Tuesday, January 10, 2012

Konsepsi Pengembangan Model dan Uji Coba Model

Untuk teman-teman pejabat fungsional peksos jatim, 

contoh pengembangan model pelayanan ini mungkin dapat dijadikan salah satu acuan bagi pembuatan konsepsi pengembangan model pelayanan (angka kredit 1,62) dan uji coba model yang dilampiri (angka kredit 3,105) Silakan disedot, mudah-mudahan bermanfaat .... 

Sincerely, 
Nenden.


FAMILY SUPPORT GROUP (FSG) SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL

DARI REHABILITASI PENYALAHGUNA NAPZA 
DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY (TC)



A.      Pendahuluan



Kecaduan NAPZA adalah persoalan seluruh keluarga, baik keluarga kecil meupun keluarga besar walaupun dalam sebuah keluarga hanya seorang yang menjadi pecandu



Jika dalam sebuah keluarga didapati seorang pecandu, maka suasana keluarga akan dipenihi ketegangan (tension). Sifat-sifat negatif yang tadinya tidak ditemukan dalam diri pecandu muncul, seperti senang mencuri, sering berbohong, malam keluyuran-pagi dan siang tidur serta berbagai sifat negatif lainnya. Dampak negatif dari munculnya tingkah laku baru tersebut berpengaruh terhadap keutuhan keluarga secara keseluruhan.




Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi keadaan, namun seringkali keluarga menemui jalan buntu dalam menghadapi perilaku pecandu. Dalam kebuntuan berdampak terhadap pola perilaku, pola pikir dan pola emosi keluarga, sehingga timbul co-dependent.



Co-dependent adalah individu bukan pemakai yang ikut menderita karena hubungan dekat dengan seorang pemakai. Co-dependet berpengaruh terhadap aspek emosi, psikologi dan perilaku. Dalam satu keluarga mungkin ada lebih dari seorang co-dependent, bisa laki-laki/wanita, tua/muda, dan sebagainya.



B.      Karakter Co-Dependent



Karakter co-dependent seperti pelindung, pengaman, penyangka, mascot/badut/pahlawan, penyendiri, kambing hitam dan lain sebagainya yang terbentuk dari keterkungkungannya dan kebisuan akibat penderitaan.



Hal tersebut merupakan dampak dari adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu. Ada juga perilaku orang tua yang meningkatkan kerentanan anak terhadap penyalahgunaan NAPZA. Diantaranya terlalu memanjakan, terlalu mengekang/otoriter, terlalu memaksakan kemauan mereka, menuntut hal yang kurang realistis, membuat aturan yang membingungkan, membeda-bedakann kasih sayang, terlalu dibohongi anak, takut dengan anak dan lain-lain. Konsekuensinya korban cukup senang dengan situasi hidupnya sebagai pemakai karena kurang merasa bersalah, dia mendapat imbalan dan pengukuhan, dia mengidentifikasi perilaku negatif. Lantas korban terlontar lebih jauh ke dalam jurang penagihan dan semakin sulit bisa keluar dari ketergantungannya.



Setelah cukup lama dan berulang-ulang, keluarga mulai sadar bahwa semua usaha jadi percuma. Namun dampak emosi yang lain adalah rasa bersalah, malu, sedih, terluka, takut, cemas, marah, murung tambah menguat dan menunda tindakan atau perubahan mereka dari hari ke hari.



Kemudian, berjuanglah mereka membawa korban mengembara dari detox ke detox, ke rumah sakit, ke pesantren, ke sinse, ke dukun, ke kota lain, ke mekah, ke luar negeri, ke mana lagi …



Korban berjuang mengekalkan gaya hidupnya dan mengeksploitasi serta memanipulasi kelemahan dalam keluarga. Akhirnya keluarga merasa capek, jenuh, semakin bingung dan putus asa. Namun mereka berusaha hingga korban dimasukkan ke satu rehabilitasi atau apapun namanya.



Keluarga merasa aman dan lega. Antara sayang dan kangen, mereka mau korban tidak di rumah selama yang dimungkinkan.



