Sunday, March 4, 2012

Istilah-istilah dalam TC (TC's Jargons)



HAL-HAL YANG BERKENAAN DENGAN
REHABILITASI KETERGANTUNGAN NAPZA

DENGAN MEMAKAI METODE THERAPEUTIC COMMUNITY (TC)

oleh : Nenden Desnawati

A.      BUDAYA THERAPEUTIC COMMUNITY (TC)
TC merupakan suatu wujud simulasi kehidupan nyata dalam wadah residensial. Di dalam TC ada berbagai falsafah dan norma yang dianut untuk membentuk perilaku yang lebih baik. Falsafah dan norma yang ditanamkan tersebut kemudian berkembang menjadi suatu budaya TC, yang didalamnya mencakup:

1.       Walking Paper

Adalah paper/buku yang harus selalu dibawa oleh residen fase Induction ke manapun dia pergi dari mulai bangun pagi sampai tidur. Paper ini tidak boleh ketinggalan dimanapun tanpa communicate (nitip) kepada residen atau staf yang ada di dekatnya. Maka, mengapa disebut walking paper atau terjemahan secara harfiah “buku berjalan” karena harus dibawa kemanapun residen pergi.


Walking paper biasanya berisi Cardinal Rules,  The Creed, Ikrar, Four Structures (4S), Five Pillars (5P), Unwritten Philosophies, Tools of The House, Jargon, dan Induction Responsibilities (akan dijelaskan kemudian), serta lainnya sesuai kebutuhan.

Walking paper ini terutama harus dihafalkan pada fase induction, lebih jauh lagi harus difahami dan dihayati dalam aplikasi strategi dan teknik rehabilitasi pada fase lanjutan. Segala yang tertera dalam walking paper merupakan kondisi yang ingin dikristalisasikan dalam pola pikir, pola rasa dan pola tindakan recovering addict (pecandu yang berada dalam proses pemulihan), karena pada saat  menjadi pecandu mereka berfikir, merasa dan bertindak kebalikan dari yang tertera dalam walking paper.

Menurut pengalaman, biasanya residen lifted (hafal seluruh isi) walking paper paling cepat 3 hari, paling lama 1 bulan. Jika melihat isi walking paper, orang awam biasanya akan meragukan apakah residen dengan kualifikasi pendidikan rendah dapat hafal walking paper. Pada kenyataannya, peer pressure (tekanan teman sebaya) merupakan alat kekuatan paling dahsyat dalam perubahan (pola pikir, pola rasa dan pola tindak) recovering addict (RA). Maka, walaupun RA tidak lulus SD dan berasal dari kampung yang jauh dari kota, pada kenyataannya mereka dapat hafal walking paper. That’s the power of peer pressure in TC!


            2.     The Creed (Philosophy)
            Merupakan pola dasar berpikir yang harus dipahami dan dihayati oleh seluruh residen (sebutan
            residen untuk individu yang direhabilitasi di TC). The creed ini bentuknya berupa pengakuan dosa
            yang harus dibacakan seperti Undang-Undang Dasar dalam setiap sesi tertentu oleh seluruh residen
            agar terjadi kristalisasi.

            THE CREED

            I am here
            Because there is no refuge
            Finally from myself
            Untill I confront myself
            In the eyes and heart of others
            I am running
            Untill I suffer them
            To share my secret
            I have no safety from them
            Afraid to be known
            I can know neither myself
            Nor any others
            I will be alone

            Where else …
            But in our common ground
            Can I find such a mirror?

            Here …
            Together
            I can at last appear clearly to myself

            Not as a giant of my dreams
            Not the dwarf of my fear
            But as a person
            Part of a whole
            With my share in it’s purpose
            In this ground
            I can take root and grow
            Not alone anymore
            As in death
            But alive
            To myself and to others

            KREDO

            Aku disini
            Karena tidak ada lagi tempat berlindung
            Termasuk dari diriku sendiri
            Sampai aku mengkonfrontasi diriku sendiri
            Memakai mata dan hati orang lain

            Aku terus berlari
            Sampai aku membuat mereka menderita
            Untuk tidak membagi rahasiaku
            Tidak ada rasa aman dari mereka
            Takut mereka ketahui
            Akupun begitu terhadap diriku sendiri
            Atau dari siapapun
            Aku akan sendirian

            Dimana lagi …
            Namun menurut pandangan umum
            Dapatkah aku menemukan sebuah cermin?

            Disini …
            Bersama-sama
            Pada akhirnya muncul harapan dari kejernihan  bagi diriku sendiri
            Bukan dari besarnya mimpiku
            Atau dari kekerdilan rasa takutku
            Namun sebagai seseorang
            Bagian dari sebuah komunitas
            Dengan sumbangsihku dan tujuannya

            Di tanah ini
            Aku dapat memiliki akar dan tumbuh
            Tidak lagi sendirian
            Seperti seorang yang berada dalam kematian
            Namun dalam kehidupan
            Bagi diriku sendiri
            Dan orang lain
3.       Ikrar

Ikrar diucapkan bersama-sama, biasanya pada awal akan dilakukan morning meeting, setelah pengucapan decreed. Pengucapan ikrar secara bersama-sama ini bertujuan untuk membentuk jiwa korsa, rasa kebersamaan untuk secara bahu-membahu saling membantu dalam proses penyembuhan.

