Untuk teman-teman pejabat fungsional peksos jatim,
contoh pengembangan model pelayanan ini mungkin dapat dijadikan salah satu acuan bagi pembuatan konsepsi pengembangan model pelayanan (angka kredit 1,62) dan uji coba model yang dilampiri (angka kredit 3,105)
Silakan disedot, mudah-mudahan bermanfaat ....
Sincerely,
Nenden.
FAMILY SUPPORT GROUP (FSG) SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL
DARI REHABILITASI PENYALAHGUNA NAPZA
DENGAN METODE THERAPEUTIC
COMMUNITY (TC)
A.
Pendahuluan
Kecaduan
NAPZA adalah persoalan seluruh keluarga, baik keluarga kecil meupun keluarga
besar walaupun dalam sebuah keluarga hanya seorang yang menjadi pecandu
Jika dalam
sebuah keluarga didapati seorang pecandu, maka suasana keluarga akan dipenihi
ketegangan (tension). Sifat-sifat
negatif yang tadinya tidak ditemukan dalam diri pecandu muncul, seperti senang
mencuri, sering berbohong, malam keluyuran-pagi dan siang tidur serta berbagai
sifat negatif lainnya. Dampak negatif dari munculnya tingkah laku baru tersebut
berpengaruh terhadap keutuhan keluarga secara keseluruhan.
Berbagai
upaya dilakukan untuk mengatasi keadaan, namun seringkali keluarga menemui
jalan buntu dalam menghadapi perilaku pecandu. Dalam kebuntuan berdampak terhadap
pola perilaku, pola pikir dan pola emosi keluarga, sehingga timbul
co-dependent.
Co-dependent
adalah individu bukan pemakai yang ikut menderita karena hubungan dekat dengan
seorang pemakai. Co-dependet berpengaruh terhadap aspek emosi, psikologi dan
perilaku. Dalam satu keluarga mungkin ada lebih dari seorang co-dependent, bisa
laki-laki/wanita, tua/muda, dan sebagainya.
B.
Karakter
Co-Dependent
Karakter
co-dependent seperti pelindung, pengaman, penyangka, mascot/badut/pahlawan,
penyendiri, kambing hitam dan lain sebagainya yang terbentuk dari
keterkungkungannya dan kebisuan akibat penderitaan.
Hal
tersebut merupakan dampak dari adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu.
Ada juga perilaku orang tua yang meningkatkan kerentanan anak terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Diantaranya terlalu memanjakan, terlalu
mengekang/otoriter, terlalu memaksakan kemauan mereka, menuntut hal yang kurang
realistis, membuat aturan yang membingungkan, membeda-bedakann kasih sayang,
terlalu dibohongi anak, takut dengan anak dan lain-lain. Konsekuensinya korban
cukup senang dengan situasi hidupnya sebagai pemakai karena kurang merasa
bersalah, dia mendapat imbalan dan pengukuhan, dia mengidentifikasi perilaku
negatif. Lantas korban terlontar lebih jauh ke dalam jurang penagihan dan
semakin sulit bisa keluar dari ketergantungannya.
Setelah
cukup lama dan berulang-ulang, keluarga mulai sadar bahwa semua usaha jadi
percuma. Namun dampak emosi yang lain adalah rasa bersalah, malu, sedih,
terluka, takut, cemas, marah, murung tambah menguat dan menunda tindakan atau
perubahan mereka dari hari ke hari.
Kemudian,
berjuanglah mereka membawa korban mengembara dari detox ke detox, ke rumah
sakit, ke pesantren, ke sinse, ke dukun, ke kota lain, ke mekah, ke luar
negeri, ke mana lagi …
Korban
berjuang mengekalkan gaya hidupnya dan mengeksploitasi serta memanipulasi
kelemahan dalam keluarga. Akhirnya keluarga merasa capek, jenuh, semakin
bingung dan putus asa. Namun mereka berusaha hingga korban dimasukkan ke satu
rehabilitasi atau apapun namanya.
Keluarga merasa
aman dan lega. Antara sayang dan kangen, mereka mau korban tidak di rumah
selama yang dimungkinkan.
C.
Bagaimana
Seharusnya
Penyebab
dari semua masalah pecandu yang disebabkan pihak keluarga yaitu kasih sayang
yang opresif, posesif, obsesif, ekstrim, irrasional, revengeful, transcendent.
