Thursday, February 21, 2013

GANGGUAN KONSENTRASI SEBAGAI SALAH SATU CIRI ATTENTION DEFICIT DISORDER



GANGGUAN KONSENTRASI SEBAGAI SALAH SATU CIRI 
ATTENTION DEFICIT DISORDER PADA KLIEN “WN”

Studi  kasus  terhadap klien

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang



BAB I   P E N D A H U L U A N

A. IDENTITAS KLIEN
  1. Nama                         : “WN”
  2. Jenis kelamin              : Laki-laki
  3. Tanggal lahir              : 4 Mei 1982
  4. Tempat lahir               : Kab Bywng
  5. Agama                        : Islam
  6. Pendidikkan                 : -
  7. Pekerjaan                    : -
  8. Golongan Darah          : -
  9. Tinggi Badan              : 163 cm
  10. Berat badan               : 46 kg
  11. Uruta kelahiran           : ”WN” anak ke 10 dari 10 bersaudara
  12. Hobby                         : Mendengarkan musik dan mengaji
  13. Alamat                                   : Kab Bywng

B. IDENTITAS ORANG TUA
1.      Identitas Ayah
a.      Nama              :  Parmin                                 (almarhum)
b.      Usia                 : 50 tahun
c.       Agama             : Islam
d.      Pendidikan      : -
e.      Pekerjaan        : -
f.        Alamat                        : Kab Bywng

2.      Identitas Ibu
a.      Nama              : Rosmini                                                        
b.      Usia                 : 60 tahun
c.       Agama             : Islam
d.      Pendidikan      : -
e.      Pekerjaan        : Buruh tani
f.        Alamat                        : Kab Bywng


C.          SUSUNAN KELUARGA

No
Nama
P/L
Usia
Relasi
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
1.       
PM
L
Alm
Ayah
SD
Swasta
Kab Bywng
2.                 
RN
P
60
Ibu
SD
Buruh Tani
Kab Bywng
3.       
PR
P
48 th
Kakak
SD
Petani
Kab Bywng
4.       
YM
P
40 th
Kakak
SD
Petani
Kab Bywng
5.       
SP
L
39 th
Kakak
SMP
Ketua RT
Kab Bywng
6.       
WJ
L
35 th
Kakak
SD
Petani
Kab Bywng
7.       
ST
P
34 th
Kakak
SD
Petani
Kota Bli
8.       
NA
P
31 th
Kakak
SD
Petani
Kab Bywng
9.       
RK
P
31 th
Kakak
SD
Petani
Kab Bywng
10.   
SP
P
30 th
Kakak
SD
Petani
Kab Bywng
11.   
NK
L
30 th
Kakak
SMP
Swasta
Kab Bywng
12.   
WN
L
29 th
Klien
-
-
Kab Bywng


D.     GAMBARAN KONDISI UMUM KLIEN
1.      Kondisi Fisik dan Kesehatan
Klien mengalami tunanetra total, dengan kelopak mata berbentuk terbuka dan bola mata putih. Walaupun Klien berperawakan tubuh kurus dengan tinggi badan 163 cm dan berat badan 46 kg, namun kondisi kesehatan klien secara umum sehat. Klien yang memiliki rambut hitam berombak, dan berkulit sawo matang ini sangat jarang sakit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi kesehatan Klien secara umum tangguh dan sehat. 
2.      Kondisi Psikologis
Secara psikologis Klien memiliki tipe kepribadian ekstrovert dimana klien selalu terbuka dengan orang lain, menyampaiakan sesuatu hal dengan cara yang baik serta memiliki keberanian dalam mempertahankan keyakinannya. Gaya bicara klien sangat lantang dan cenderung agresif, namun kondisi ini tidak mempengaruhi  pola pergaulan klien.
Dalam berjalan klien memiliki sikap tubuh yang tegak, dengan pembawaan blindism berupa menggoyang-goyangkan tangan kanannya.  Jika mengalami kesulitan, klien lebih suka mengutarakan secara langsung baik kepada Pekerja Sosial  ataupun kepada instruktur yang berkaitan. Jika melakukan sebuah kesalahan klien cepat meminta maat dan jika dimarahi klien hanya diam mendengarkan namun setelah itu klien akan menjelaskan duduk persoalan dengan gayanya yang khas tanpa bermaksud membela diri.
Klien mengekspresikan perasaannya dengan benar, jika sedih klien banyak diam dan melamun, jika bertengkar dengan teman atau diolok-olok dengan teman Klien mengambil sikap santai, namun setelah itu klien baru curhat kepada Pekerja Sosial.