I  K  R  A  R

Kita datang dari arah yang sama
Kita menuju matlamat yang sama
Disini kita serupa
Kita belajar memperbaiki diri
Dan berusaha mengubah kehidupan
Kita saling memerlukan
Karena usaha kita hari ini
Disini
Menentukan kesempurnaan hari esok
Kita pasti Berjaya
Karena kita bersama
Memastikannya

            4.       Cardinal Rules
             Cardinal Rules merupakan peraturan utama yang harus dipahami dan ditaati saat dan setelah
             menjalani program, meliputi:
1)      No drugs (tidak diperkenankan menggunakan narkoba)
2)      No sex (tidak diperkenankan melakukan aktifitas seksual dalam bentuk apapun)
3)      No violence (tidak diperkenankan melakukan kekerasan fisik).
Jika ada tanda masih melakukan salah satu atau kombinasi dari ketiga cardinal rules, merupakan identifikasi dari masih lemahnya pemulihan.
           5.       Unwritten Philosophy
            Adalah nilai-nilai dasar yang tidak tertulis, namun harus dipahami oleh seluruh residen. Nilai-nilai ini
            adalah norma-norma yang hendak dicapai dalam program. Dengan mengikuti program TC, residen
            dapat membentuk perilaku baru yang sesuai dengan unwritten philosophy.
Ada banyak unwritten philosophy yang merupakan pembalikan dari perilaku negatif residen yang disebabkan kecanduan NAPZA. Seperti no free lunch, filosofi ini untuk menanamkan nilai bahwa jika ingin sesuatu mereka harus berjuang terlebih dahulu bukan dengan cara instan mencuri misalnya yang merugikan orang lain (dimana mencuri pada saat residen masih kecanduan merupakan perilaku negatif yang sering dilakukan), care and concern, you can’t keep it unless you give it away, serta filosofi tak tertulis lainnya dengan tujuan yang berbeda pula, seperti:
a.       Honesty (kejujuran)
b.      Responsible, care and concern (tanggung jawab, perhatian dan kepedulian)
c.       Trust your environment (percaya pada lingkungan sekitar)
d.      Act as if (bertindak apa yang seharusnya)
e.      To be aware is to be alive (bertindak waspada maka akan selamat)
f.        Be careful what you ask for, you just might get it (mulutmu harimaumu)
g.       Personal growth before vested status (perbaiki diri sebelum menginginkan suatu kedudukan)
h.      No free lunch (tidak ada yang gratis di dunia ini)
i.        You can’t keep it unless you give it away (ilmu tidak akan bermanfaat jika tidak diberikan ke
      orang lain)
j.        What goes aroud shall come around (yang ditanam, itu yang dituai)
k.       Compensation is valid (Ada balasan yang setimpal ada setiap perbuatan)
l.         Understand rather than to be understood (memahami daripada minta dipahami)
m.    Sincerity (keiklasan)
n.      Blind faith (percaya 100 %)
o.      Do your thing right everythings else will follow (Lakukan sebaik-baiknya apa yang di depan mata, kebaikan yang lain akan mengikuti)
p.      It’s better to give than to receive (lebih baik memberi daripada menerima)
q.      Trust (percaya)
r.        Grateful (bersyukur)
s.       Responsibility (tanggung jawab)
t.        Consistency (konsisten)
u.      Love (cinta/kasih)
v.       Forgiveness (memaafkan)
w.     Dan lain-lain

           6.       Four Structure (4S)
            Merupakan tujuan dari perubahan yang ingin dicapai program, meliputi:
a.      Behavioural management shaping (pembentukan tingkah laku)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
b.      Emotional and psychological (pengendalian emosi dan psikologi)
Perubahan pola rasa dan kejiwaan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis.
c.       Intellectual and spiritual (pengembangan pemikiran dan kerohanian)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan, nilai-nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya maupun permasalahan yang belum terselesaikan sebelumnya
d.      Vocational and survival  skill (keterampilan kerja dan socialisasi serta bertahan hidup)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun masalah dalam kehidupannya.

            7.       Five pillars (5P)
            Merupakan strategi atau metodologi yang digunakan untuk mencapai kondisi 4S:
a.      Family milieu concept (konsep kekeluargaan)
Untuk menyamakan persepsi di dalam komunitas bahwa mereka bersama merupakan bagian dari sebuah keluarga.
b.      Peer pressure (tekanan teman sebaya)
Sebuah teknik yang menggunakan rekan sebaya sebagai alat dan contoh perubahan.
c.       Therapeutic session (sesi terapi)
Berbagai kegiatan dan kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka membantu proses kepulihan .
d.      Religious session (sesi agama)
Merupakan teknik untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama.
e.       Role modelling (keteladanan)
Merupakan sebuah media dengan tujuan belajar dan mengajar dengan cara, mengikuti mereka yang sudah sukses terutama dalam pemulihan, yang sudah pulih menjadi panutan bagi yang lain. Ada hal kritis dalam teknik ini. Pada kenyataannya, jika seorang role model yang dijadikan panutan oleh recovering addict kemudian role model tersebut relapse, maka kemungkinan pengikutnya relapse-pun besar sekali.

