GANGGUAN KONSENTRASI SEBAGAI
SALAH SATU CIRI
ATTENTION DEFICIT DISORDER PADA KLIEN “WN”
Studi kasus
terhadap klien
UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang
BAB
I P E N D A H U L U A N
A. IDENTITAS KLIEN
- Nama
: “WN”
- Jenis kelamin
: Laki-laki
- Tanggal lahir
: 4 Mei 1982
- Tempat lahir :
Kab Bywng
- Agama
: Islam
- Pendidikkan : -
- Pekerjaan
: -
- Golongan Darah
: -
- Tinggi Badan
: 163 cm
- Berat badan
: 46 kg
- Uruta kelahiran
: ”WN” anak ke 10 dari 10 bersaudara
- Hobby
: Mendengarkan musik dan mengaji
- Alamat
: Kab Bywng
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Identitas Ayah
a.
Nama :
Parmin
(almarhum)
b.
Usia :
50 tahun
c.
Agama :
Islam
d.
Pendidikan : -
e.
Pekerjaan : -
f.
Alamat : Kab
Bywng
2. Identitas Ibu
a.
Nama : Rosmini
b.
Usia :
60
tahun
c.
Agama :
Islam
d.
Pendidikan : -
e.
Pekerjaan : Buruh tani
f.
Alamat : Kab
Bywng
C.
SUSUNAN
KELUARGA
No
|
Nama
|
P/L
|
Usia
|
Relasi
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Alamat
|
1.
|
PM
|
L
|
Alm
|
Ayah
|
SD
|
Swasta
|
Kab Bywng
|
2.
|
RN
|
P
|
60
|
Ibu
|
SD
|
Buruh Tani
|
Kab Bywng
|
3.
|
PR
|
P
|
48 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kab Bywng
|
4.
|
YM
|
P
|
40 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kab Bywng
|
5.
|
SP
|
L
|
39 th
|
Kakak
|
SMP
|
Ketua RT
|
Kab Bywng
|
6.
|
WJ
|
L
|
35 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kab Bywng
|
7.
|
ST
|
P
|
34 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kota
Bli
|
8.
|
NA
|
P
|
31 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kab Bywng
|
9.
|
RK
|
P
|
31 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kab Bywng
|
10.
|
SP
|
P
|
30 th
|
Kakak
|
SD
|
Petani
|
Kab Bywng
|
11.
|
NK
|
L
|
30 th
|
Kakak
|
SMP
|
Swasta
|
Kab Bywng
|
12.
|
WN
|
L
|
29 th
|
Klien
|
-
|
-
|
Kab Bywng
|
D.
GAMBARAN
KONDISI UMUM KLIEN
1. Kondisi Fisik dan Kesehatan
Klien mengalami tunanetra total, dengan kelopak
mata berbentuk terbuka dan bola mata putih. Walaupun Klien berperawakan tubuh
kurus dengan tinggi badan 163 cm dan berat badan 46 kg, namun kondisi kesehatan
klien secara umum sehat. Klien yang memiliki rambut hitam berombak, dan berkulit
sawo matang ini sangat jarang sakit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kondisi kesehatan Klien secara umum tangguh dan sehat.
2. Kondisi Psikologis
Secara
psikologis Klien memiliki tipe kepribadian ekstrovert dimana klien selalu
terbuka dengan orang lain, menyampaiakan sesuatu hal dengan cara yang baik
serta memiliki keberanian dalam mempertahankan keyakinannya. Gaya bicara klien
sangat lantang dan cenderung agresif, namun kondisi ini tidak mempengaruhi pola pergaulan klien.
Dalam
berjalan klien memiliki sikap tubuh yang tegak, dengan pembawaan blindism
berupa menggoyang-goyangkan tangan kanannya.
Jika mengalami kesulitan, klien lebih suka mengutarakan secara langsung
baik kepada Pekerja Sosial ataupun
kepada instruktur yang berkaitan. Jika melakukan sebuah kesalahan klien cepat
meminta maat dan jika dimarahi klien hanya diam mendengarkan namun setelah itu
klien akan menjelaskan duduk persoalan dengan gayanya yang khas tanpa bermaksud
membela diri.
Klien
mengekspresikan perasaannya dengan benar, jika sedih klien banyak diam dan
melamun, jika bertengkar dengan teman atau diolok-olok dengan teman Klien
mengambil sikap santai, namun setelah itu klien baru curhat kepada Pekerja
Sosial.
3. Kondisi Sosial
Klien bergaul dengan semua teman tanpa memilih –
milih teman. Walaupun kelihatannya cara berpakaiannya tidak rapi namun itu
semua karena Klien jarang mendapatkan baju dan celana yang pas ukurannya dengan
pinggangnya yang kecil.
Klien memiliki hubungan yang baik dengan ibu dan
saudara – saudaranya yang lain. Sebagai bungsu dari 10 bersaudara, klien
termasuk anak yang manja.