3.      Kondisi Sosial
Klien bergaul dengan semua teman tanpa memilih – milih teman. Walaupun kelihatannya cara berpakaiannya tidak rapi namun itu semua karena Klien jarang mendapatkan baju dan celana yang pas ukurannya dengan pinggangnya yang kecil.
Klien memiliki hubungan yang baik dengan ibu dan saudara – saudaranya yang lain. Sebagai bungsu dari 10 bersaudara, klien termasuk anak yang manja.
4.      Kondisi Spiritual
Klien beragama Islam sejak kecil dan klien lebih sering menjalankan sholat lima waktu secara rutin walaupun tidak ke masjid. Klien berjamaah di masjid secara rutin pada saat sholat Jum’at dan beberapa saat setelah menerima teguran dari Pekerja Sosial untuk memakmurkan masjid dengan cara  sholat berjamaah di masjid.
5.      Kondisi Vokasional
Klien sangat lambat dalam memberikan respon terhadap sebuah materi bimbingan, kondisi ini tidak dapat dibantu dengan remedial teaching sehingga dengan terpaksa Klien dimasukkan ke jurusan Kelas Praktis dan  sampai saat ini telah berada di kelas Praktis tahun kedua.
Selama di UPT RSCN Malang, klien telah mendapatkan hampir semua materi yang meliputi Baca Tulis Braille, Orientasi Mobilitas, Activity Daily Living, Home Industri, Kerajinan Tangan, Teori Anatomi, dan ketrampilan pijat Massage.
Kemampuan klien dalam Baca Tulis Braille, tidak dapat berkembang selama 1 tahun pertama sehingga klien tidak dapat meneruskan ke kelas Persiapan B. Kemampuan klien dalam Orientasi Mobilitas tidak ada masalah, sedangkan dalam ketrampilan Activity Daily Living klien mengalami kesulitan dalam mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu dan menali gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam jarum.
Dalam ketrampilan Home Industri dan Kerajinan Tangan klien cukup aktif, sedangkan dalam menangkap teori Anatomi klien cukup mampu mengerti hanya untuk diri sendiri tetapi tidak dapat menjelaskan kepada orang lain, namun dalam ketrampilan pijat Massage, kemampuan klien cukup baik dengan tekanan pijat yang cukup stabil.

