketrampilan. Win
memperoleh pelajaran agama, bimbingan mental yang bekerjasama dengan Kementrian Agama.
TAHUN KEDUA : Kegiatan
ekstra kurikuler berupa pengajian, yasinan,
tahlilan dan peringatan hari besar Islam. Win sangat tertarik dengan music sehingga Win aktif
mengikuti latihan Hadrah hingga mahir dan dapat memperkuat Tim Hadrah Matahati UPT RSBN Malang untuk tampil dalam berbagai kegiatan di luar UPT.Win juga memperoleh bimbingan sosial agar Win dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan tata tertib panti, mengenal norma hidup
bermasyarakat, mengenal dan mengendalikan emosi, penerapan ketrampilan hidup
sehari – hari secara mandiri, dalam hal ini Win harus banyak diingatkan untuk menjaga intensitas dan volume bicara karena Win termasuk suka bicara dan
suka membantu orang lain.
Win juga mengikuti kegiatan bimbingan ketrampilan kerja dan
mempertahankan diri dalam masyarakat yang diperoleh melalui bimbingan activity daily living (ADL), orientasi
dan mobilitas (OM) dan baca tulis braille (BTB) serta ketrampilan kerja berupa kerajinan tangan.
Dua tahun pertama dan kedua ini dilalui Win dengan
rasa tidak kerasan yang timbul tenggelam. Rasa kangen
dengan ibu sangat mendominasi hari-hari klien, namun dengan pendampingan dan motivasi secara terus menerus maka rasa
kangen ini dapat ditekan. Apalagi jika diingatkan kegagalan Win di UPT RSBN pada
masa lalu serta dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya dahulu yang telah
lulus, dapat membuat Win secara perlahan mulai mantab untuk mengubah nasibnya, Win mulai merasa benar-benar kerasan di
Panti.
TAHUN
KETIGA , hubungan Win dengan teman- temannya sudah sangat akrab, jarang terjadi pertengkaran dengan teman dan jika terjadi salah paham dengan teman, Win lebih banyak mengalah dan segera minta
maaf. Apabila ada temannya melakukan kesalahan
terhadap dirinya, Win sangat ringan dan terbuka untuk segera
memaafkan walaupun Win dirugikan. Win sangat banyak
bicara dan senang mengawali pembicaraan dengan orang lain, Win selalu mengambil inisiatif untuk melakukan
sesuatu kegiatan yang baik dengan
sesama teman, pembimbing maupun pengasuh. Walaupun banyak bicara namun Win selalu
bersifat sopan dan mengalah.
Win rajin
mengikuti kegiatan dan mematuhi tata tertib panti. Kondisi fisik Win selama di
UPT sangat baik, Win jarang sakit dan jika sakit hanya sakit pusing, flu,
batuk dan pilek yang bisa diatasi dengan obat yang tersedia di UPT ataupun
berobat ke Puskesmas.
Pada akhir tahun ke-3 Win tetap
belum menguasai huruf braille sehingga Win harus menghafalkan semua materi
bimbingan yang berupa teori dengan cara direkam.
TAHUN
KEEMPAT, Win memiliki hubungan yang baik dengan ibu dan saudara –
saudaranya yang lain. Sebagai bungsu dari 10 bersaudara, Win termasuk anak yang
berlimpah perhatian karena dalam keluarga besar hanya Win yang mengalami
disabilitas netra sejak kecil.
Win beragama Islam sejak kecil, menjalankan
sholat lima waktu secara rutin walaupun tidak ke masjid, berjamaah di masjid
secara rutin pada saat sholat Jum’at. Win baru sholat berjamaah di masjid jika sudah mendapatkan bimbingan
dari Pekerja Sosial.
Jika kemampuan sosialnya sangat bagus, maka dari sisi penguasaan materi
bimbingan ketrampilan, Win sangat lambat dalam merespon materi bimbingan. Untuk mempelajari tulisan braille
dalam papan petak braille, klien baru dapat merangkai kata selama 2 tahun penuh, sedangkan masa tinggal di dalam Panti dibatasi
maksimal hanya sampai 5 tahun. Pekerja Sosial telah melakukan berbagai macam
treatmen untuk meningkatkan daya serap Win terhadap materi bimbingan, remedial teaching telah dilakukan secara
simultan selama 3 bulan, klien tidak
dapat juga menguasai materi sehingga dengan terpaksa Win diberikan
program rehabilitasi yang tanpa menggunakan braille.