4. Kondisi Spiritual
Klien
beragama Islam sejak kecil dan klien lebih sering menjalankan sholat lima waktu
secara rutin walaupun tidak ke masjid. Klien berjamaah di masjid secara rutin
pada saat sholat Jum’at dan beberapa saat setelah menerima teguran dari Pekerja
Sosial untuk memakmurkan masjid dengan cara
sholat berjamaah di masjid.
5. Kondisi Vokasional
Klien sangat lambat dalam memberikan respon
terhadap sebuah materi bimbingan, kondisi ini tidak dapat dibantu dengan remedial teaching sehingga dengan
terpaksa Klien dimasukkan ke jurusan Kelas Praktis dan sampai saat ini telah berada di kelas Praktis
tahun kedua.
Selama di UPT RSCN Malang, klien telah
mendapatkan hampir semua materi yang meliputi Baca Tulis Braille, Orientasi
Mobilitas, Activity Daily Living, Home Industri, Kerajinan Tangan, Teori
Anatomi, dan ketrampilan pijat Massage.
Kemampuan klien dalam Baca Tulis Braille, tidak
dapat berkembang selama 1 tahun pertama sehingga klien tidak dapat meneruskan
ke kelas Persiapan B. Kemampuan klien dalam Orientasi Mobilitas tidak ada
masalah, sedangkan dalam ketrampilan Activity Daily Living klien mengalami
kesulitan dalam mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu
dan menali gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam
jarum.
Dalam ketrampilan Home Industri dan Kerajinan
Tangan klien cukup aktif, sedangkan dalam menangkap teori Anatomi klien cukup
mampu mengerti hanya untuk diri sendiri tetapi tidak dapat menjelaskan kepada
orang lain, namun dalam ketrampilan pijat Massage, kemampuan klien cukup baik
dengan tekanan pijat yang cukup stabil.
BAB II PERMASALAHAN
Klien adalah anak ke13 dari 13 bersaudara dari orang tua
yang bernama Bapak Parmin (alm) dan ibu Rosmini 60 tahun. Dari ke-12 kakak klien, 3 kakak klien meninggal dunia di usia yang sangat dini. Saat ini keluarga tersebut tinggal di
Jl. Al Khautsar Kota Banyuwangi.
Ayah klien meninggal saat klien berusia 6 tahun dan untuk menghidupi keluarganya, ibu klien berkerja sebagai buruh tani didaerahnya. Penghasilan ibunya dapat dikatakan
sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, walaupun tidak
kaya tetapi klien tidak sampai merasakan
kekurangan dalam segi ekonomi.
Pada tahun 1982, ibu klien berangkat transmigrasi ke Kalimantan dimana pada saat tersebut ibu klien tidak mengetahui jika sedang mengandung. Begitu merasa jika
mengandung, beliau memutuskan untuk
memeriksakan kandungannya ke dukun Jawa.
Ibu klien sesungguhnya tidak menginginkan kelahiran
klien, dikarenakan sudah terlalu banyak memiliki anak, sehingga beliau
berusaha menggugurkan kandungannya yang pada saat itu telah menginjak
lebih 1 (satu) bulan, namun Allah berkehendak lain, usaha ibu klien untuk
menggugurkan klien tidak pernah berhasil.
A. KONDISI KLIEN SEBELUM BERADA DI UPT RSCN MALANG
Pada saat melahirkan, ibu klien mengalami
pendarahan hebat namun klien dapat dilahirkan dengan selamat. Pada saat klien berumur 3 bulan, ibu klien baru mengetahui bahwa
klien mengalami gangguan penglihatan (cacat netra) namun ibu klien tetap tidak percaya jika anaknya mengalami
tunanetra. Pada saat klien berusia 3
tahun ibu klien pun berusaha membawa anaknya ke pengobatan alternatif, namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, malahan klien di vonis tidak dapat disembuhkan. Klien pun mengalami depresi dan minder selama masa kecilnya. Pada umur tiga belas tahun klien sempat berkeinginan
untuk disekolahkan di SLB (Sekolah Luar Biasa) akan tetapi tidak diperbolehkan
oleh ibu klien.
Klien adalah sosok yang tidak ingin hidup
bergantung dari orang lain dan klien sangat berkeinginan untuk membantu perekonomian
dari keluarga di samping itu klien juga memiliki cita-cita yang mulia yaitu
berkeinginan untuk membantu anak-anak yatim, oleh karena itu klien memutuskan
untuk masuk ke lembaga UPT RSCN Malang karena lembaga tersebut merupakan salah
satu lembaga Rehabilitasi Cacat Netra satu-satunya di Provinsi Jawa Timur yang
berada di Malang dan dalam proses rehabilitasinya tidak di pungut biaya apapun.
Klien masuk ke UPT RSCN untuk pertama kali pada
tahun 2008, namun klien selalu merasa tidak kerasan dan selalu kangen kepada
ibunya sehingga klien pulang setelah 3 bulan berada di UPT RSCN Malang,
selanjutnya klien tinggal kembali di rumahnya.