BAB II     PERMASALAHAN

Klien adalah anak ke13 dari 13 bersaudara dari orang tua yang bernama Bapak Parmin (alm) dan ibu Rosmini 60 tahun. Dari ke-12 kakak klien, 3 kakak klien meninggal dunia di usia yang sangat dini. Saat ini keluarga tersebut tinggal di Jl. Al Khautsar Kota Banyuwangi.
Ayah klien meninggal saat klien berusia 6 tahun dan untuk menghidupi keluarganya, ibu klien berkerja sebagai buruh tani didaerahnya. Penghasilan ibunya dapat dikatakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, walaupun tidak kaya tetapi klien tidak sampai merasakan kekurangan dalam segi ekonomi.
Pada tahun 1982, ibu klien berangkat transmigrasi ke Kalimantan dimana pada saat tersebut ibu klien tidak mengetahui jika sedang mengandung. Begitu merasa jika mengandung, beliau memutuskan untuk memeriksakan kandungannya ke dukun Jawa.
Ibu klien sesungguhnya tidak menginginkan kelahiran klien, dikarenakan sudah terlalu banyak memiliki anak, sehingga beliau berusaha menggugurkan kandungannya yang pada saat itu telah menginjak lebih 1 (satu) bulan, namun Allah berkehendak lain, usaha ibu klien untuk menggugurkan klien tidak pernah berhasil.
A.       KONDISI KLIEN SEBELUM BERADA DI UPT RSCN MALANG
Pada saat melahirkan, ibu klien mengalami pendarahan hebat namun klien dapat dilahirkan dengan selamat. Pada saat klien berumur 3 bulan, ibu klien baru mengetahui bahwa klien mengalami gangguan penglihatan (cacat netra) namun ibu klien tetap tidak percaya jika anaknya mengalami tunanetra. Pada saat klien berusia 3 tahun  ibu klien pun berusaha membawa anaknya ke pengobatan alternatif, namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, malahan klien di vonis tidak dapat disembuhkan. Klien pun mengalami depresi dan minder selama masa kecilnya. Pada umur tiga belas tahun klien sempat berkeinginan untuk disekolahkan di SLB (Sekolah Luar Biasa) akan tetapi tidak diperbolehkan oleh ibu klien.
Klien adalah sosok yang tidak ingin hidup bergantung dari orang lain dan klien sangat berkeinginan untuk membantu perekonomian dari keluarga di samping itu klien juga memiliki cita-cita yang mulia yaitu berkeinginan untuk membantu anak-anak yatim, oleh karena itu klien memutuskan untuk masuk ke lembaga UPT RSCN Malang karena lembaga tersebut merupakan salah satu lembaga Rehabilitasi Cacat Netra satu-satunya di Provinsi Jawa Timur yang berada di Malang dan dalam proses rehabilitasinya tidak di pungut biaya apapun.
Klien masuk ke UPT RSCN untuk pertama kali pada tahun 2008, namun klien selalu merasa tidak kerasan dan selalu kangen kepada ibunya sehingga klien pulang setelah 3 bulan berada di UPT RSCN Malang, selanjutnya klien tinggal kembali di rumahnya.
Selang beberapa lama berada di rumah, klien mulai tidak kerasan dan ingin kembali ke UPT, namun keinginannya tidak mudah terlaksana karena pada saat itu kondisi di UPT sudah penuh dan belum saatnya penerimaan klien.
Selanjutnya pada tahun 2010, klien mengikuti kegiatan Deteksi Dini Penyandang Cacat yang diadakan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur di Banyuwangi, Pada saat itu klien mengemukakan kembali keinginannya untuk dapat belajar lagi di UPT RSCN Malang. Oleh Pekerja Sosial yang bertugas, Klien kemudian diberi formulir beserta syarat-syarat pendaftaran yang selanjutnya diisi, dimintakan rekomendasi Dinas Sosial Kabupaten Banyuwangi untuk selanjutnya dikirimkan ke UPT RSCN Malang. Akhirnya pada bulan Desember 2010 klien mendapatkan panggilan untuk datang ke UPT RSCN Malang dimana penerimaan dimulai pada tanggal 5 Januari 2011.
B.      KONDISI KLIEN SETELAH DI UPT RSCN MALANG
1.         Program Pelayanan yang diterima di UPT RSCN Malang
Klien masuk UPT RSCN Malang pada tahun 2011, ditempatkan di wisma Wijaya. Pada awal masuk UPT RSCN Malang, klien ditempatkan pada program bimbingan kelas Persiapan A. Kelas Persiapan A diperuntukkan bagi klien pemula yang belum pernah bersekolah dan mereka yang belum mengetahui, memahami, menguasai ketrampilan sosial dasar untuk dapat berfungsi sosial bagi penyandang cacat netra seperti activity daily living (ADL), orientasi dan mobilitas (OM) dan baca tulis braille (BTB). Hal ini sesuai denga kondisi klien yang belum pernah bersekolah sama sekali.
Selama di UPT RSCN Malang klien telah dibina agar dapat mandiri dan mengembangkan potensi dalam dirinya melalui beberapa kegiatan pelayanan sosial dan kegiatan rehabilitasi sosial. Adapun bimbingan fisik dan ketrampilan yang telah diterima klien selama berada di UPT RSCN Malang adalah :
a.         Pelayanan bimbingan fisik meliputi pelayanan asrama (akomodasi), pelayanan kesehatan (sarana pemeliharaan kesehatan antara lain sabun cuci, sabun mandi, shampoo, sikat gigi, pasta gigi dan pemberian obat sederhana sampai pemeriksaan dokter bilamana klien sakit), pelayanan makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi dan pemberian snack agar kondisi fisik klien selalu sehat dan bugar, klien juga mendapatkan bimbingan olah raga dan senam pagi dua hari sekali.
b.         Bimbingan Mental. Klien memperoleh pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianutnya, yaitu agama Islam. Disamping itu klien juga memperoleh bimbingan mental dari Kementrian Agama RI satu kali dalam 1 minggu. Klien juga mengikuti kegiatan ekstra kurikuler berupa pengajian, yasinan, tahlilan dan peringatan hari besar Islam. Klien aktif mengikuti kegiatan Hadrah serta memperkuat klub Hadrah Matahati UPT RSCN Malang yang telah tampil dalam berbagai kegiatan di luar UPT.
c.         Bimbingan Sosial diperoleh klien dalam kegiatan penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tata tertib panti, mengenal norma hidup bermasyarakat, mengenal dan mengendalikan emosi, penerapan ketrampilan hidup sehari – hari secara mandiri. Klien harus banyak diingatkan untuk menjaga intensitas bicara karena klien termasuk suka bicara dan suka membantu orang lain.
d.         Bimbingan ketrampilan kerja dan mempertahankan diri dalam masyarakat diperoleh melalui bimbingan activity daily living (ADL), orientasi dan mobilitas (OM) dan baca tulis braille (BTB) serta ketrampilan kerja berupa kerajinan tangan, Home Industri, serta pijat massage.