Oleh karena itu harus dibalik menjadi bentuk kasih sayang yang pas, yaitu responsible love, dengan cara:
1. Memberikan
perhatian optimal kepada diri sendiri dan keluarga
2. Menambah
kefahaman tentang proses kesembuhan
3. Menjadi
anggota support group
4. Mempunyai
ekspektasi yang realistis
5. Mempertahankan
komunikasi dan interaksi yang baik sesama anggota keluarganya
6. Bertekad
melupakan perkara yang sudah lewat dan membuka lembaran baru
Di lain
pihak, harus menciptakan lingkungan yang kondusif (supportive sorounding) dengan:
1. Menciptakan
kesempatan untuk membuktikan perubahan dan perbaikan diri
2. Memberikan
dukungan dan motivasi secara konsisten
3. Memberikan
perhatian terhadap pandangan dan usul
4. Memberikan
kepercayaan secara bertahap
5. Memberikan
penghargaan untuk setiap perbaikan atau kemajuan yang dilakukan
Untuk
mentransformasi cinta co-dependent dari cinta yang menimbulkan pengaruh negatif
ke cinta yang penuh tanggung jawab, maka diperlukan sosialisasi dari pihak lain
karena biasanya co-dependent tidak mengetahui sifat-sifat dasar dari
ketergantungan. Selain itu, pemulihan kecanduan tidak akan berhasil jika hanya
pecandu sendiri yang berjuang, dia butuh bantuan dari lingkungan, dalam hal ini
keluarga sebagai terminal terakhir dari pemulihan. Dari pertimbangan di atas,
maka diperlukan suatu program yang mendukung program inti dalam rehabilitasi metode
therapeutic community. Keberhasilan pecandu dalam rehabilitasi tidak akan
berkelanjutan jika tidak melibatkan transformasi co-dependent. Oleh karena itu,
program Family Support Group (FSG)
perlu digandengkan sebagai elemen komplementer.
D.
Program
Family Support Group (FSG) di UPT Rehsos ANKN Surabaya
1. Prinsip
Dari
keluarga residen untuk keluarga residen. Artinya insiatif pembentukan,
kepengurusan, pendanaan, pertemuan, nara sumber ditentukan oleh keluarga
residen sendiri dengan fasiltasi pihak UPT
2. Kepengurusan
Kepengurusan
100% berasal dari keluarga residen yang dipilih secara aklamasi
3. Jadwal
pelaksana
Biasanya
dilakukan 1 bulan 1 kali, mengenai tanggal ditentukan oleh kesepakatan keluarga
residen
4. Tempat
pelaksanaan
Untuk
pertemuan awal dilaksanakan di UPT Rehsos ANKN Surabaya. Pertemuan selanjutnya
ditentukan oleh kesepakatan pengurus.
5. Materi
pertemuan
Pertemuan
ke 1, seluruh keluarga residen diberi penjelasan mengenai rehabilitasi metode
TC, pemberian laporan bulanan perkembangan residen dan laporan keuangan,
sedangkan untuk pertemuan selanjutnya materi disesuaikan kebutuhan keluarga
residen
6. Pemateri
Untuk tahap
awal semua pemateri dari UPT Rehsos ANKN Surabaya (Kepala UPT, konselor adiksi
serta staf lain). Untuk selanjutnya disesuaikan dengan judul materi, bisa dari
UPT Rehsos ANKN sendiri, orang tua residen atau dari pihak luar lain
disesuaikan dengan tema pertemuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawa
Pos, 2010
2. Disarikan
dari berbagai handout mengenai Family
Support Group (FSG)
3. Berbagai
handout tentang NAPZA
4. Berbagai
handout tentang TC
5. Pengalaman
pelaksanaan FSG di rehabilitasi penyalahguna NAPZA lain
6. Pengalaman
pekerja sosial sendiri di UPT Rehsos ANKN Surabaya
LAPORAN PELAKSANAAN FAMILY SUPPORT GROUP (FSG)
BULAN MEI 2010
1.
|
Nama kegiatan
|
:
|
Pertemuan Family Support Group (FSG) ke 1 TC UPT
Rehsos ANKN Surabaya
|
2.
|
Hari dan tanggal
|
:
|
Jum’at, 14 Mei 2010 jam 13.00 WIB
|
3.
|
Tempat
|
:
|
Aula UPT Rehsos ANKN Surabaya
|
4.
|
Partisipan
|
:
|
1.