Selang beberapa lama berada di rumah, klien mulai
tidak kerasan dan ingin kembali ke UPT, namun keinginannya tidak mudah terlaksana
karena pada saat itu kondisi di UPT sudah penuh dan belum saatnya penerimaan
klien.
Selanjutnya pada tahun 2010, klien mengikuti
kegiatan Deteksi Dini Penyandang Cacat yang diadakan Dinas Sosial Propinsi Jawa
Timur di Banyuwangi, Pada saat itu klien mengemukakan kembali keinginannya
untuk dapat belajar lagi di UPT RSCN Malang. Oleh Pekerja Sosial yang bertugas, Klien kemudian
diberi formulir beserta syarat-syarat pendaftaran yang selanjutnya diisi,
dimintakan rekomendasi Dinas Sosial Kabupaten Banyuwangi untuk selanjutnya
dikirimkan ke UPT RSCN Malang. Akhirnya pada bulan Desember 2010 klien
mendapatkan panggilan untuk datang ke UPT RSCN Malang dimana penerimaan dimulai pada tanggal 5 Januari 2011.
B. KONDISI KLIEN SETELAH DI UPT RSCN MALANG
1.
Program
Pelayanan yang diterima di UPT RSCN Malang
Klien masuk UPT RSCN Malang pada tahun 2011, ditempatkan
di wisma Wijaya. Pada awal masuk UPT RSCN
Malang, klien ditempatkan pada program bimbingan kelas Persiapan A. Kelas
Persiapan A diperuntukkan bagi klien pemula yang belum pernah bersekolah dan
mereka yang belum mengetahui, memahami, menguasai ketrampilan sosial dasar
untuk dapat berfungsi sosial bagi penyandang cacat netra seperti activity daily living (ADL), orientasi
dan mobilitas (OM) dan baca tulis braille (BTB). Hal
ini sesuai denga kondisi klien yang belum pernah bersekolah sama sekali.
Selama di UPT RSCN Malang klien telah dibina agar dapat mandiri
dan mengembangkan potensi dalam dirinya melalui beberapa kegiatan pelayanan
sosial dan kegiatan rehabilitasi sosial. Adapun bimbingan fisik dan ketrampilan yang telah
diterima klien selama berada di UPT RSCN Malang adalah :
a.
Pelayanan bimbingan fisik meliputi pelayanan
asrama (akomodasi), pelayanan kesehatan (sarana pemeliharaan kesehatan antara
lain sabun cuci, sabun mandi, shampoo, sikat gigi, pasta gigi dan pemberian
obat sederhana sampai pemeriksaan dokter bilamana klien sakit), pelayanan makan
3 kali sehari dengan menu bervariasi dan pemberian snack agar kondisi fisik
klien selalu sehat dan bugar, klien juga mendapatkan bimbingan olah raga dan
senam pagi dua hari sekali.
b.
Bimbingan Mental. Klien memperoleh pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianutnya, yaitu agama Islam.
Disamping itu klien juga memperoleh bimbingan mental dari Kementrian Agama RI satu kali dalam 1 minggu. Klien juga
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler berupa pengajian, yasinan, tahlilan dan peringatan hari besar
Islam. Klien aktif mengikuti kegiatan Hadrah serta
memperkuat klub Hadrah Matahati UPT RSCN Malang yang telah tampil dalam berbagai
kegiatan di luar UPT.
c.
Bimbingan Sosial diperoleh klien dalam kegiatan
penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tata tertib panti, mengenal norma
hidup bermasyarakat, mengenal dan mengendalikan emosi, penerapan ketrampilan
hidup sehari – hari secara mandiri. Klien harus banyak
diingatkan untuk menjaga intensitas bicara karena klien termasuk suka bicara
dan suka membantu orang lain.
d.
Bimbingan ketrampilan kerja dan mempertahankan
diri dalam masyarakat diperoleh melalui bimbingan activity daily living (ADL), orientasi dan mobilitas (OM) dan baca
tulis braille (BTB) serta ketrampilan kerja berupa kerajinan tangan, Home Industri, serta pijat
massage.
2.
Perkembangan
Klien pada tahun ke-2
di UPT RSCN Malang
Semula klien tetap
merasa tidak kerasan tinggal di UPT RSCN Malang karena masih sering kangen dengan ibunya, namun setelah diberi motivasi secara terus menerus serta
diingatkan kegagalan klien di UPT RSCN pada masa lalu serta dibandingkan dengan
teman-teman seangkatannya dahulu yang telah lulus, akhirnya klien secara
perlahan mulai mantab untuk mengubah nasibnya. Setelah
kenal dengan banyak teman, klien mulai merasa
benar-benar kerasan.