2.         Perkembangan Klien pada tahun ke-2 di UPT RSCN Malang
Semula klien tetap merasa tidak kerasan tinggal di UPT RSCN Malang karena masih sering kangen dengan ibunya, namun setelah diberi motivasi secara terus menerus serta diingatkan kegagalan klien di UPT RSCN pada masa lalu serta dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya dahulu yang telah lulus, akhirnya klien secara perlahan mulai mantab untuk mengubah nasibnya. Setelah kenal dengan banyak teman, klien mulai merasa benar-benar kerasan.
Hubungan klien dengan teman- temannya cukup akrab, tidak sering terjadi pertengkaran dengan teman dan jika terjadi salah paham dengan teman, klien lebih banyak mengalah dan secara baik – baik segera minta maaf. Apabila ada temannya melakukan kesalahan terhadap dirinya, klien sangat ringan dan terbuka untuk segera memaafkan walaupun klien dirugikan.
Klien banyak bicara dan senang mengawali pembicaraan dengan orang lain, klien selalu mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu kegiatan yang baik dengan sesama teman, pembimbing maupun pengasuh. Walaupun banyak bicara namun Klien selalu bersifat sopan dan mengalah.
Klien rajin mengikuti kegiatan dan mematuhi tata tertib panti. Kondisi fisik klien selama di UPT sangat baik, klien jarang sakit dan jika sakit hanya sakit pusing, flu, batuk dan pilek yang bisa diatasi dengan obat yang tersedia di UPT ataupun berobat ke Puskesmas.
Klien rajin mengikuti olahraga dan senam sesuai dengan jadwal yang ditentukan, namun dari segi pengamalan agama Islam yang dianutnya, klien rajin melakukan ibadah sholat baik sholat sendiri di wisma maupun terkadang berjamaah di masjid. Klien juga rajin menjalankan sholat Jumat di masjid yang secara rutin dilakukan klien tanpa harus disuruh. Klien juga rajin mengikuti bimbingan agama baik di kelas maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Dalam penguasaan ketrampilan orientasi dan mobilitas, secara teori klien cukup bagus, namun dari segi praktek klien sangat percaya diri. Jika diajak praktek orientasi dan mobilitas di luar panti dan di jalan raya ataupun setiap dua minggu sekali jalan sehat di sekeliling lingkungan UPT, Klien sangat senang dan bersemangat sekali mengikutinya. Pada saat jalan sehat ini, klien selalu memotori temannya untuk menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat selama perjalanan keliling lingkungan UPT sehingga suasana jalan sehat menjadi semarak.
Demikian pula di bidang ketrampilan pijat massage,  secara teori klien hanya pas - pasan (sedang) namun dalam praktek pijat klien cukup menguasainya. Klien juga sangat bersemangat belajar praktek pijat pada waktu jam bimbingan dan secara sukarela mau menolong siapa saja yang perlu pemijatan dengan senang hati.
Klien masuk kelas Praktis karena klien kesulitan dalam membaca dan menulis huruf braille sehingga kebanyakan materi yang berupa teori dipelajari klien dengan cara dihapalkan / direkam. Dalam ketrampila activity daily living (ADL) klien mengalami kesulitan dalam mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu dan menali gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam jarum.
C.      GEJALA MASALAH
Gejala/masalah yang berhasil diobservasi oleh praktikan selama praktikan berada dilembaga UPT RSCN Malang adalah :
1.      Klien kesulitan dalam kegiatan pembelajaran OM (Orientasi Mobilitas), karena klien sering mengobrol dan tidak memperhatikan tanda-tanda sewaktu berjalan.
2.      Klien selalu mengobrol dengan teman klien ketika bertemu dijalan maupun di wisma.
3.      Klien sering mengobrol pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
4.      Klien masih kesulitan menghafal huruf braille.
5.      Klien masih bingung dan kesulitan saat praktek mengenali mata uang, mempergunakan kompor gas, menali sepatu dan menali gurita, serta mengalami kesulitan dalam memasukkan benang ke dalam jarum di kelas ADL (Activity Dailly Living)
Dari keempat gejala masalah tersebut, masalah yang paling menonjol pada klien adalah gangguan konsentrasi belajar sebagai salah satu gejala attention deficit disorder (ADD).

BAB  III    TINJAUAN TEORI GANGGUAN KONSENTRASI

Gangguan konsenterasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian). Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk atau singkat dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD terutama merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas.
A.     Pengertian Attention Deficit Disorder
Attention deficit disorder (ADD) yang biasa diterjemahkan menjadi gangguan perhatian defisit menurut ensiklopedia bebas Wikipedia,  merupakan salah satu dari tiga subtipe dari attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD). Istilah ini secara resmi berubah pada tahun 1994. Dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV) untuk "ADHD didominasi lalai" (ADHD-PI atau ADHD-I), meskipun gangguan perhatian defisit juga masih banyak digunakan.
Attention deficit disorder mirip dengan subtipe lain ADHD yang ditandai dengan oleh kurangnya perhatian, gangguan konsentrasi, disorganisasi, penundaan, dan pelupa, di mana hal itu berbeda dalam kelesuan, kelelahan , dan mengalami gejala lebih sedikit atau tidak ada hiperaktif atau impulsif khas ADHD subtipe lainnya.