Selama berada di UPT RSBN Malang, Win telah mendapatkan hampir semua materi yang
meliputi Baca Tulis Braille, Orientasi Mobilitas, Activity Daily Living, Home
Industri, Kerajinan Tangan, Teori Anatomi, dan ketrampilan pijat Massage. Jika kemampuan Win dalam Baca Tulis Braille, tidak dapat
berkembang, maka kemampuan Win
dalam ketrampilan praktis dan motorik kasar
lainnya tidak ada masalah sepanjang tidak harus menghafalkan teori dan
pengertian. Dalam praktek orientasi dan mobilitas tidak ada masalah, sedangkan dalam ketrampilan activity daily living Win mengalami kesulitan dalam mengenali mata uang,
mempergunakan kompor gas, menali sepatu, menali gurita untuk
bayi, serta mengalami kesulitan juga dalam memasukkan benang ke dalam jarum.
Dalam ketrampilan home industri dan kerajinan tangan Win cukup aktif, namun dalam menangkap teori anatomi Win hanya mampu mengerti untuk dirinya sendiri namun tidak dapat menjelaskan kepada
orang lain, kondisi ini terlihat manakala Win dapat
menguasai ketrampilan pijat massage dengan cukup baik dan stabil tekanan pijatnya.
Dalam
penguasaan semua bimbingan ketrampilan yang diberikan secara teori, Win sangat
sulit menguasainya karena pada saat diberikan materi bimbingan, Win tidak dapat
menjaga konsentrasinya, Win sedikit-sedikit bertanya dan berbicara dengan
teman. Kondisi ini menyebabkan semua penguasaan teorinya bernilai rendah dan
kurang, namun dari segi praktek Win sangat percaya diri. Jika diajak praktek
orientasi dan mobilitas di luar panti dan di jalan raya ataupun setiap dua minggu sekali jalan sehat di sekeliling lingkungan UPT,
Win sangat senang dan bersemangat sekali mengikutinya. Pada saat jalan sehat ini, Win selalu
memotori temannya untuk menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat selama
perjalanan keliling lingkungan UPT sehingga suasana jalan sehat menjadi
semarak. Demikian pula di bidang ketrampilan pijat massage, secara teori Win hanya pas - pasan (rendah) namun dalam praktek pijat Win cukup menguasainya. Win juga sangat bersemangat belajar praktek pijat pada waktu jam bimbingan dan secara sukarela mau menolong siapa saja
yang perlu pemijatan dengan senang hati.
HASIL OBSERVASI
Hal-hal yang berhasil diobservasi dari Win berada di lembaga adalah :
1.
Win kesulitan dalam kegiatan pembelajaran
Orientasi dan Mobilitas, karena Win
sering mengobrol dan tidak memperhatikan tanda-tanda sewaktu berjalan.
2.
Win selalu mengobrol dengan teman Win ketika
bertemu dijalan maupun di wisma.
3.
Win sering mengobrol pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
4.
Win mengalami kesulitan menghafal huruf
braille.
5.
Win masih bingung dan kesulitan saat praktek mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu dan menali
gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam jarum.
6.
Win cenderung emosional dan sangat sensitif
terhadap kritikan, namun Win dapat menahan diri untuk tidak
meluapkan kemarahan.
7.
Win sering merasa khawatir, takut, sering mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.Saat selesai sholat, klien selalu mengajak teman bicara saat yang lain
membaca dzikir.
Dari ketujuh gejala masalah tersebut, masalah yang paling menonjol pada Win adalah gangguan
konsentrasi belajar sebagai salah satu gejala attention
deficit disorder (ADD).
MENGENAL ATTENTION DEFICIT DISORDER
Gangguan konsentrasi tergolong ke
dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa
Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi
yang juga dikenal sebagai Attention
Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian). Gangguan Pemusatan Perhatian
(Attention Deficit Disorder / ADD)
adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk atau singkat dan sifat impulsif
(mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD terutama merupakan
suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan
tugas.
Attention deficit disorder (ADD) yang
biasa diterjemahkan menjadi gangguan perhatian defisit menurut ensiklopedia
bebas Wikipedia, merupakan salah satu
dari tiga subtipe dari attention-deficit
hyperactivity disorder (ADHD).