Hubungan klien dengan teman- temannya cukup
akrab, tidak sering terjadi
pertengkaran dengan teman dan jika terjadi salah paham dengan teman, klien lebih banyak mengalah dan
secara baik – baik segera minta maaf. Apabila
ada temannya melakukan
kesalahan terhadap dirinya, klien sangat ringan dan terbuka
untuk segera memaafkan
walaupun klien dirugikan.
Klien banyak bicara dan senang mengawali pembicaraan dengan
orang lain, klien selalu mengambil
inisiatif untuk melakukan sesuatu kegiatan yang baik dengan
sesama teman, pembimbing maupun pengasuh. Walaupun banyak bicara namun
Klien selalu bersifat sopan dan mengalah.
Klien rajin mengikuti kegiatan dan mematuhi tata
tertib panti. Kondisi fisik klien selama di UPT sangat
baik, klien jarang sakit dan jika sakit hanya sakit pusing, flu, batuk dan
pilek yang bisa diatasi dengan obat yang tersedia di UPT ataupun berobat ke
Puskesmas.
Klien rajin mengikuti olahraga dan senam sesuai
dengan jadwal yang ditentukan, namun dari segi pengamalan agama Islam yang
dianutnya, klien rajin
melakukan ibadah sholat baik sholat sendiri di wisma maupun terkadang berjamaah di masjid. Klien juga rajin menjalankan sholat
Jumat di masjid yang secara rutin
dilakukan klien tanpa harus disuruh.
Klien juga rajin mengikuti bimbingan
agama baik di kelas maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Dalam penguasaan ketrampilan orientasi dan
mobilitas, secara teori klien cukup bagus, namun
dari segi praktek klien sangat percaya diri.
Jika diajak praktek orientasi dan mobilitas di luar panti
dan di jalan raya ataupun setiap dua minggu
sekali jalan sehat di sekeliling lingkungan UPT, Klien sangat senang dan
bersemangat sekali mengikutinya. Pada saat
jalan sehat ini, klien selalu memotori temannya untuk menyanyikan lagu-lagu
pembangkit semangat selama perjalanan keliling lingkungan UPT sehingga suasana
jalan sehat menjadi semarak.
Demikian pula di bidang ketrampilan pijat massage, secara teori klien hanya pas - pasan (sedang) namun dalam praktek pijat klien cukup menguasainya. Klien juga sangat bersemangat belajar praktek
pijat pada
waktu jam bimbingan dan secara sukarela mau
menolong siapa saja yang perlu pemijatan dengan senang hati.
Klien masuk kelas Praktis karena
klien kesulitan dalam membaca dan menulis huruf braille sehingga kebanyakan materi yang berupa teori dipelajari
klien dengan cara dihapalkan / direkam. Dalam
ketrampila activity daily living
(ADL) klien mengalami kesulitan dalam mengenali mata
uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu dan menali gurita, serta
mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam jarum.
C. GEJALA MASALAH
Gejala/masalah yang berhasil diobservasi oleh
praktikan selama praktikan berada dilembaga UPT RSCN Malang adalah :
1. Klien kesulitan dalam kegiatan pembelajaran OM (Orientasi
Mobilitas), karena klien sering mengobrol dan tidak memperhatikan tanda-tanda sewaktu berjalan.
2. Klien selalu mengobrol dengan teman klien ketika bertemu
dijalan maupun di wisma.
3. Klien sering mengobrol pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Klien masih kesulitan menghafal huruf braille.
5. Klien masih bingung dan kesulitan saat praktek mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali
sepatu dan menali gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke
dalam jarum di kelas ADL (Activity Dailly Living)
Dari keempat gejala masalah tersebut, masalah yang paling menonjol
pada klien adalah gangguan konsentrasi belajar
sebagai salah satu gejala attention deficit disorder (ADD).
BAB
III TINJAUAN TEORI GANGGUAN
KONSENTRASI
Gangguan konsenterasi tergolong ke dalam salah satu jenis
gangguan ADHD, singkatan dari Attention
Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal
sebagai Attention Deficit Disorder
(Sulit memusatkan perhatian). Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD) adalah
suatu pemusatan perhatian yang buruk atau singkat dan sifat impulsif (mengikuti
kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD terutama merupakan suatu
masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas.
A.
Pengertian Attention Deficit Disorder
Attention
deficit disorder (ADD) yang biasa diterjemahkan menjadi gangguan
perhatian defisit menurut ensiklopedia
bebas Wikipedia, merupakan salah satu
dari tiga subtipe dari attention-deficit
hyperactivity disorder (ADHD). Istilah ini secara resmi berubah pada tahun
1994. Dalam Diagnostik dan
Statistik Manual of Mental Disorders, edisi keempat
(DSM-IV) untuk "ADHD didominasi lalai" (ADHD-PI atau ADHD-I),
meskipun gangguan perhatian defisit juga masih banyak digunakan.
Attention
deficit disorder mirip dengan subtipe lain ADHD yang ditandai
dengan oleh kurangnya perhatian, gangguan konsentrasi, disorganisasi,
penundaan, dan pelupa, di mana hal itu berbeda dalam kelesuan, kelelahan ,
dan mengalami gejala lebih sedikit atau tidak ada hiperaktif atau impulsif khas
ADHD subtipe lainnya.