C.      Bagaimana Seharusnya



Penyebab dari semua masalah pecandu yang disebabkan pihak keluarga yaitu kasih sayang yang opresif, posesif, obsesif, ekstrim, irrasional, revengeful, transcendent. Oleh karena itu harus dibalik menjadi bentuk kasih sayang yang pas, yaitu responsible love, dengan cara:

1.       Memberikan perhatian optimal kepada diri sendiri dan keluarga

2.       Menambah kefahaman tentang proses kesembuhan

3.       Menjadi anggota support group

4.       Mempunyai ekspektasi yang realistis

5.       Mempertahankan komunikasi dan interaksi yang baik sesama anggota keluarganya

6.       Bertekad melupakan perkara yang sudah lewat dan membuka lembaran baru



Di lain pihak, harus menciptakan lingkungan yang kondusif (supportive sorounding) dengan:

1.       Menciptakan kesempatan untuk membuktikan perubahan dan perbaikan diri

2.       Memberikan dukungan dan motivasi secara konsisten

3.       Memberikan perhatian terhadap pandangan dan usul

4.       Memberikan kepercayaan secara bertahap

5.       Memberikan penghargaan untuk setiap perbaikan atau kemajuan yang dilakukan



Untuk mentransformasi cinta co-dependent dari cinta yang menimbulkan pengaruh negatif ke cinta yang penuh tanggung jawab, maka diperlukan sosialisasi dari pihak lain karena biasanya co-dependent tidak mengetahui sifat-sifat dasar dari ketergantungan. Selain itu, pemulihan kecanduan tidak akan berhasil jika hanya pecandu sendiri yang berjuang, dia butuh bantuan dari lingkungan, dalam hal ini keluarga sebagai terminal terakhir dari pemulihan. Dari pertimbangan di atas, maka diperlukan suatu program yang mendukung program inti dalam rehabilitasi metode therapeutic community. Keberhasilan pecandu dalam rehabilitasi tidak akan berkelanjutan jika tidak melibatkan transformasi co-dependent. Oleh karena itu, program Family Support Group (FSG) perlu digandengkan sebagai elemen komplementer.



D.      Program Family Support Group (FSG) di UPT Rehsos ANKN Surabaya



1.       Prinsip

Dari keluarga residen untuk keluarga residen. Artinya insiatif pembentukan, kepengurusan, pendanaan, pertemuan, nara sumber ditentukan oleh keluarga residen sendiri dengan fasiltasi pihak UPT

2.       Kepengurusan

Kepengurusan 100% berasal dari keluarga residen yang dipilih secara aklamasi

3.       Jadwal pelaksana

Biasanya dilakukan 1 bulan 1 kali, mengenai tanggal ditentukan oleh kesepakatan keluarga residen

4.       Tempat pelaksanaan

Untuk pertemuan awal dilaksanakan di UPT Rehsos ANKN Surabaya. Pertemuan selanjutnya ditentukan oleh kesepakatan pengurus.

5.       Materi pertemuan

Pertemuan ke 1, seluruh keluarga residen diberi penjelasan mengenai rehabilitasi metode TC, pemberian laporan bulanan perkembangan residen dan laporan keuangan, sedangkan untuk pertemuan selanjutnya materi disesuaikan kebutuhan keluarga residen

6.       Pemateri

Untuk tahap awal semua pemateri dari UPT Rehsos ANKN Surabaya (Kepala UPT, konselor adiksi serta staf lain). Untuk selanjutnya disesuaikan dengan judul materi, bisa dari UPT Rehsos ANKN sendiri, orang tua residen atau dari pihak luar lain disesuaikan dengan tema pertemuan.











DAFTAR PUSTAKA





1.       Jawa Pos, 2010

2.       Disarikan dari berbagai handout mengenai Family Support Group (FSG)

3.       Berbagai handout tentang NAPZA

4.       Berbagai handout tentang TC

5.       Pengalaman pelaksanaan FSG di rehabilitasi penyalahguna NAPZA lain

6.       Pengalaman pekerja sosial sendiri di UPT Rehsos ANKN Surabaya



LAPORAN PELAKSANAAN FAMILY SUPPORT GROUP (FSG)