B.      GANGGUAN KONSENTRASI
1.    Pengertian Gangguan Konsentrasi
Konsentrasi adalah kecakapan yang bisa diajarkan oleh para orang tua dan guru (Obert Dilts & Jenifer Dilts dalam http://digilib.unnes.ac.id) Konsentrasi juga mengandung pengertian memusatkan pikiran untuk melakukan sesuatu.
Menurut Supriyo (2008, 103) konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Siswa yang tidak dapat konsentrasi dalam belajar berarti tidak dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Konsentrasi dalam belajar akan menentukan keberhasilan belajar oleh sebab itu maka setiap pelajar perlu melatih konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari.


2.    Ciri-ciri Gangguan Konsentrasi
Jika anak ADHD biasanya bersifat impulsif dan hiperaktif, maka anak ADD mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif namun tidak selalu demikian. Pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi.
Ciri-ciri yang sangat mudah dikenali untuk anak dengan gangguan pemusatan perhatian adalah tidak mampu menyaring rangsang yang datangnya dari luar.
Irwan Prayitno menyebutkan bahwa gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang tua dan gurunya (http: kangheru.multiply.com).
Gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang tua dan gurunya. Mereka mungkin melamun di kelas dan kelihatan gelisah. (http:www.minmalangsatu.net)
3.    Gejala Gangguan Konsentrasi
Gejala-gejala yang nampak pada anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakn oleh Supriyo (2008: 104) sebagai berikut :
a.      Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk kongkow-kongkow, nonton di luar kegiatan belajar, tetapi kalau belajar sebentar sudah merasa tidak tahan
b.      Mudah kena rangsangan lingkungannya (seperti: suara radio, TV, gangguan teman, adik atau kakak)
c.       Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari untuk mencari perlengkapan belajar
d.      Selesai belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari.
Dalam beberapa kasus, anak-anak yang menikmati belajar dapat mengembangkan rasa takut ketika menghadapi pekerjaan terstruktur atau direncanakan, terutama panjang atau kelompok berbasis yang membutuhkan fokus diperpanjang, bahkan jika mereka benar-benar memahami topik. Anak-anak dengan ADD mungkin menghadapi risiko lebih besar kegagalan akademik dan penarikan awal dari sekolah.
Guru dan orang tua dapat membuat asumsi yang salah tentang perilaku dan sikap seorang anak dengan ADD, dan dapat memberikan mereka statment yang sering salah dan umpan balik negatif pada anak, misalnya "Anda harus bertanggung jawab", "kamu harus bertindak dewasa", "Anda malas", "Anda tidak menunjukkan usaha apapun", "Anda hanya tidak mau mencoba", dsb yang justru makin membuat anak frustasi.
Anak-anak lalai mungkin menyadari bahwa mereka berbeda beberapa tingkat dari rekan-rekan mereka. Namun, mereka juga cenderung untuk menerima dan menginternalisasi umpan balik negatif terus menerus serta menciptakan citra diri negatif. Jika anak tumbuh dewasa tanpa diagnosis , tidak diobati, tidak diperhatikan maka mereka akan frustrasi serta miskin citra diri sehingga mereka akan sering membuat banyak masalah berat menjaga hubungan yang sehat, berhasil dalam postsecondary sekolah, atau berhasil di tempat kerja. Masalah-masalah ini dapat menambah frustrasi dan rendah diri, dan seringkali akan mengarah pada pengembangan patologi sekunder termasuk gangguan kecemasan hubungan seksual, gangguan mood, dan penyalahgunaan zat.
Anak dengan ADD / ADHD di masa dewasa tampaknya kurang terbuka. Hal ini mungkin karena kemampuan orang dewasa untuk membuat kognitif penyesuaian dan mengembangkan keterampilan coping meminimalkan frekuensi perilaku lalai atau hiperaktif. Namun, masalah inti dari ADHD tidak hilang dengan berjalannya usia.
Dalam DSM-III, kelesuan, mengantuk, dan melamun terdaftar sebagai karakteristik ADHD. Gejala-gejala tersebut dihapus dari kriteria ADHD dalam DSM-IV karena, meskipun mereka dengan ADD ditemukan memiliki gejala-gejala tersebut, ini hanya terjadi dengan adanya gejala hiperaktif. Gejala-gejala yang berbeda digambarkan sebagai tempo lamban secara kognitif.
The DSM-IV memungkinkan untuk diagnosis subtipe didominasi lalai dari ADHD (di bawah kode 314.00) jika individu menyajikan enam atau lebih dari gejala kekurangan perhatian selama setidaknya enam bulan ke titik yang mengganggu dan tidak ada tingkat perkembangan:
a.      Sering tidak memberikan perhatian dekat dengan rincian atau membuat kesalahan ceroboh dalam sekolah, pekerjaan, atau kegiatan lainnya.
b.      Sering memiliki kesulitan menjaga perhatian pada tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c.       Seringkali tampaknya tidak mendengarkan bila diajak bicara secara langsung.
d.      Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan karena perilaku oposisi atau kegagalan untuk memahami instruksi).
e.      Sering mengalami kesulitan mengorganisir kegiatan.
f.        Sering menghindari, tidak suka, atau tidak ingin melakukan hal-hal yang memerlukan banyak usaha mental untuk jangka waktu yang panjang (seperti sekolah atau pekerjaan rumah).
g.      Sering kehilangan hal-hal yang diperlukan untuk tugas-tugas dan kegiatan (misalnya mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat).
h.      Sering mudah terganggu.
i.        Sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam menegakkan diagnosis ADD sangat bergantung pada gejala penurunan dalam dua atau lebih pengaturan diri, misalnya, di sekolah atau tempat kerja dan di rumah. Juga harus ada bukti yang jelas dari penurunan klinis yang signifikan dalam fungsi sosial, akademik gangguan suasana hati , gangguan kecemasan , gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian.
4.         Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Konsentrasi
Menurut Roberts Dilts dan Jennifer Dilt dalam http://digilib.unnes.ac.id, sulitnya konsentrasi dipengaruhi karena mempunyai terlalu banyak gangguan atau kekhawatiran, tidak mengetahui bagaimana melakukan segala sesuatu yang harus kita lakukan, ingin melakukan sesuatu yang lain namun sudah kelelahan dan merasa tidak enak badan.
Sulitnya berkonsentrasi juga dipengaruhi oleh canggihnya teknologi jaman sekarang seperti hand phone, komputer, internet dan mainan yang dapat mengganggu konsentrasi anak seperti playstation, video game dan game on line.
Menurut Sony Sugema College dalam http://www.sscbandung.net, seorang anak bisa berkonsentrasi dengan baik atau tidak, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri anak itu. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar individu. Faktor internal misalnya ketidaksiapan mereka dalam menerima pelajaran, kondisi fisik, kondisi psikologis, modalitas belajar, sedangkan faktor eksternal misalnya adanya suara-suara berisik dari TV, radio, atau suara-suara yang mengganggu lainnya.
Supriyo (2008; 104) menyebutkan bahwa sebab-sebab anak tidak dapat konsentrasi dalam belajar antara lain sebagai berikut :
a.      Anak tidak mempunyai tempat tersendiri
b.      Anak mudah terpengaruh oleh situasi sekitar
c.       Dalam meja banyak gambar/ foto kekasihnya, kaca dsb. Sehingga dalam belajar mudah terganggu
d.      Anak tidak  merasa senang/ tidak berminat terhadap pelajaran yang dihadapi
e.      Kemungkinan lain badan dalam keadaan lelah/ sakit
f.        Baru mengalami stress/ tekanan jiwa karena pacarnya yang paling disayang meninggalkan dia, atau kehilangan salah satu anggota keluarganya.