Istilah ini
secara resmi berubah pada tahun 1994. Dalam Diagnostik
dan Statistik Manual of Mental Disorders, edisi
keempat (DSM-IV) untuk "ADHD didominasi lalai" (ADHD-PI atau ADHD-I),
meskipun gangguan perhatian defisit juga masih banyak
digunakan.
Attention deficit disorder mirip dengan subtipe lain ADHD yang ditandai dengan oleh kurangnya
perhatian, gangguan konsentrasi, disorganisasi, penundaan, dan pelupa, di mana
hal itu berbeda dalam kelesuan, kelelahan , dan mengalami gejala lebih sedikit
atau tidak ada hiperaktif atau impulsif khas ADHD subtipe lainnya.
PENGERTIAN GANGGUAN KONSENTRASI
Konsentrasi adalah kecakapan yang bisa diajarkan oleh para orang tua dan guru
(Obert Dilts & Jenifer Dilts dalam http://digilib.unnes.ac.id) Konsentrasi
juga mengandung pengertian memusatkan pikiran untuk melakukan sesuatu.
Menurut Supriyo (2008, 103) konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran
terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Siswa yang tidak dapat konsentrasi dalam belajar berarti tidak
dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Konsentrasi dalam belajar akan menentukan keberhasilan belajar oleh sebab
itu maka setiap pelajar perlu melatih konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari.
CIRI-CIRI
GANGGUAN KONSENTRASI
Jika anak ADHD biasanya bersifat impulsif dan hiperaktif, maka anak ADD
mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif namun tidak selalu demikian. Pola
perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi.
Ciri-ciri yang sangat mudah dikenali untuk anak dengan gangguan pemusatan
perhatian adalah tidak mampu menyaring rangsang yang datangnya dari luar.
Irwan Prayitno menyebutkan bahwa gangguan konsentrasi berhubungan dengan
kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang
berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu
konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya,
perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa
instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang tua
dan gurunya (http: kangheru.multiply.com).
Gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan
dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak.
Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan
konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus.
Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak
mendengarkan orang tua dan gurunya. Mereka mungkin melamun di kelas dan
kelihatan gelisah. (http:www.minmalangsatu.net)
GEJALA GANGGUAN KONSENTRASI
Gejala-gejala yang nampak pada anak yang
mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakan oleh Supriyo (2008: 104) sebagai berikut :
a. Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk kongkow-kongkow, nonton di
luar kegiatan belajar, tetapi kalau belajar sebentar sudah merasa tidak tahan
b. Mudah kena rangsangan lingkungannya (seperti: suara radio, TV, gangguan
teman, adik atau kakak)
c. Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari untuk mencari perlengkapan
belajar
d. Selesai belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari.
Dalam beberapa kasus, anak-anak yang
menikmati belajar dapat mengembangkan rasa takut ketika menghadapi pekerjaan
terstruktur atau direncanakan, terutama panjang atau kelompok berbasis yang
membutuhkan fokus diperpanjang, bahkan jika mereka benar-benar memahami topik. Anak-anak dengan
ADD mungkin menghadapi risiko lebih besar kegagalan akademik dan penarikan awal
dari sekolah.
Guru dan orang tua dapat membuat asumsi yang salah tentang
perilaku dan sikap seorang anak dengan ADD, dan dapat memberikan mereka statment yang sering salah dan umpan balik negatif pada anak, misalnya "Anda harus bertanggung
jawab", "kamu harus bertindak dewasa",
"Anda malas", "Anda tidak menunjukkan usaha apapun",
"Anda hanya tidak mau mencoba", dsb yang justru makin membuat anak frustasi.
Anak-anak lalai mungkin menyadari bahwa mereka berbeda beberapa tingkat dari rekan-rekan mereka. Namun, mereka juga
cenderung untuk menerima dan menginternalisasi umpan balik negatif terus
menerus serta menciptakan citra diri negatif. Jika anak tumbuh dewasa tanpa diagnosis , tidak diobati, tidak diperhatikan maka mereka akan frustrasi serta miskin citra diri sehingga mereka akan sering membuat
banyak masalah berat menjaga hubungan yang sehat, berhasil dalam postsecondary sekolah, atau berhasil di
tempat kerja. Masalah-masalah ini dapat menambah frustrasi dan rendah diri, dan
seringkali akan mengarah pada pengembangan patologi sekunder termasuk gangguan
kecemasan hubungan seksual, gangguan mood, dan
penyalahgunaan zat.