BULAN MEI 2010


1.
Nama kegiatan
:
Pertemuan Family Support Group (FSG) ke 1 TC UPT Rehsos ANKN Surabaya




2.
Hari dan tanggal
:
Jum’at, 14 Mei 2010 jam 13.00 WIB




3.
Tempat
:
Aula UPT Rehsos ANKN Surabaya




4.
Partisipan
:
1.       Kepala UPT Rehsos ANKN Surabaya 1 orang
2.       Kasubag TU 1 orang
3.       Pekerja sosial 1 orang
4.       Staf rehabilitasi 1 orang
5.       Konselor adiksi 2 orang
6.       Co-dependent 10 orang
7.       Psikiater 1 orang
8.       Dokter umum 1 orang
9.       Psikolog 1 orang
10.   Analis 1 orang
11.   Perawat 1 orang




5.
Materi FSG
:
1.       Ucapan selamat datang
2.       Perkenalan personil rehabilitasi
3.       Penjelasan program TC secara umum
4.       Tanya jawab program
5.       Berbagai pengalaman di antara co-dependent
6.       Konsultasi dengan konselor adiksi dan static konselor
7.       Penyampaian laporan program dan uang saku bulanan
8.       Ramah tamah
9.       Penutup




6.
Pemberi materi
:
1.       Kepala UPT
2.       Konselor adiksi




7.
Metode penyampaian materi
:
1.       Ceramah
2.       Tanya jawab
3.       Diskusi
4.       Berbagai pengalaman (sharing)
5.       Konsultasi




8.
T u j u a n
:
1.     Agar co-dependent mengetahui mengenai program TC di UPT Rehsos ANKN Surabaya secara umum
2.  Agar terjalin komunikasi di antara staf rehabilitasi UPT Rehsos ANKN Surabaya khususnya dengan co-dependent dan antar co-dependent itu sendiri
3.  Agar terjadi akuntabilitas pelayanan program terutama terhadap co-dependent




9.
Hasil kegiatan
:
1.  Co-dependent mulai mengerti mengenai program UPT Rehsos ANKN Surabaya secara umum
2.   Terjalin komunikasi di antara staf rehabilitasi TC dengan co-dependent serta di antara co-dependent
3.    Terjadi akuntabilitas pelaksanaan program dan uang saku resident
4. Belum terbentuk kepengurusan FSG, untuk bulan berikutnya pertemuan masih difasilitasi UPT rehsos ANKN Surabaya




10.
Tindak lanjut
:
1.       Akan dilakukan FSG lanjutan pada bulan Juni, sedangkan waktu dan tempat akan ditetapkan kemudian
2.       Pendanaan dan konsumsi sudah ditanggung co-dependent






Surabaya, 16 Mei 2010

PEKERJA SOSIAL



NENDEN DESNAWATI




MATERI FAMILY SUPPORT GROUP (FSG)

BULAN MEI 2010



A.      Penjelasan Program TC Secara Umum



1.                   TC singkatan dari Therapeutic Community yang mengandung arti pecandu menolong pecandu (help 
             people help himself)

2.                   Program utama TC adalah 4 structure 5 pillars melalui jargon/terminology dan unwritten philosophy

3.                  Ada 3 fase dalam TC, yaitu primary, re-entry, aftercare, serta komponen komplementer FSG



B.      Tanya jawab program



Co-dependent (orang tua/wali, keluarga residen) diberi kebebasan untuk bertanya tentang program kepada tim rehabilitasi (Kepala UPT, Sub Bagian Tata Usaha, pekerja sosial, konselor adiksi, psikiater, psikolog, perawat, dokter umum, analis dan sebagainya)



C.      Berbagai Pengalaman (Sharing) di antara Co-Dependent



Orang tua/wali, keluarga, teman residen diberi waktu untuk berbagi pengalaman mengenai dinamika  keluarga ketika salah seorang keluarganya/temannya ada yang menjadi pecandu. Dari sharing tersebut diharapkan mengurangi beban berat psikologis co-dependent, sehingga jika tadinya merasa sebagai orang yang paling malang, akan ada keluarga lain untuk berbagi



D.      Konsultasi dengan Konselor Adiksi dan Static Konselor



Co-dependent diberi waktu secara khusus untuk melakukan konsultasi hanya dengan konselor adiksi dan konselor static masing-masing residen. Konsultasi ini lebih bersifat khusus karena bisa menyangkut hal-hal yang konfidensial (rahasia) mengenai residen yang tidak boleh (tidak mau) diketahui orang lain.





Surabaya, 16 Mei 2010

PEKERJA SOSIAL



NENDEN DESNAWATI











No comments:

Post a Comment