Kepala UPT Rehsos ANKN Surabaya 1 orang
2.
Kasubag TU 1 orang
3.
Pekerja sosial 1 orang
4.
Staf rehabilitasi 1 orang
5.
Konselor adiksi 2 orang
6.
Co-dependent 10 orang
7.
Psikiater 1 orang
8.
Dokter umum 1 orang
9.
Psikolog 1 orang
10.
Analis 1 orang
11.
Perawat 1 orang
|
5.
|
Materi FSG
|
:
|
1.
Ucapan selamat datang
2.
Perkenalan personil rehabilitasi
3.
Penjelasan program TC secara umum
4.
Tanya jawab program
5.
Berbagai pengalaman di antara co-dependent
6.
Konsultasi dengan konselor adiksi dan static
konselor
7.
Penyampaian laporan program dan uang saku
bulanan
8.
Ramah tamah
9.
Penutup
|
6.
|
Pemberi materi
|
:
|
1.
Kepala UPT
2.
Konselor adiksi
|
7.
|
Metode penyampaian materi
|
:
|
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Diskusi
4.
Berbagai pengalaman (sharing)
5.
Konsultasi
|
8.
|
T u j u a n
|
:
|
1. Agar co-dependent mengetahui mengenai program
TC di UPT Rehsos ANKN Surabaya secara umum
2. Agar terjalin komunikasi di antara staf
rehabilitasi UPT Rehsos ANKN Surabaya khususnya dengan co-dependent dan antar
co-dependent itu sendiri
3. Agar terjadi akuntabilitas pelayanan program
terutama terhadap co-dependent
|
9.
|
Hasil kegiatan
|
:
|
1. Co-dependent mulai mengerti mengenai program
UPT Rehsos ANKN Surabaya secara umum
2. Terjalin komunikasi di antara staf
rehabilitasi TC dengan co-dependent serta di antara co-dependent
3. Terjadi akuntabilitas pelaksanaan program dan
uang saku resident
4. Belum terbentuk kepengurusan FSG, untuk bulan
berikutnya pertemuan masih difasilitasi UPT rehsos ANKN Surabaya
|
10.
|
Tindak lanjut
|
:
|
1.
Akan dilakukan FSG lanjutan pada bulan Juni,
sedangkan waktu dan tempat akan ditetapkan kemudian
2.
Pendanaan dan konsumsi sudah ditanggung
co-dependent
|
Surabaya, 16 Mei 2010
PEKERJA SOSIAL
NENDEN DESNAWATI
|
MATERI FAMILY SUPPORT GROUP (FSG)
BULAN MEI 2010
A. Penjelasan Program TC Secara Umum
1. TC
singkatan dari Therapeutic Community yang mengandung arti pecandu menolong
pecandu (help
people help himself)
2. Program
utama TC adalah 4 structure 5 pillars melalui jargon/terminology dan unwritten
philosophy
3. Ada
3 fase dalam TC, yaitu primary, re-entry, aftercare, serta komponen
komplementer FSG
B. Tanya jawab program
Co-dependent (orang tua/wali, keluarga residen) diberi
kebebasan untuk bertanya tentang program kepada tim rehabilitasi (Kepala UPT,
Sub Bagian Tata Usaha, pekerja sosial, konselor adiksi, psikiater, psikolog,
perawat, dokter umum, analis dan sebagainya)
C. Berbagai Pengalaman (Sharing) di antara
Co-Dependent
Orang tua/wali, keluarga, teman residen diberi waktu
untuk berbagi pengalaman mengenai dinamika
keluarga ketika salah seorang keluarganya/temannya ada yang menjadi
pecandu. Dari sharing tersebut diharapkan mengurangi beban berat psikologis
co-dependent, sehingga jika tadinya merasa sebagai orang yang paling malang,
akan ada keluarga lain untuk berbagi
D. Konsultasi dengan Konselor Adiksi dan
Static Konselor
Co-dependent diberi waktu secara khusus untuk
melakukan konsultasi hanya dengan konselor adiksi dan konselor static
masing-masing residen. Konsultasi ini lebih bersifat khusus karena bisa
menyangkut hal-hal yang konfidensial (rahasia) mengenai residen yang tidak
boleh (tidak mau) diketahui orang lain.
Surabaya, 16 Mei 2010
PEKERJA SOSIAL
NENDEN DESNAWATI
|
No comments:
Post a Comment