Anak dengan ADD / ADHD
di
masa dewasa tampaknya kurang terbuka. Hal ini mungkin karena kemampuan orang
dewasa untuk membuat kognitif penyesuaian dan
mengembangkan keterampilan coping meminimalkan frekuensi perilaku lalai atau
hiperaktif. Namun, masalah inti dari ADHD tidak hilang dengan berjalannya usia.
Dalam DSM-III, kelesuan, mengantuk, dan melamun terdaftar sebagai
karakteristik ADHD. Gejala-gejala tersebut dihapus dari kriteria ADHD dalam
DSM-IV karena, meskipun mereka dengan ADD ditemukan memiliki gejala-gejala
tersebut, ini hanya terjadi dengan adanya gejala hiperaktif. Gejala-gejala yang
berbeda digambarkan sebagai tempo lamban secara kognitif.
The DSM-IV
memungkinkan untuk diagnosis subtipe didominasi lalai dari ADHD (di bawah kode
314.00) jika individu menyajikan enam atau lebih dari gejala berikut kekurangan
perhatian selama setidaknya enam bulan ke titik yang mengganggu dan tidak
pantas untuk tingkat perkembangan:
a. Sering tidak
memberikan perhatian dekat dengan rincian atau membuat kesalahan ceroboh dalam
sekolah, pekerjaan, atau kegiatan lainnya.
b. Sering memiliki
kesulitan menjaga perhatian pada tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c. Seringkali
tampaknya tidak mendengarkan bila diajak bicara secara langsung.
d. Sering tidak
mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau
tugas di tempat kerja (bukan karena perilaku oposisi atau kegagalan untuk
memahami instruksi).
e. Sering mengalami
kesulitan mengorganisir kegiatan.
f.
Sering menghindari, tidak suka, atau tidak
ingin melakukan hal-hal yang memerlukan banyak usaha mental untuk jangka waktu
yang panjang (seperti sekolah atau pekerjaan rumah).
g. Sering kehilangan
hal-hal yang diperlukan untuk tugas-tugas dan kegiatan (misalnya mainan, tugas
sekolah, pensil, buku, atau alat).
h. Sering mudah
terganggu.
i.
Sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam menegakkan diagnosis ADD sangat bergantung
pada gejala penurunan dalam dua atau lebih pengaturan diri, misalnya, di sekolah atau tempat kerja dan di rumah. Juga harus ada bukti yang jelas dari penurunan
klinis yang signifikan dalam fungsi sosial, akademik gangguan suasana hati ,
gangguan kecemasan , gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN KONSENTRASI
Menurut Roberts Dilts dan Jennifer Dilt dalam
http://digilib.unnes.ac.id, sulitnya konsentrasi dipengaruhi karena mempunyai
terlalu banyak gangguan atau kekhawatiran, tidak mengetahui bagaimana melakukan
segala sesuatu yang harus kita lakukan, ingin melakukan sesuatu yang lain namun
sudah kelelahan dan merasa tidak enak badan.
Sulitnya berkonsentrasi juga dipengaruhi oleh
canggihnya teknologi jaman sekarang seperti hand phone, komputer, internet dan
mainan yang dapat mengganggu konsentrasi anak seperti playstation, video game
dan game on line.
Menurut Sony Sugema College dalam http://www.sscbandung.net seorang anak bisa
berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri
anak itu. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar
individu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan mereka dalam menerima
pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis, modalitas belajar, sedangkan
faktor eksternal misalnya adanya suara-suara berisik dari TV, radio, atau
suara-suara yang mengganggu lainnya.
Supriyo (2008; 104) menyebutkan bahwa
sebab-sebab anak tidak dapat konsentrasi dalam belajar antara lain sebagai
berikut :
a. Anak tidak mempunyai tempat tersendiri
b. Anak mudah terpengaruh oleh situasi sekitar
c. Dalam meja banyak gambar/ foto kekasihnya, kaca dsb. Sehingga dalam belajar
mudah terganggu
d. Anak tidak merasa senang/ tidak
berminat terhadap pelajaran yang dihadapi
e. Kemungkinan lain badan dalam keadaan lelah/ sakit
f.
Baru mengalami stress/ tekanan jiwa karena
pacarnya yang paling disayang meninggalkan dia, atau kehilangan salah satu
anggota keluarganya.