           8.       Tool's of The House (Alat perubahan)
            Merupakan alat-alat atau instrumen yang ada dalam TC dan digunakan untuk membentuk perilaku
            yang lebih baik. Tool's of The House (TOTH) digunakan sebagai bahasa sehari-hari yang dipakai
            di dalam facility (komunitas rehabilitasi residensial TC) dengan tujuan untuk memudahkan
            komunikasi sesama anggota. Contoh TOTH :
a.       Confrontation
Teguran, pertanyaan yang ditujukan kepada perbuatan biasa. Misalnya, mengapa kamu tidak membawa walking paper kamu?
b.      Pull up
Suatu cara untuk memberitahukan sikap-sikap negatif dengan maksud mendesakkan kesadaran dan perubahan secepatnya dalam bertingkah laku
c.       Send to
Teguran ringan dengan cara tegas dengan memberikan pandangan dan nasihat bagi perbuatan negatif ringan yang dilakukan residen dalam fase induction, dilakukan oleh seorang staf di ruang mayor.
d.      Spoken to
Teguran ringan dengan cara tegas dengan memberikan pandangan dan nasihat bagi perbuatan negatif ringan atau baru dilakukan, dilakukan oleh seorang staf
e.      Dealth with
Teguran sedang dengan cara tegas bagi perbuatan negarif yang dilakukan berulang, dikendalikan oleh seorang coordinator dan dua rekan sebaya.
f.        Haircut
Teguran keras dengan cara tegas bagi perbuatan negatif yang dilakukan terus berulang atau perbuatan negatif yang baru dilakukan namun berat, dilakukan oleh seorang klinikal staf dengan empat orang rekan sebaya.
g.       L.E.
Suatu tindakan pembelajaran yang dilakukan atas perbuatan negatif residen dengan memberikan konsekuensi beban kerja selama waktu tertentu. Beban kerja tersebut bisa beban kerja intelektual, perasaan maupun fisik, tergantung dari kasus dan tujuan program
h.      Encounter group
Suatu sesi group yang terstruktur dengan maksud pelepasan amarah residen terhadap residen lain dalam bentuk yang baik dan keselamatan yang terjamin
i.         Evaluation
Adalah suatu sesi penilaian terhadap berbagai segi residen, seperti sisi intelektual, emosional, perilaku atau penilaian berbagai persyaratan terhadap request (permohonan) residen dalam melepas suatu konsekuensi atau kenaikan fase dengan melihat accountability (alasan perubahan yang dirasakan sendiri) residen. Sesi ini dinilai oleh seorang fasilitator dan rekan sebayanya
j.        Job change
Pertukaran atau perubahan struktur jabatan residen di dalam facility (rumah) berdasarkan penilaian-penilaian tertentu dari klinikal staf
k.       Emotional interview
Sesi yang dilakukan sebelum calon residen joint program (memasuki program) dengan tujuan mengungkap semua sisi negatif dan positif emosi klien yang selanjutnya dapat digunakan untuk menjalankan program
l.         Induction
Sebuah fase awal dari tahap primary dalam residensial program TC.
m.    Pre morning meeting
Persiapan segala sesuatu sebelum memulai morning meeting. Para status holder berkumpul sambil saling memberikan pandangan serta isu-isu (masalah-masalah) yang terjadi di dalam rumah selanjutnya mencari penyelesaian masalahnya
n.      Morning meeting
Pertemuan pagi yang diikuti seluruh residen termasuk status holder yang membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi di dalam rumah, termasuk sikap dan perilaku dengan uutan dan cara-cara tertentu. Pada akhirnya diputuskan dan dirumuskan suatu concept of the day yang berkaitan dengan masalah (isu) umum dalam rumah. Konsep tersebut menjadi garis panduan seluruh residen dalam berfikir, beasa dan bertingkah laku pada hari itu.
o.      Morning Briefing
Yaitu pertemuan yang dilaksanakan pada pagi hari pada saat akhir pekan (weekend), yang diikuti oleh seluruh residen dan staf untuk membahas issue-issue yang terjadi di dalam rumah dan juga membahas tentang perasaan hatinya pada saat itu.
p.      Residen Meeting
Pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen dan dilaksanakan oleh residen tanpa didampingi oleh staf dengan tujuan untuk memberikan kepercayaaan dan tanggung jawab kepada residen untuk membahas suatu masalah serta merencanakan suatu kegiatan selama tidak keluar dari norma/rules yang ada dalam fasilitas.
q.      General meeting
Pertemuan besar yang dihadiri oleh seluruh unsur yang ada di dalam rumah (residen, staf, klinikal staf, dll) yang diselenggarakan jika ada salah satu dari anggota komunitas diketahui melanggar peraturan utama, atau jika ada tingkah laku dari salah satu anggota dapat membahayakan komunitas.
r.        House meeting
Suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh staf dan seluruh residen yang bertujuan untuk membicarakan berbagai masalah umum dan masalah tentang keadaan di dalam rumah yang harus diketahui oleh seluruh komunitas yang ada, seperti norma-norma atau pelasksanaan peraturan baru dan lain-lain.
s.       Static group
Adalah suatu sesi sharing dan konsultasi masalah pribadi dan kelompok dengan interest yang sama, dikendalikan oleh seorang static konselor yang sudah ditasbihkan. Output static group tersebut adalah rancangan rawatan, perkembangan individual dan isu-isu utama masing-masing residen dalam satu kelompok tersebut.
t.        Case load
Adalah penilaian sekelompok rekan sebaya mengenai memenuhi syarat atau tidaknya, termasuk sebab-sebab seorang dari mereka mendapatkan sebuat privilege, seperti home leave, atau business pass serta keistimewaan lainnya.
u.      Relating session
Sesuah sesi yang dipimpin oleh seorang klinikal staf, dimana residen bebas bercerita tentang perasaan dan pengalaman mereka terhadap anggota keluarga yang lain, diikuti oleh berbagai komentar dan pandangan dari mereka.
v.       Seminar
Sesbuah sesi dengan tujuan pengembangan intelektual agar pola pikir residen kembali terasah
w.     Probe
Sebuah sesi terapetik sebelum sesi extended yang dikendalikan oleh seorang klinikal staf dengan cara saling menceritakan pengalaman baik pahit maupun manis sedari kecil hingga saat ini di antara residen yang ada
x.       Extended
Sesi terapeutik kedua setelah probe, dikendalikan oleh seorang klinikal staf, bertujuan untuk menggali kedalaman suatu ersoalan.
y.       Honesty paper
Adalah secarik kertas yang digunakan oleh klien atau residen jika yang bersangkutan akan memulai joint family atau berbuat salah dengan tujuan apa yang selama ini menjadi beban hidupnya dan menjadi sumber masalah diakui untuk memulai kehidupan baru yang lebih ringan dan baik.
z.       Drop guilt
Adalah istilah untuk menumpahkan seluruh pengakuan kesalahan ke dalam honesty paper
aa.   Dan lain-lain