B.
GANGGUAN KONSENTRASI
1. Pengertian Gangguan Konsentrasi
Konsentrasi adalah kecakapan yang bisa diajarkan oleh para orang tua dan
guru (Obert Dilts & Jenifer Dilts dalam http://digilib.unnes.ac.id)
Konsentrasi juga mengandung pengertian memusatkan pikiran untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Supriyo (2008, 103) konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran
terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Siswa yang tidak dapat konsentrasi dalam belajar berarti tidak
dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Konsentrasi dalam belajar akan menentukan keberhasilan belajar oleh sebab
itu maka setiap pelajar perlu melatih konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari.
2. Ciri-ciri Gangguan Konsentrasi
Jika anak ADHD biasanya bersifat impulsif dan hiperaktif, maka anak ADD
mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif namun tidak selalu demikian. Pola
perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi.
Ciri-ciri yang sangat mudah dikenali untuk anak dengan gangguan pemusatan
perhatian adalah tidak mampu menyaring rangsang yang datangnya dari luar.
Irwan Prayitno menyebutkan bahwa gangguan konsentrasi berhubungan dengan
kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang
berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu
konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya
dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa
instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang tua
dan gurunya (http: kangheru.multiply.com).
Gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan
dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak.
Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan
konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus.
Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak
mendengarkan orang tua dan gurunya. Mereka mungkin melamun di kelas dan
kelihatan gelisah. (http:www.minmalangsatu.net)
3. Gejala Gangguan Konsentrasi
Gejala-gejala yang nampak pada anak yang
mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakn oleh Supriyo (2008:
104) sebagai berikut :
a.
Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk
kongkow-kongkow, nonton di luar kegiatan belajar, tetapi kalau belajar sebentar
sudah merasa tidak tahan
b.
Mudah kena rangsangan lingkungannya (seperti:
suara radio, TV, gangguan teman, adik atau kakak)
c.
Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari
untuk mencari perlengkapan belajar
d.
Selesai belajar tidak tahu apa yang baru saja
dipelajari.
Dalam beberapa kasus,
anak-anak yang menikmati belajar dapat mengembangkan rasa takut ketika
menghadapi pekerjaan terstruktur atau direncanakan, terutama panjang atau
kelompok berbasis yang membutuhkan fokus diperpanjang, bahkan jika mereka
benar-benar memahami topik. Anak-anak dengan ADD mungkin menghadapi risiko
lebih besar kegagalan akademik dan penarikan awal dari sekolah.
Guru dan orang tua dapat
membuat asumsi yang salah tentang perilaku dan sikap seorang anak dengan ADD,
dan dapat memberikan mereka statment yang sering salah dan umpan balik
negatif pada anak, misalnya "Anda harus
bertanggung
jawab", "kamu harus bertindak dewasa", "Anda
malas", "Anda tidak menunjukkan usaha apapun", "Anda hanya
tidak mau mencoba", dsb yang justru makin
membuat anak frustasi.
Anak-anak lalai mungkin
menyadari bahwa mereka berbeda beberapa tingkat dari
rekan-rekan mereka. Namun, mereka juga cenderung untuk menerima dan menginternalisasi
umpan balik negatif terus menerus serta menciptakan
citra diri negatif. Jika anak tumbuh dewasa tanpa
diagnosis
,
tidak diobati, tidak diperhatikan maka
mereka akan frustrasi serta miskin citra diri sehingga
mereka akan sering membuat banyak masalah berat menjaga hubungan yang sehat,
berhasil dalam postsecondary sekolah,
atau berhasil di tempat kerja. Masalah-masalah ini dapat menambah frustrasi dan
rendah diri, dan seringkali akan mengarah pada pengembangan patologi sekunder termasuk
gangguan kecemasan hubungan seksual, gangguan mood, dan
penyalahgunaan zat.
Anak dengan
ADD / ADHD di masa dewasa tampaknya kurang terbuka. Hal ini mungkin karena
kemampuan orang dewasa untuk membuat kognitif penyesuaian
dan mengembangkan keterampilan coping meminimalkan frekuensi perilaku lalai
atau hiperaktif. Namun, masalah inti dari ADHD tidak hilang dengan berjalannya
usia.
Dalam DSM-III, kelesuan,
mengantuk, dan melamun terdaftar sebagai karakteristik ADHD. Gejala-gejala
tersebut dihapus dari kriteria ADHD dalam DSM-IV karena, meskipun mereka dengan
ADD ditemukan memiliki gejala-gejala tersebut, ini hanya terjadi dengan adanya
gejala hiperaktif. Gejala-gejala yang berbeda digambarkan sebagai tempo lamban secara
kognitif.