CARA MENGATASI GANGGUAN KONSENTRASI
Beberapa tips untuk dapat
berkonsentrasi dalam kegiatan belajar yang diuraikan dalam http://kumpulantips.blogspot.com , diantaranya adalah:
a. Jangan biarkan gangguan itu datang. Biasanya ketika kita belajar, pasti
akan datang yang namanya gangguan. Gangguan ini bentuknya bisa macam-macam.
Mulai dari televisi, telepon hingga nyamuk yang menyerang. Kalau sudah
diganggu, biasanya konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari itu semua,
kondisikan situasi di sekitar kamu supaya gangguan-gangguan tadi bisa
dihindari. Misalnya, matikan ponsel.
b. Siapkan catatan kecil. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah
catatan. Selalu siapkan beberapa lembar kertas berukuran kecil. Catat hal-hal
yang penting untuk diingat.
c. Buat target yang hendak dicapai. Belajarlah dengan target. Tetapkanlah
berapa jumlah halaman yang akan dibaca. Juga tetapkan berapa lama kamu akan
belajar saat itu.
d. Siapkan penghargaan untuk dirimu. Setelah serius belajar, kamu butuh
menyenangkan diri sendiri. Tetapkanlah satu imbalan untuk diri kamu sendiri.
Misalnya, kalau kamu bisa mencapai target belajar kamu hari itu, kamu akan
makan ice cream rasa coklat.
e. Belajar tidak akan membuat temanmu hilang. Jangan pernah merasa kamu akan
kehilangan teman -temanmu karena kamu serius belajar. Teman-teman kamu nggak
bakalan ninggalin kamu. Kalau mereka ninggalin kamu, berarti mereka bukan teman
yang baik.
Ade Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com menyebutkan bahwa kehilangan
konsentrasi dalam taraf ringan, mungkin dapat diatasi dengan beberapa tips
berikut ini:
a. Berusaha untuk dapat fokus
b. Senantiasa mencatat
c. Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran
d. Catat gangguan yang biasanya membuat kehilangan konsentrasi dan kerjakan
sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.
e. Manjakan diri sendiri
f.
Hidup teratur dan istirahat cukup
g. Bekerja cepat
PEMBAHASAN
Banyak bicara merupakan sikap berlebihan yang paling banyak terjadi dan
paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan Win dalam belajar dan melatih
pembiasaan pembiasaan dalam perawatan diri dan lingkungan Win. Kondisi yang
terjadi pada Win adalah tidak optimalnya hasil belajar karena Win terlalu
banyak bicara baik pada saat mengikuti jam bimbingan di kelas ataupun pada saat
Win berada di wisma.
Sebagai seorang muslim yang baik, kepada Win telah sering diingatkan
untuk lebih sering bekerja dan beraktivitas daripada bicara karena segala
pembicaraan yang kita ucapkan akan menjadi catatan malaikat sebagaimana firman Allah
SWT,
مَا يَلْفِظُ
مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
yang
artinya tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf:
18)
Dalam tafsir Ibnu Katsir juga disebutkan
bahwa Imam Ahmad mengeluh ketika sakit. Kemudian ia mendengar Thawus berkata,
Malaikat mencatat segala sesuatu hingga suara keluhan. Sejak saat itu Imam
Ahmad pun tidak pernah mengeluh lagi hingga meninggal dunia, semoga Allah
merahmatinya.” [Tafsir Ibnu Katsir 4/225]
Prinsipnya, sebagai apapun kita ada dan dalam situasi apapun kita
pada suatu saat, hendaknya selalu berusaha untuk mengutamakan berbuat yang
terbaik.
Win sebenarnya mengetahui kelemahannya yang terlalu banyak bicara, namun Win
seringkali tidak mampu menjaga sikap untuk diam, apalagi jika ada perkataan
yang menggelitik atau yang bersifat memancing / menggoda Win. Jika diminta
untuk melakukan sebuah kegiatan, misalnya membersihkan kamar pun, Win
seringkali beralasan mau curhat dulu, mumpung bertemu dengan Pekerja Sosial.
Menurut Win pekerjaan dapat menanti sore atau malam harinya sedangkan ngobrol
dengan pekerja sosial lebih penting.
Win selalu diingatkan untuk menghindari banyak bicara yang tidak perlu
karena sebagus apapun perkataan tak akan mampu mengalahkan bagusnya perbuatan
sebagaimana firman Allah SWT,
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Yang
artinya “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. 9: 105).