           9.       Terminologi/Jargon
            Terminology atau jargon adalah bahasa sehari-hari yang dipakai oleh kumpulan atau grup yang
            bertujuan untuk memudahkan komunikasi antar sesame anggota di dalam grup atau kumpulan
            tersebut. Dengan demikian, orang di luar kumpulan atau grup tersebut akan sulit untuk memahami
            arti dan maksud dari bahasa yang mereka pakai. Terminologi dalam TC ini telah disyahkan dan
            resmi dipakai oleh rehabilitasi basis therapeutic community di seluruh dunia.
            Terminology atau jargon yang dipakai dalam keseharian dalam komunitas TC, diantaranya:
a.       Chair
Adalah sebutan kursi bagi terminology atau jargon nomor 1)
b.      Prospect chair
Adalah sebuatan bagi calon residen yang duduk di sebuah kursi dengan maksud menunggu inisiasi memasuki program sehingga resmi menjadi anggota keluarga. Istilah prospect chair juga digunakan bagi residen yang duduk di kursi karena melanggar aturan-aturan utama dalam rumah sambil menunggu sesi atau evaluasi yang akan dikenakan kepadanya
c.       Time off
Pemberian waktu bagi seorang residen untuk meredakan emosi atau amarahnya agar menjadi tenang. Biasanya diberikan kepada residen yang dalam keadaan labil atau dalam keadaan yang dapat membahayakan diri dan lingkungannya
d.      Shootdown
Istilah yang digunakan ketika seorang residen dicabut segala status dan privilegenya sebagai konsekuensi atas perbuatan negatif yang telah dilakukannya. Treatmen shotdown ini biasanya melalui learning experience (LE)
e.      Pot and sinks
Suatu jenis LE ketika residen yang mendapatkan konsekuensi tersebut diharuskan untuk melakukan tugas mencuci peralatan memasak di dapur yang kotor (selain piring, gelas, sendok dan garpu) dari semua anggota keluarga dalam waktu tertentu. Misalnya, wajan, panic, dan lain-lain
f.        Dishpans
Suatu jenis LE ketika residen yang mendapatkan konsekuensi tersebut diharuskan untuk melakukan tugas mencuci seluruh piring, gelas, sendok dan garpu dari semua anggota keluarga dalam waktu tertentu
g.       Sparepart
Suatu jenis LE, ketika residen yang mendapatkan konsekuensi tersebut diharuskan untuk melakukan tugas yang beragam jenisnya, sesuai dengan yang diberikan dalam keputusan evaluasi. Misalnya, sebagai kurir semua residen, tukang pijat, dan lain-lain.
h.      Ground
Suatu jenis LE, ketika residen yang mendapatkan konsekuensi tersebut diharuskan untuk melakukan beragam tugas yang berhubungan dengan landscape atau pertamanan. Misalnya menanam bunga, menyiram tanaman, dan lain-lain
i.         Confrontation table
Suatu jenis LE, ketika residen yang mendapatkan konsekuensi tersebut diharuskan duduk menghadap meja di sebuah tempat yang disediakan untuk merenungkan perbuatan negatif yang telah diperbuat, dengan mendapatkan konfrontasi dari residen lain atau staf.
j.        Excommunicate
Suatu jenis LE, ketika residen yang mendapatkan konsekuensi idak boleh berbicara atau diajak berbicara oleh residen lain. Dengan demikian residen ini dipisahkan dari residen lain agar dihindarkan dari interaksi dengan aturan tertentu.
k.       Extra curriculum
Suatu jenis lerning experience ketika residen yang mendapatkan konsekuensi diharuskan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang telah dilakukan denan pengawasan dan perlakuan khusus
l.         Limbo
Adalah proses tahapan LE yang harus dilalui oleh residen yang mendapatkan konsekuensi, dari tahap awal LE yang paling berat sampai tahap LE yang paling ringan yang harus dilalui. Tahap ini bisa kembali ke tahap yang lebih berat, tergantung dari development residen yang dikenai konsekuensi, sampai akhirnya lifted (lepas daroi konsekuensi).
m.    Bench
Adalah tahap terminasi karena keadaan terpaksa bagi residen yang diberhentikan dari program karena telah melanggar cardinal rules atau aturan utama dan tidak bisa/mau dibina lagi
n.      Trust exercise
Adalah sebuah sesi awal (inisiasi) sebelum calon klien bergabung dalam program sebagai sebuah keluarga dengan tujuan untuk melihat motivasi dan kepercayaan calon residen terhadap lingkungan rehabilitasi
o.      Emotional interview
Sesi wawancara dalam inisiasi yang dilakukan kepada calon klien. Wawancara emosional ini dilakukan setelah sesi trust exercise, dengan tujuan untuk mengetahui situasi psikologis dari calon residen
p.      Encounter
Adalah sebuah sesi group atau kelompok ketika residen dapat meluapkan perasaan dan emosinya kepada residen lain yang selama ini terpendam dengan norma-norma tertentu
q.      Front area
Lokasi atau tempat residen duduk dan menunggu sebelum dilakukan sebuah sesi terhadapnya
r.        Accountability
Aadalah suatu permohonan/permintaan dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai penjelasan terhadap suatu hal atau persoalan
s.       Breakdown
Adalah penjabaran/penjelasan dengan sedetil-detilnya dan secara menyeluruh sebuah proses pembelajaran sampai seseorang dapat memahami penjelasan tersebut
t.        Contract
Aadalah sebuah perbuatan pinjam-meminjam atau saling tukar barang di antara sesama residen tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu (communicate) dari pihak-pihak yang seharusnya diberitahu
u.      Re-acting
Adalah suatu pelampiasan emosi/perasaan kemarahan tanpa control dengan suatu aksi
v.       Knucle head
Sebutan bagi seorang residen yang keras kepala/susah dinasehati
w.     Bottom line
Hakikat permasalahan yang sebenarnya atau pokok permasalahan yang sebenarnya atau kesimpulan.
x.       Belly flip
Suatu situasi yang bertentangan dengan hati
y.       Feed back
Aadalah tanggapan balik, masukan, pemberitahuan terhadap suatu masalah atau situasi baik secara lisan maupun tulisan
z.       Ding bat (space cadet)
Berlagak bodoh/bingung
aa.   Image
Adalah sebuah aksi yang ditampilkan oleh residen namun bukan yang sebenarnya, topeng palsu, bukan jati diri yang sebenarnya
bb.  Above syndrome
Suatu perilaku yang bertujuan untuk menunjukkan kekuasaan dengan cara arogan dan otoriter, merasa diri megah dan paling benar dalam rangka mendapatkan pengakuan dari orang lain
cc.    A lawyer
Suatu sikap yang selalu membela orang lain
dd.  Scape goat
Perilaku yang mengkambinghitamkan atau korban pengkambinghitaman residen lain, bahan cemoohan/cacian
ee.  Shooting the curve
Adalah suatu tindakan potong kompas, tidak melalui status/strata/birokrasi yang berlaku (tidak berdasarkan chain of command)
ff.     Going through something
Adalah situasi dimana seorang residen terlibat atau larut dalam isu-isu yang mendorong rasa marah, tidak nyaman, sedih, dan lain-lain
gg.   Short changing
Membatasi diri sendiri dari kemampuan yang dimiliki
hh.  Laying back
Suatu keadaan yang tidak menunjukkan  kemajuan dalam menjalani program atau kurang motivasi dalam diri
ii.       Sliding back
Suatu keadaan yang menunjukkan  kemunduran dalam menjalani program atau dalam prestasinya
jj.      Smoke screen
Suatu kondisi yang belum jelas atau isu-isu yang tidak jelas tentang keadaan seseorang
kk.   Get a grip
Suatu kesadaran untuk mencari pegangan hidup, atau  memotivasi diri dalam upaya mengubah perilaku
ll.       Out of wack
Sebutan bagi perilaku yang keluar dari ketentuan yang ada
mm.          Snow ball effect
Suatu proses penumukan suatu masalah akibat dipendam tanpa dicari solusinya. Diibaratkan seperti bola salju yang awalnya kecil ketika menggelundung dari puncak gunung semakin lama semakin membesar ketika sampai di bawah yang dapat mengakibatkan bencana
nn.  Flagging