5. Cara Mengatasi Gangguan Konsenterasi
Di bawah ini ada beberapa tips untuk dapat berkonsentrasi dalam kegiatan belajar yang diuraikan dalam http://kumpulantips.blogspot.com, diantaranya adalah:
a.      Jangan biarkan gangguan itu datang. Biasanya ketika kita belajar, pasti akan datang yang namanya gangguan. Gangguan ini bentuknya bisa macam-macam. Mulai dari televisi, telepon hingga nyamuk yang menyerang. Kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari itu semua, kondisikan situasi di sekitar kamu supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan ponsel.
b.      Siapkan catatan kecil. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah catatan. Selalu siapkan beberapa lembar kertas berukuran kecil. Catat hal-hal yang penting untuk diingat.
c.       Buat target yang hendak dicapai. Belajarlah dengan target. Tetapkanlah berapa jumlah halaman yang akan dibaca. Juga tetapkan berapa lama kamu akan belajar saat itu.
d.      Siapkan penghargaan untuk dirimu. Setelah serius belajar, kamu butuh menyenangkan diri sendiri. Tetapkanlah satu imbalan untuk diri kamu sendiri. Misalnya, kalau kamu bisa mencapai target belajar kamu hari itu, kamu akan makan ice cream rasa coklat.
e.      Belajar tidak akan membuat temanmu hilang. Jangan pernah merasa kamu akan kehilangan teman -temanmu karena kamu serius belajar. Teman-teman kamu nggak bakalan ninggalin kamu. Kalau mereka ninggalin kamu, berarti mereka bukan teman yang baik.
Ade Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com menyebutkan bahwa kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan, mungkin dapat diatasi dengan beberapa tips berikut ini:
a.      Berusaha untuk dapat fokus
b.      Senantiasa mencatat
c.       Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran
d.      Catat gangguan yang biasanya membuat kehilangan konsentrasi dan kerjakan sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.
e.      Manjakan diri sendiri
f.        Hidup teratur dan istirahat cukup
g.      Bekerja cepat