The DSM-IV memungkinkan
untuk diagnosis subtipe didominasi lalai dari ADHD (di bawah kode 314.00) jika
individu menyajikan enam atau lebih dari gejala kekurangan perhatian selama
setidaknya enam bulan ke titik yang mengganggu dan tidak ada tingkat
perkembangan:
a.
Sering tidak memberikan perhatian dekat dengan
rincian atau membuat kesalahan ceroboh dalam sekolah, pekerjaan, atau kegiatan
lainnya.
b.
Sering memiliki kesulitan menjaga perhatian pada
tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c.
Seringkali tampaknya tidak mendengarkan bila
diajak bicara secara langsung.
d.
Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal
menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan
karena perilaku oposisi atau kegagalan untuk memahami instruksi).
e.
Sering mengalami kesulitan mengorganisir
kegiatan.
f.
Sering menghindari, tidak suka, atau tidak ingin
melakukan hal-hal yang memerlukan banyak usaha mental untuk jangka waktu yang
panjang (seperti sekolah atau pekerjaan rumah).
g.
Sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk
tugas-tugas dan kegiatan (misalnya mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau
alat).
h.
Sering mudah terganggu.
i.
Sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam
menegakkan diagnosis ADD sangat bergantung pada gejala penurunan dalam dua
atau lebih pengaturan diri, misalnya, di sekolah atau tempat kerja dan
di rumah. Juga harus ada bukti yang jelas dari
penurunan klinis yang signifikan dalam fungsi sosial, akademik gangguan suasana
hati , gangguan kecemasan , gangguan disosiatif dan gangguan
kepribadian.
4.
Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Konsentrasi
Menurut
Roberts Dilts dan Jennifer Dilt dalam http://digilib.unnes.ac.id,
sulitnya konsentrasi dipengaruhi karena mempunyai terlalu banyak gangguan atau
kekhawatiran, tidak mengetahui bagaimana melakukan segala sesuatu yang harus
kita lakukan, ingin melakukan sesuatu yang lain namun sudah kelelahan dan merasa
tidak enak badan.
Sulitnya
berkonsentrasi juga dipengaruhi oleh canggihnya teknologi jaman sekarang
seperti hand phone, komputer, internet dan mainan yang dapat mengganggu
konsentrasi anak seperti playstation, video game dan game on line.
Menurut
Sony Sugema College dalam http://www.sscbandung.net,
seorang anak bisa berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul
dalam diri anak itu. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal
dari luar individu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan mereka dalam
menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis, modalitas belajar,
sedangkan faktor eksternal misalnya adanya suara-suara berisik dari TV, radio,
atau suara-suara yang mengganggu lainnya.
Supriyo
(2008; 104) menyebutkan bahwa sebab-sebab anak tidak dapat konsentrasi dalam
belajar antara lain sebagai berikut :
a.
Anak tidak mempunyai tempat tersendiri
b.
Anak mudah terpengaruh oleh situasi sekitar
c.
Dalam meja banyak gambar/ foto kekasihnya, kaca
dsb. Sehingga dalam belajar mudah terganggu
d.
Anak tidak
merasa senang/ tidak berminat terhadap pelajaran yang dihadapi
e.
Kemungkinan lain badan dalam keadaan lelah/ sakit
f.
Baru mengalami stress/ tekanan jiwa karena
pacarnya yang paling disayang meninggalkan dia, atau kehilangan salah satu
anggota keluarganya.
5. Cara Mengatasi Gangguan Konsenterasi
Di
bawah ini ada beberapa tips untuk dapat berkonsentrasi dalam kegiatan belajar
yang diuraikan dalam http://kumpulantips.blogspot.com,
diantaranya adalah:
a. Jangan
biarkan gangguan itu datang. Biasanya ketika kita belajar, pasti akan datang
yang namanya gangguan. Gangguan ini bentuknya bisa macam-macam. Mulai dari
televisi, telepon hingga nyamuk yang menyerang. Kalau sudah diganggu, biasanya
konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari itu semua, kondisikan situasi
di sekitar kamu supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan
ponsel.
b. Siapkan
catatan kecil. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah catatan. Selalu
siapkan beberapa lembar kertas berukuran kecil. Catat hal-hal yang penting
untuk diingat.
c. Buat
target yang hendak dicapai. Belajarlah dengan target. Tetapkanlah berapa jumlah
halaman yang akan dibaca. Juga tetapkan berapa lama kamu akan belajar saat itu.
d. Siapkan
penghargaan untuk dirimu. Setelah serius belajar, kamu butuh menyenangkan diri
sendiri. Tetapkanlah satu imbalan untuk diri kamu sendiri. Misalnya, kalau kamu
bisa mencapai target belajar kamu hari itu, kamu akan makan ice cream rasa
coklat.
e. Belajar
tidak akan membuat temanmu hilang. Jangan pernah merasa kamu akan kehilangan
teman -temanmu karena kamu serius belajar. Teman-teman kamu nggak bakalan
ninggalin kamu. Kalau mereka ninggalin kamu, berarti mereka bukan teman yang
baik.