Suatu situasi ketika sifat-sifat lama yang negatif dari residen muncul kembali dan mempengaruhi dampak positif hasil treatmen
oo.  Taking a trip (tripping)
Melamun atau memikikan sesuatu yang bisa berakibat negatif terhadap perilaku seseorang
pp.  Leaking (coming out)
Memberitahukan, menceritakan, membocorkan kembali sutu hal yang sebelumnya sudah dinyatakan tidak boleh diceritakan kembali kepada siapapun
qq.  Money issue
Suatu hal positif atau hal baik yang berkaitan dengan suatu masalah
rr.     Murder one
Menatap sesuatu atau seeseorang dengan pandangan yang tajam, seperti menyiratkan sesuatu
ss.    Selling ticket
Mengancam, menantang atau berbuat sesuatu hal yang dapat menimbulkan kontak fisik atau perkelahian
tt.     Humble
Bersikap rendah hati
uu.  Death wood
Suatu kondisi residen yang tidak berpartisipasi dalam program, hanya diam dan sebagai follower, diibaratkan sebagai onggokan kayu yang diam
vv.   War stories
Bercerita tentang pengalaman-pengalaman ketika masih memakai waktu lalu, terutama hal-hal yang negatif
ww.           Punching holes
Memberi tanggapan atau kritik yang negatif terhadap program atau pelaksana program
xx.   Bad rap
Berkomentar atau berbicara buruk di belakang tentang program atau pelaksana program
yy.   Play safe
Tidak berterus terang tentang sesuatu hal dengan tujuan keuntungan diri sendiri di dalam program
zz.    Jumping on the bone
Mengalihkan perhatian dari suatu pokok masalah yang sedang dibicarakan kepada pokok masalah lain, dengan tujuan tertentu
aaa.            Therapeutic dove
Perasaan senang saat melihat orang lain susah atau ketika orang lain diberi hukuman, atau membantu orang orang namun dengan tujuan negatif
bbb.          Clean up
Adalah suatu sesi dengan maksud membersihkan diri dari kesalahan yang dibuat. Konsekuensi dari sesi ini biasanya melakukan suatu tugas di suatu tempat tertentu dengan diberi pengertian mengenai tujuan dari tugas tersebut
ccc. Assamble
Suatu formasi berbaris atau berkumpul di suatu tempat tertentu. Perintah assamble biasanya dilakukan jika ada pengumuman yang mendadak yang berkaitan dengan kondisi rumah atau residen
ddd.          Sit right
Kondisi merasa tidak enak ketika melihat orang lain melakukan suatu kegiatan, sementara diri sendiri tidak melakukan tindakan apapun
eee.          Catch 22
Siatu situasi yang penuh tekanan dan membingungkan
fff.   Buckle up
Ungkapan yang bermakna perintah untuk sadar atau himbauan untuk segera membuat perubahan yang baik
ggg.            Follow up
Menindaklanjuti, menyelesaikan atau membetulkan sesuatu yang tidak pada tempatnya
hhh.          Tighten up
Suatu tindakan merapikan atau membereskan barang yang berantakan
iii.      Pride and quality (P N Q)
Menunjukkan kepribadian atau sesuatu menjadi berkualitas dan dapat dibanggakan
jjj.    Placing
Suatu perintah untuk berhenti sejenak dari kegiatan tertentu di tempat semula untuk mendengarkan pengumuman
kkk.            Proceed
Adalah suatu perintah untuk menjalankan suatu arahan atau melanjutkan kegiatan yang telah diinterupsi sebelumnya
lll.      Squat
Melihat dengan rasa gairah
mmm.    Rationalize
Membenarkan tingkah laku yang negatif dengan beralasan atau terlalu banyak argument
nnn.          Display irritation
Menunjukkan suatu sikap melalui fisik/badan/bahasa tubuh
ooo.          24-7 (twenty four seven)
Suatu batas waktu yang ditentukan untuk suatu tindakan (24 jam sehari, 7 hari seminggu)
ppp.          Seeking good feeling (SGF)
Adalah suatu kondisi saling tertarik antara 2 residen (dalam arti ketertarikan fisik)
qqq.          Body contact
Suatu kondisi kontak fisik
rrr.   Communicate (no communicate)
Adalah istilah meminta izin, atau perintah untuk berkomunikasi di dalam TC dan sebaliknya
sss. Drop slip
Adalah istilah bagi secarik kertas yang digunakan untuk menuliskan teguran bagi seorang residen lain, kemudian dimasukkan ke dalam kotak.
ttt.   Weekend Wrap Up
Pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen guna membahas tentang perasaan hatinya selama satu minggu, serta membahas issue yang terjadi dalam rumah dalam waktu seminggu yang lalu, biasanya pertemuan ini dilaksanakan satu minggu sekali pada hari minggu malam.
uuu.          Seminar
Bentuk pertemuan intelektual kelompok yang iikuti oleh seluruh residen untuk membahas suatu topik yang berkaitan dengan kehidupan addict dan program yang ada. Kegiatan ini akan membawa hasil perubahan.
vvv.            P.A.G.E (Personal/Peer Acountibility Group Evaluation)
Suatu pertemuan kelompok yang mengajarkan residen untuk dapat memberikan suatu penilaian positive maupun negatif terhadap dirinya sendiri ataupun family nya dalam kehidupan sehari-hari.
www.      Sharing Circle
Pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen dan didampingi oleh staf guna untuk membahas issue yang terjadi pada diri masing-masing residen, lalu membiasakan diri dalam memberikan masukkan dan menanyakan secara jelas issue yang sedang dialami family-nya.
xxx.            Sport Out Door/Weelnees
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh residen dan didampingi oleh beberapa orang staf dan dilakukan diluar fasilitas untuk meningkatkan stamina setiap residen dan juga untuk menghilangkan kejenuhan dalam diri residen.
yyy.            Religious Class
Suatu pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen dan didampingi oleh Religious Coordinator untuk meningkatkan nilai spiritual dalam diri residen, juga memberikan ceramah tentang keagamaan.
zzz. Family Session
Kunjungan keluarga kepada residen, kegiatan ini dilakukan apabila residen sudah mencapai waktu yang sudah ditentukan oleh staf atau sudah dinilai layak untuk dikunjungi.
aaaa.        Track suit
Adalah sebutan bagi baju olahraga dalam TC
bbbb.      Blind full
Istilah untuk sebutan penutup mata
cccc.          Facility
Adalah sebutan lain dari lingkungan di dalam TC (rumah)
dddd.      Create
Adalah istilah untuk membangkitkan emosi, kesadaran, perilaku, baik yang positif maupun negatif
eeee.      Circle
Merupakan istilah untuk sebutan bentuk lingkaran yang sesungguhnya atau lingkaran yang menunjukkan lingkungan TC atau berada dalam lingkungan yang mengerti tentang RA.
ffff.Staff
Adalah sebutan bagi pegawai yang bukan residen, walaupun awalnya bisa jadi eks residen
gggg.        Mayor on duty
Adalah staf yang ditugaskan oleh otoritas tertinggi dalam satu fasilitas TC yang paling bertanggung jawab atas running program pada hari tertentu dia ditugaskan
hhhh.      On Chair
Adalah sebutan bagi residen dengan fase paling tinggi atau staf yang diberi kewenangan untuk memegang kekuasaan tertinggi hari-hari yang telah ditentukan di dalam rumah TC. Kekauasaannya di bawah mayor on duty
iiii.    Chief
Adalah pemegang kekuasaan tertinggi setelah on chair yang membawahi C.O.D yang ada
jjjj.  C.O.D
Merupakan pemegang kebijakan  tertinggi di dalam sebuah departemen (C.O.D kithen, C.O.D. house keeping, C.O.D. garden, C.O.D. religion, dll) sesuai dengan departemen yang ada dalam sebuah rumah TC
kkkk.        Singhle
Adalah wakil chief yang berakting paling galak dan menyebalkan, namun tujuannya untuk kebaikan
llll.    Head of departemen (H.O.D)
Adalah kepala sebuah departemen yang bertanggung jawab terhadap ketuntasan pelaksanaan tugas sebuah departemen
mmmm.                      Ramrod
Adalah sebutan bagi wakil H.O.D.
nnnn.      Crew
Adalah jabatan hirarkhi terendah dalam struktur rumah TC (dalam struktur departemen). Biasanya dipegang oleh residen yang  baru join program.