BAB IV    P E M B A H A S A N

Banyak bicara merupakan sikap berlebihan yang paling banyak terjadi dan paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan klien dalam belajar dan melatih pembiasaan pembiasaan dalam perawatan diri dan lingkungan klien. Kondisi yang terjadi pada klien WN adalah tidak optimalnya hasil belajar karena klien terlalu banyak bicara baik pada saat mengikuti jam bimbingan di kelas ataupun pada saat klien berada di wisma.
Sebagai seorang muslim yang baik, kepada klien telah sering diingatkan untuk lebih sering bekerja dan beraktivitas daripada bicara karena segala pembicaraan yang kita ucapkan akan menjadi catatan malaikat sebagaimana firman Allah SWT,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
yang artinya tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf: 18)
Dalam tafsir Ibnu Katsir juga disebutkan bahwa Imam Ahmad mengeluh ketika sakit. Kemudian ia mendengar Thawus berkata, Malaikat mencatat segala sesuatu hingga suara keluhan. Sejak saat itu Imam Ahmad pun tidak pernah mengeluh lagi hingga meninggal dunia, semoga Allah merahmatinya.” [Tafsir Ibnu Katsir 4/225]
Prinsipnya, sebagai apapun kita ada dan dalam situasi apapun kita pada suatu saat, hendaknya selalu berusaha untuk mengutamakan berbuat yang terbaik.
Klien WN sebenarnya mengetahui kelemahannya yang terlalu banyak bicara, namun klien seringkali tidak mampu menjaga sikap untuk diam, apalagi jika ada perkataan yang menggelitik atau yang bersifat memancing / menggoda klien. Jika diminta untuk melakukan sebuah kegiatan, misalnya membersihkan kamar pun, klien seringkali beralasan mau curhat dulu, mumpung bertemu dengan Pekerja Sosial. Menurut klien pekerjaan dapat menanti sore atau malam harinya sedangkan ngobrol dengan pekerja sosial lebih penting.
Klien selalu diingatkan untuk menghindari banyak bicara yang tidak perlu karena sebagus apapun perkataan tak akan mampu mengalahkan bagusnya perbuatan sebagaimana firman Allah SWT,
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Yang artinya “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. 9: 105).
Menurut teori yang telah dipelajari dimuka, jika klien mampu menahan bicaranya maka aspek kognitif dan motoriknya yang akan lebih banyak bekerja sehingga klien lebih mudah menangkap dan mengerti materi yang diberikan oleh instruktur serta klien mempunyai banyak waktu untuk bekerja melatih ketrampilan yang telah diberikan instruktur dalam kehidupan sehari – hari.
 Untuk mempermudah diagnosis pada klien, setidaknya klien harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku ADD sebagaimana teori yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk itu Pekerja Sosial mendiskripsikannya dalam tabel sebagai berikut :
NO
GEJALA DALAM TEORI
KONDISI KLIEN
KESIMPULAN
1.
Inatensi,
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Banyak mengobrol
Sering bertanya tetapi tidak tahu esensi pertanyaan
Sesuai
2.
Impulsive,
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan / melakukan sesuatu yang tidak sabar)
Tidak sabaran
Reaktif
Sering bertindak tanpa dipikir dahulu

Sesuai
3.
Hiperactivity
Tidak terlihat
Tidak sesuai
4.
Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia)
Mudah terganggu tetapi dapat menahan kemarahan
Tidak sesuai
5.
Cemas
Banyak mengalami rasa khawatir dan takut
Cenderung emosional.
Sangat sensitif terhadap kritikan.
Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.

Sesuai
6.
Problem sosial
Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Sesuai

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setidaknya klien memiliki 4 kesesuaian dari 6 aspek yang menjadi ciri Attention deficit disorder (ADD). Dengan demikian maka dapat dilihat kecenderungan bahwa klien hanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya dengan baik namun klien tidak mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif sehingga klien tidak dapat dikatakan mengidap ADD murni.