Ade
Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com
menyebutkan bahwa kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan, mungkin dapat
diatasi dengan beberapa tips berikut ini:
a.
Berusaha untuk dapat fokus
b.
Senantiasa mencatat
c.
Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran
d.
Catat gangguan yang biasanya membuat kehilangan
konsentrasi dan kerjakan sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.
e.
Manjakan diri sendiri
f.
Hidup teratur dan istirahat cukup
g.
Bekerja cepat
BAB IV P E M B A H A S A N
Banyak
bicara merupakan sikap berlebihan yang paling banyak terjadi dan paling besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan klien dalam belajar dan melatih pembiasaan
pembiasaan dalam perawatan diri dan lingkungan klien. Kondisi yang terjadi pada
klien WN adalah tidak optimalnya hasil belajar karena klien terlalu banyak
bicara baik pada saat mengikuti jam bimbingan di kelas ataupun pada saat klien
berada di wisma.
Sebagai seorang muslim yang baik, kepada klien telah sering diingatkan
untuk lebih sering bekerja dan beraktivitas daripada bicara karena segala
pembicaraan yang kita ucapkan akan menjadi catatan malaikat sebagaimana firman Allah SWT,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
yang artinya tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang
selalu hadir.” (QS Qaaf: 18)
Dalam tafsir Ibnu
Katsir juga disebutkan bahwa
Imam Ahmad mengeluh ketika sakit. Kemudian ia mendengar Thawus berkata,
Malaikat mencatat segala sesuatu hingga suara keluhan. Sejak saat itu Imam Ahmad
pun tidak pernah mengeluh lagi hingga meninggal dunia, semoga Allah
merahmatinya.” [Tafsir Ibnu Katsir 4/225]
Prinsipnya, sebagai apapun kita ada dan dalam situasi
apapun kita pada suatu saat, hendaknya selalu berusaha untuk mengutamakan
berbuat yang terbaik.
Klien WN sebenarnya mengetahui kelemahannya yang terlalu
banyak bicara, namun klien seringkali tidak mampu menjaga sikap untuk diam,
apalagi jika ada perkataan yang menggelitik atau yang bersifat memancing /
menggoda klien. Jika diminta untuk melakukan sebuah kegiatan, misalnya
membersihkan kamar pun, klien seringkali beralasan mau curhat dulu, mumpung
bertemu dengan Pekerja Sosial. Menurut klien pekerjaan dapat menanti sore atau
malam harinya sedangkan ngobrol dengan pekerja sosial lebih penting.
Klien selalu diingatkan untuk menghindari
banyak bicara yang tidak perlu karena sebagus
apapun perkataan tak akan mampu mengalahkan bagusnya perbuatan sebagaimana firman Allah SWT,
وَقُلِ
اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Yang artinya “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. 9:
105).
Menurut teori yang telah dipelajari dimuka, jika klien
mampu menahan bicaranya maka aspek kognitif dan motoriknya yang akan lebih
banyak bekerja sehingga klien lebih mudah menangkap dan mengerti materi yang
diberikan oleh instruktur serta klien mempunyai banyak waktu untuk bekerja
melatih ketrampilan yang telah diberikan instruktur dalam kehidupan sehari –
hari.
Untuk mempermudah diagnosis pada klien,
setidaknya klien harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku ADD
sebagaimana teori yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk itu Pekerja Sosial
mendiskripsikannya dalam tabel sebagai berikut :
NO
|
GEJALA DALAM TEORI
|
KONDISI KLIEN
|
KESIMPULAN
|
1.
|
Inatensi,
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian.
|
Banyak mengobrol
Sering bertanya tetapi tidak tahu esensi pertanyaan
|
Sesuai
|
2.
|
Impulsive,
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan / melakukan
sesuatu yang tidak sabar)
|
Tidak sabaran
Reaktif
Sering bertindak tanpa dipikir dahulu
|
Sesuai
|
3.
|
Hiperactivity
|
Tidak terlihat
|
Tidak sesuai
|
4.
|
Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka
yang seusia)
|
Mudah terganggu tetapi dapat menahan kemarahan
|
Tidak sesuai
|
5.
|
Cemas
|
Banyak mengalami rasa khawatir dan takut
Cenderung emosional.
Sangat sensitif terhadap kritikan.
Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
|
Sesuai
|
6.
|
Problem sosial
|
Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
|
Sesuai
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa setidaknya klien memiliki 4 kesesuaian dari 6
aspek yang menjadi ciri Attention deficit disorder (ADD).
Dengan demikian maka dapat dilihat
kecenderungan bahwa klien hanya mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian atau pikirannya dengan baik namun klien tidak mengalami
hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif sehingga klien tidak dapat
dikatakan mengidap ADD murni.
BAB IV PEMECAHAN MASALAH
Sesuai teori tentang Attention deficit disorder
(ADD) yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka klien
hanya
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya dengan
baik namun klien tidak mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif
sehingga klien tidak dapat dikatakan mengidap ADD murni.