1           0.    Struktur (Hirarki) Fungsi Kerja
            Di dalam TC dikenal adanya kelompok-kelompok kerja yang terbagi dalam departemen (divisi).
            Residen dalam sebuah departemen akan menjalankan tugas kesehariannya sesuai dengan fungsi
            kerjanya (job function) masing-masing. Hal ini diperlukan untuk menjaga kelangsungan operasional
            kegiatan sehari-hari serta sebagai latihan keterampilan dalam meningkatkan tanggung jawab residen
            terhadap diri dan komunitasnya. Di dalam job function dikenal adanya sistem status (hirarki) yang
            menentukan tingkatan tanggung jawab dari residen. Status holder (hierarki berdasarkan status)
            tersebut adalah:
a.       C.O.D. (Coordinator of Department)
b.      Chief (ketua)
c.       Shingle
d.      H.O.D. (Head of Department)
e.      Ramrod (wakil H.O.D)
f.        Crew

1           1.   Fire drill (latihan kebakaran)
           Di beberapa rumah TC, latihan kebakaran juga merupakan salah satu materi yang diberikan. Hal ini
           dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kebakaran, kalaupun terjadi, semua pihak termasuk
            residen sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. SOP latihan kebakaran antara satu rumah TC
           dengan rumah TC lain bisa berbeda disesuaikan terutama dengan hirarkhi dan tata ruang serta
            peralatan yang ada. Namun, secara prinsip tidak jauh berbeda sebagai berikut:
a.       Isyarat kebakaran dibunyikan dengan wisel (peluit) sebanyak 3 (tiga) kali. Bisa juga dengan
       bunyi panjang sirine
b.      Seluruh penghuni tanpa kecuali, dalam keadaan apapun diharuskan keluar dari bangunan atau
      tempat dimana mereka berada. Dengan teratur, cepat dan selamat menuju ke tanah lapang yang sudah ditentukan
c.       Alat pemadam kebakaran dibawa oleh coordinator masing-masing departemen yang berada di
       masing-masing barisannya
d.      Tidak seorangpun boleh berbicara dalam latihan kebakaran atau jika terjadi kebakaran yang
      sesungguhnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari kekeliruan arahan yang diberikan. Hanya staf atau petugas saja yang dapat memberikan arahan
e.      Seluruh pintu-pintu utama dan pintu darurat atau jenis pintu manapun dapat digunakan untuk
      jalan keluar. Hal ini bertujuan untuk menghindari kondisi berdesakan saat mencari jalan keluar
f.        Seluruh penghuni membentuk barisan menurut departemen dengan hirarkhi. Didahului oleh
       koordinator hingga crew di tanah lapang atau tempat yang telah ditentukan
g.       Dalam waktu yang sama, on chair dengan chief beserta shingle membuat pemeriksaan di semua
       sudut facility (rumah) untuk memastikan tidak ada yang tertinggal
h.      Koorninator harus memastikan seluruh anggota departemennya lengkap tidak kurang satu
      apapun, jika kurang maka coordinator harus mengangkat tangan
i.         Koordinator on duty atau chief diwajibkan membuat pengecekan penghuni atau head count
       selepas seluruh penghuni membuat barisan dan melaporkan kepada staf on duty
j.        Staf on duty memberikan komentar dan feedback atas latihan yang baru diadakan tersebut,
    begitu juga semua residen diberikan kesempatan untuk memberikan komentar dan feedback terhadap latihan tersebut.
B.      FASE RESIDEN DALAM TC