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

Sesuai teori tentang Attention deficit disorder (ADD) yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka klien hanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya dengan baik namun klien tidak mengalami hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif sehingga klien tidak dapat dikatakan mengidap ADD murni.
Beberapa pemecahan masalah yang telah disarankan para ahli dalam http://kumpulantips.blogspot.com yang dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah klien antara lain sebagai berikut :
a.      Ketika sedang belajar, pastikan tidak ada gangguan, karena kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari gangguan, kondisikan situasi agar supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan ponsel, tutup pintu kamar, dll.
b.      Siapkan tape recorder sebagai pengganti catatan kecil. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah catatan.
c.       Buat target yang hendak dicapai. Belajarlah dengan target. Tetapkanlah berapa jumlah halaman yang akan dibaca. Juga tetapkan berapa lama kamu akan belajar saat itu.
d.      Siapkan penghargaan untuk kita. Setelah serius belajar, kita bisa menyenangkan diri sendiri sebagai imbalan. Misalnya, kalau klien bisa mencapai target belajar hari itu, klien akan pergi beli nasi goreng di pak Gito, atau bermain gitar di teras wisma.
e.      Jangan pernah merasa bahwa klien akan kehilangan teman karena klien serius belajar. Kalau klien lainnya meninggalkan klien, berarti mereka bukan teman yang baik.

Sejalan dengan saran di atas, Ade Candra, 2006 dalam http://adecandra.blogspot.com menyebutkan bahwa kehilangan konsentrasi dalam taraf ringan, mungkin dapat diatasi dengan beberapa tips berikut ini:
a.      Berusaha untuk dapat fokus
b.      Senantiasa mencatat (merekam)
c.       Berusaha untuk tetap menjaga alur pikiran
d.      Catat gangguan yang biasanya membuat kehilangan konsentrasi dan kerjakan sesuatu yang dapat mengurangi gangguan tersebut.
e.      Manjakan diri sendiri
f.        Hidup teratur dan istirahat cukup
g.       Bekerja cepat


BAB V PENUTUP


  1. KESIMPULAN
Setelah dilakukan berbagai kajian seputar permasalahan klien, maka pekerja sosial dapat menarik kesimpulan bahwa klien tidak mengalami Attention deficit disorder murni karena klien tidak menunjukkan gejala hiperaktivitas dan karakter emosi yang negatif .
Untuk menegakkan diagnosa yang mendekati kondisi klien yang sebenarnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa klien mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau pikirannya.

  1. PENUTUP
Demikian studi kasus ini kami susun sebagai bahan telaahan bagi penyusunan rencana pemecahan masalah tahap berikutnya sehingga akan membawa kebaikan bagi upaya – upaya membantu klien untuk dapat mengeksplorasi kekuatan positif yang ada dalam diri klien secara lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Bauermeister J., Matos M., Reina G., Salas C., Martínez, J., Cumba, E., et al., 2005, Perbandingan DSM-IV Jenis Gabungan dan Lalai dari ADHD dalam Sampel Berbasis Sekolah, Jurnal Psikologi Anak Dan Psikiatri.
Hallowell, Edward M., John J. Ratey., 2005 Disampaikan dari Distraction: Mendapatkan Hasil Kebanyakan Hidup dengan Attention Deficit Disorder, New York: Ballantine Books.
Kelly, Kate,. Peggy Ramundo, 2006, Anda Berarti, Aku Tak Malas, Bodoh atau gila?! Buku Self-Help Klasik Untuk Dewasa dengan Attention Deficit Disorder, New York, NY: Scribner.
Murphy, K., Barkley, R., & Bush, T., 2002, Dewasa Muda dengan Gangguan Attention Deficit Hyperactivity: Subtipe Perbedaan Komorbiditas, Pendidikan, dan Sejarah Klinis. The Journal of Nervous Dan Mental Health.
Muhibbin Syah, M.Ed., 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sumadi Suryabrata, Drs,BA,MA,Ed.S, Ph.D. 2004, Psikologi Pendidikan , Rajawali Press, Jakarta Utara.
Supriyo, 2008, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, Semarang: CV. Nieuw Setapak.
Quinn, Patricia, 1994, ADD dan Mahasiswa: Sebuah Panduan untuk SMA dan Mahasiswa dengan Attention Deficit Disorder, New York, edisi bahasa Indonesia
Visser, John, Jehan, 2009, ADHD: Fakta Ilmiah atau Pendapat Faktual, Sebuah Kritik terhadap Kebenaran Gangguan Attention Deficit Hyperactivity, Kesulitan Emosional dan Perilaku.
Candra, Ade, 2006, Gangguan Konsenterasi dalam http://adecandra.blogspot.com.
Kang Heru, Journal Seputar Konsentrasi Belajar dalam http://kangheru.multiply.com

Konsentrasi Belajar Yuk, 2006, dalam  http://kumpulantips.blogspot.com
Mengatasi Gangguan Konsentrasi Belajar dalam http://www.minmalangsatu.net


Disusun untuk pembelajaran oleh :

ISMI WARDANI

Pekerja Sosial Madya

UPT REHABILITASI  SOSIAL  CACAT  NETRA MALANG

Pebruari 2012


Masukan dan Saran sangat kami harapkan...

No comments:

Post a Comment