Beberapa
pemecahan masalah yang telah disarankan para ahli dalam http://kumpulantips.blogspot.com yang dapat
diaplikasikan dalam pemecahan masalah klien antara lain sebagai berikut :
a.
Ketika sedang belajar, pastikan tidak ada
gangguan, karena kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar jadi buyar.
Untuk menghindari gangguan, kondisikan situasi agar supaya gangguan-gangguan
tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan ponsel, tutup pintu kamar, dll.
b.
Siapkan tape recorder sebagai pengganti catatan
kecil. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah catatan.
c.
Buat target yang hendak dicapai. Belajarlah
dengan target. Tetapkanlah berapa jumlah halaman yang akan dibaca. Juga
tetapkan berapa lama kamu akan belajar saat itu.
d.
Siapkan penghargaan untuk kita. Setelah serius
belajar, kita bisa menyenangkan diri sendiri sebagai imbalan. Misalnya, kalau klien
bisa mencapai target belajar hari itu, klien akan pergi beli nasi goreng di pak
Gito, atau bermain gitar di teras wisma.
e.
Jangan pernah merasa bahwa klien akan kehilangan
teman karena klien serius belajar. Kalau klien lainnya meninggalkan klien,
berarti mereka bukan teman yang baik.
Sejalan
dengan saran di atas, Ade Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com
menyebutkan bahwa kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan, mungkin dapat
diatasi dengan beberapa tips berikut ini:
a.
Berusaha untuk dapat fokus
b.
Senantiasa mencatat (merekam)
c.
Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran
d.
Catat gangguan yang biasanya membuat kehilangan
konsentrasi dan kerjakan sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.
e.
Manjakan diri sendiri
f.
Hidup teratur dan istirahat cukup
g.
Bekerja cepat
BAB V PENUTUP
- KESIMPULAN
Setelah
dilakukan berbagai kajian seputar permasalahan klien, maka pekerja sosial dapat
menarik kesimpulan bahwa klien tidak mengalami Attention deficit
disorder murni karena klien tidak menunjukkan gejala hiperaktivitas dan karakter
emosi yang negatif .
Untuk
menegakkan diagnosa yang mendekati kondisi klien yang sebenarnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa klien
mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya.
- PENUTUP
Demikian studi kasus ini kami susun
sebagai bahan telaahan bagi penyusunan rencana pemecahan masalah tahap
berikutnya sehingga akan membawa kebaikan bagi upaya – upaya membantu klien
untuk dapat mengeksplorasi kekuatan positif yang ada dalam diri klien secara
lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bauermeister J., Matos M., Reina G.,
Salas C., Martínez, J., Cumba, E., et al., 2005, Perbandingan DSM-IV Jenis Gabungan dan Lalai dari ADHD dalam Sampel Berbasis Sekolah, Jurnal Psikologi Anak Dan
Psikiatri.
Hallowell, Edward M., John J. Ratey., 2005 Disampaikan dari Distraction: Mendapatkan Hasil Kebanyakan Hidup dengan
Attention Deficit Disorder, New York: Ballantine Books.
Kelly, Kate,. Peggy Ramundo, 2006, Anda Berarti, Aku Tak Malas, Bodoh atau gila?! Buku Self-Help Klasik Untuk Dewasa dengan Attention Deficit Disorder, New York, NY: Scribner.
Murphy, K., Barkley, R., & Bush, T., 2002, Dewasa Muda dengan Gangguan Attention Deficit Hyperactivity: Subtipe Perbedaan Komorbiditas, Pendidikan, dan Sejarah Klinis. The Journal of Nervous Dan Mental Health.
Muhibbin Syah, M.Ed., 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sumadi
Suryabrata, Drs,BA,MA,Ed.S, Ph.D. 2004,
Psikologi Pendidikan , Rajawali Press, Jakarta Utara.
Supriyo, 2008, Studi Kasus
Bimbingan dan Konseling, Semarang: CV. Nieuw Setapak.
Quinn, Patricia, 1994, ADD dan Mahasiswa: Sebuah Panduan untuk SMA dan
Mahasiswa dengan Attention Deficit
Disorder, New York, edisi
bahasa Indonesia
Visser, John, Jehan, 2009, ADHD: Fakta Ilmiah atau Pendapat Faktual, Sebuah Kritik terhadap Kebenaran Gangguan Attention Deficit Hyperactivity, Kesulitan Emosional dan Perilaku.
Candra, Ade, 2006, Gangguan Konsenterasi dalam http://adecandra.blogspot.com.
Kang
Heru, Journal Seputar Konsentrasi Belajar dalam http://kangheru.multiply.com
Konsentrasi
Belajar Yuk, 2006, dalam http://kumpulantips.blogspot.com
Mengatasi
Gangguan Konsentrasi Belajar dalam http://www.minmalangsatu.net
No comments:
Post a Comment