1.       Initial intake
Merupakan proses awal calon klien/calon residen (CK/CR) beserta walinya penjajagan untuk mengikuti program di TC UPT Rehsos ANKN Surabaya:
a.       Orang tua/wali CK/CR  diterima oleh pekerja social di ruang tamu pekerja social, disiapkan
      minuman kemudian mengisi daftar tamu
b.      Ditanya maksud dan tujuan kedatangannya
c.       Bila ingin informasi pelayanan, maka petugas menjelaskan sejelas-jelasnya kemudian diajak
      melihat facility (lingkungan TC)
d.      Jika pihak keluarga tertarik untuk memasukkan CK/CR, maka yang bersangkutan diajak ke
      ruang konsultasi pekerja social untuk wawancara penjajagan, diantaranya:
1)      Pekerja social menanyakan tentang orang tua/wali yang dapat mendukung secara moril
      maupun materil CK/CR apabila yang bersangkutan menjalani rehabilitasi di TC UPT Rehsos ANKN Surabaya, karena salah satu syarat utama rehabilitasi basis TC adalah partisipasi aktif orang tua/wali.
2)      Tidak mengidap dual diagnosis (skizofrenia) karena faktor lain selain NAPZA. Untuk
      mengetahui hal tersebut dilakukan 3 tahap observasi:
(a)    Wawancara dengan pihak keluarga yang mengarah ke pengumpulan data dual diagnosis
      (skizofrenia)-tidaknya CK/CR
(b)   Jika CK/CR menunjukkan perilaku dual diagnosis (skizofrenia), untuk mengetahui
    apakah dual diagnosis (skizofrenia) karena NAPZA atau sebab lain adalah dengan mengobservasinya selama 2 minggu dengan detoksifikasi cold turkey. Jika selama 2 minggu masih menunjukkan gejala dual diagnosis (skizofrenia) bahkan semakin menjadi, berarti CK/CR mengidap dual diagnosis (skizofrenia) karena faktor lain bukan karena NAPZA (kalaupun selama dual diagnosis/skizofrenia memakai NAPZA, berarti ada faktor pencetus awal selain NAPZA). CK/CR yang demikian tidak elijibel (memenuhi syarat) untuk mengikuti rehasbilitasi di UPT Rehsos ANKN Surabaya.
3)      Tidak mengidap AIDS, bisa terpapar HIV dalam stadium ringan, namun sebelumnya perlu ditanyakan kepada manajer kasus CK/CR sebelumnya mengenai status HIV-nya.
e.      Pihak keluarga dan CK/CR mengisi blanko-blanko yang telah disiapkan, seperti surat
    permohonan untuk direhabilitasi di UPT Rehsos ANKN Surabaya, pernyataan  menyetujui dengan tata tertib TC UPT Rehsos ANKN Surabaya, surat perjanjian dengan materai,    pernyataan bahwa informasi yang diberikan adalah benar serta syarat administrasi lainnya, termasuk total uang saku CK/CR bulanan maksimal yang bisa didukung keluarga
f.        Jika CK/CR belum dibawa ke UPT Rehsos ANKN Surabaya, membuat janji pengantaran oleh pihak keluarga atau penjemputan oleh pihak UPT Rehsos ANKN Surabaya
g.       Tes urine CK/CR oleh petugas
h.      Bila CK/CR saat itu positif giting/pedau (masih dalam pengaruh NAPZA), maka petugas
      menyiapkan ruang detoks dan menjaganya
i.         Sebelum memasuki ruang detoks, CK/CR digeledah (dilakukan spot check) oleh petugas. Spot
      check juga dilakukan jika berbagai kebutuhan CK/CR diantarkan oleh pihak keluarga
j.        Jika semua tahap di atas selesai dilalui, maka resmilah CK/CR menjadi prospect (klien yang
    masih harus menjalani upacara menjadi bagian dari keluarga TC) di UPT Rehsos ANKN Surabaya.