DIAGNOSA SESUAI
TEORI Menurut teori yang telah dipelajari dimuka, jika Win mampu menahan
bicaranya maka aspek kognitif dan motoriknya yang akan lebih banyak bekerja
sehingga Win lebih mudah menangkap dan mengerti materi yang diberikan oleh
instruktur serta Win mempunyai banyak waktu untuk bekerja melatih ketrampilan
yang telah diberikan instruktur dalam kehidupan sehari – hari.
Untuk
mempermudah diagnosis pada Win, setidaknya Win harus memiliki tiga gejala utama
yang nampak pada perilaku ADD sebagaimana teori yang telah dipelajari
sebelumnya. Untuk itu Pekerja Sosial mendiskripsikannya dalam tabel sebagai
berikut :
NO
|
GEJALA DALAM TEORI
|
KONDISI WIN
|
KESIMPULAN
|
1.
|
Inatensi,
Kurangnya
kemampuan untuk memusatkan perhatian.
|
Banyak
mengobrol
Sering bertanya
tetapi tidak tahu esensi pertanyaan
|
Sesuai
|
2.
|
Impulsive,
Kesulitan untuk
menunda respon (dorongan untuk mengatakan / melakukan sesuatu yang tidak
sabar)
|
Tidak sabaran
Reaktif
Sering
bertindak tanpa dipikir dahulu
|
Sesuai
|
3.
|
Hiperactivity
|
Tidak terlihat
|
Tidak sesuai
|
4.
|
Lebih mudah
merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia)
|
Mudah terganggu
tetapi dapat menahan kemarahan
|
Tidak sesuai
|
5.
|
Cemas
|
Banyak
mengalami rasa khawatir dan takut
Cenderung
emosional.
Sangat sensitif
terhadap kritikan.
Mengalami
kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
|
Sesuai
|
6.
|
Problem sosial
|
Sering memiliki
rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
|
Sesuai
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setidaknya Win memiliki 4
kesesuaian dari 6 aspek yang menjadi ciri Attention
deficit disorder (ADD). Dengan demikian maka dapat dilihat kecenderungan
bahwa Win hanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya
dengan baik namun Win tidak mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang
negatif sehingga Win tidak dapat dikatakan mengidap ADD murni. Sesuai teori
tentang Attention deficit disorder
(ADD) yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka Win hanya mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian atau pikirannya dengan baik namun Win tidak
mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif sehingga Pekerja
sosial dapat menarik kesimpulan bahwa Win tidak mengalami Attention deficit disorder murni karena Win tidak menunjukkan
gejala hiperaktivitas dan karakter emosi yang negative sehingga dapat dikatakan
bahwa Win mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya.
RENCANA PEMECAHAN MASALAH. Setelah mengetahui permasalahan klien, maka Pekerja Sosial mulai
menyusun rencana pemecahan masalah sederhana yang dapat diimplementasikan
selama di Panti, tetap dengan melibatkan dukungan keluarga di rumah sebagai
motivator utama dari Win.
Sebagaimana tulisan dalam http://kumpulantips.blogspot.com maka kegiatan yang dapat diimplementasikan dalam pemecahan masalah Win antara lain
sebagai berikut :
a. Ketika Win sedang belajar baik di kelas maupun di wisma, pastikan tidak ada
gangguan, karena kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar Win jadi buyar. Untuk menghindari gangguan, kondisikan
situasi agar supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan
ponsel, menutup pintu kamar, meminta teman untuk mengecilkan musik, dll.
b. Menyiapkan tape recorder sebagai pengganti menulis braille.
c. Mengajak Win untuk bersama-sama membuat target yang hendak
dicapai. Menyusun jadwal belajar sesuai dengan target. Menetapkan waktu belajar setiap harinya
jam berapa saja, serta menunjuk teman yang dipilih untuk mendampingi secara
melekat.
d. Membantu Win untuk menyusun penghargaan untuk dirinya sendiri jika berhasil melalui setiap tahapan yang telah dibuat,
misalnya dengan bernyanyi di kegiatan music atau berjalan-jalan di luar UPT
Bersama Pekerja Sosial atau setelah serius belajar, Win bisa menyenangkan diri sendiri sebagai imbalan dengan pergi beli nasi goreng di pak Gito.
e. Meyakinkan Win bahwa Win tidak akan kehilangan teman hanya karena Win serius belajar. Kalau klien lainnya meninggalkan Win, berarti mereka bukan teman yang baik.
Sejalan dengan saran di atas, Pekerja Sosial juga mengadopsi pendapat Ade Candra, 2006
dalam http://adecandra.blogspot.com untuk mengatasi kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan,
dengan beberapa langkah berikut :
a. Mengajak Win untuk berusaha selalu fokus
b. Senantiasa mencatat (merekam)
c. Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran
d. Pekerja sosial selalu mengobservasi klien dan mencatat gangguan yang biasanya membuat kehilangan konsentrasi dan Meminta Win untuk mengerjakan sesuatu yang dapat mengurangi
gangguan tersebut.
e. Sesekali memanjakan klien dengan deep interview
f.
Memberikan motivasi
agar Win selalu hidup teratur dan istirahat cukup
TREATMEN terhadap Win dilakukan dengan menggabungkan Social Case Work dengan
Social Group Work. Bimbingan sosial perseorangan dilakukan melalui berbagai motivasi, bimbingan fisik, bimbingan sosial,
bimbingan psikososial, pendampingan, remedial teaching dan penguatan sehingga
pada akhirnya Win dapat belajar dengan tenang diantara rasa kangennya pada
keluarga, Win bisa tampil percaya diri walaupun klien hanya memperoleh
bimbingan ketrampilan pijat massage karena klien tidak menguasai baca tulis
braille, Win juga menunjukkan penampilan optimal ketika performance Hadrah dan
Vokalis Band.
Untuk bimbingan
sosial kelompok, dilakukan dengan cara pemberian tugas
terstruktur yang melibatkan kelompok, kelompok kontrol, terapi bermain, out
bond dan penugasan kelompok.
AKHIR
YANG HAPPY Setelah diberikan treatment secara
terprogram, maka pada tahun ke 4, Win dapat menyelesaikan proses rehabilitasi
sosialnya dan lulus dengan baik. Win sangat percaya pada kemampuannya dan
langsung membuka praktek pijat tunanetra di rumahnya.
PENUTUP . Demikian tulisan ini Pekerja Sosial susun sebagai bahan telaahan bagi penyusunan
rencana pemecahan masalah serupa sehingga akan
membawa kebaikan bagi upaya – upaya membantu disabilitas netra untuk dapat mengeksplorasi kekuatan positif
yang ada dalam dirinya secara lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bauermeister J., Matos M., Reina G., Salas C., Martínez, J., Cumba, E., et al., 2005,
Perbandingan DSM-IV Jenis Gabungan dan Lalai dari ADHD dalam Sampel Berbasis Sekolah, Jurnal Psikologi Anak Dan Psikiatri.
Hallowell, Edward M., John J. Ratey., 2005 Disampaikan dari Distraction:
Mendapatkan Hasil Kebanyakan Hidup dengan Attention
Deficit Disorder, New York: Ballantine Books.
Kelly, Kate,. Peggy Ramundo, 2006, Anda Berarti, Aku Tak Malas, Bodoh atau gila?! Buku Self-Help
Klasik Untuk Dewasa dengan Attention
Deficit Disorder, New York, NY: Scribner.
Murphy, K., Barkley, R., & Bush, T., 2002, Dewasa Muda dengan Gangguan Attention Deficit Hyperactivity: Subtipe Perbedaan Komorbiditas, Pendidikan, dan Sejarah Klinis. The Journal of Nervous Dan Mental Health.
Muhibbin Syah,
M.Ed., 2004, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sumadi
Suryabrata, Drs,BA,MA,Ed.S, Ph.D. 2004, Psikologi Pendidikan , Rajawali
Press, Jakarta Utara.
Supriyo, 2008, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, Semarang: CV. Nieuw
Setapak.
Quinn, Patricia, 1994, ADD dan Mahasiswa: Sebuah Panduan untuk SMA dan Mahasiswa dengan Attention Deficit Disorder, New York, edisi
bahasa Indonesia
Visser, John, Jehan, 2009, ADHD: Fakta Ilmiah atau Pendapat Faktual, Sebuah Kritik terhadap Kebenaran Gangguan Attention Deficit Hyperactivity, Kesulitan Emosional dan Perilaku.
Konsentrasi Belajar Yuk, 2006, dalam
http://kumpulantips.blogspot.com
Mengatasi Gangguan Konsentrasi Belajar dalam http://www.minmalangsatu.net
Subscribe to:
Posts (Atom)