2.       Prospect

Adalah fase sebelum induction. Merupakan fase observasi ketika calon residen sudah mendaftar, mengisi formulir pendaftaran secara umum. Pada fase ini prospect masih disebut calon residen karena harus diobservasi elijibilitas (pemenuhan persyaratan) yang diminta oleh pihak UPT. Misalnya, apakah skizofrenia yang diderita oleh calon klien dikarenakan oleh NAPZA atau bukan, jika calon residen dalam masa withdrawal (dalam pengaruh obat) harus dihilangkan dulu pengaruhnya sampai batas waktu tertentu, dan berbagai alasan lain. Baru ketika prospect sudah sesuai dengan elijibilitas UPT serta kondisi fisik dan emosionalnya secara umum sudah stabil, maka prospect dipersiapkan untuk joint family (bergabung dengan residen lain di primary house)

Kata prospect sendiri secara harfiah sama dengan istilah dalam ilmu pemasaran, yaitu calon klien harapan, yang dinantikan kemudian dipengaruhi untuk bergabung menjadi pelanggan sebuah prodak pemasaran. Dalam fase ini, kondisi mereka biasanya masih labil karena berbagai factor. Agar terjadi kemantapan, terutama kondisi fisik dan emosional, maka intervensi konselor adiksi dalam memotivasi prospect sangat berperan.

Salah satu penyebab labilnya kondisi prospek, misalnya, ketika mereka dalam keadaan withdrawal, yang ada dalam benaknya adalah melarikan diri untuk mendapatkan NAPZA, karena hanya NAPZA yang dapat menghilangkan kondisi menagih dalam waktu instan. Pada intinya, fase ini merupakan tahap pemulihan fisik dan emosional calon residen secara umum.

Kata prospect, juga akan ditemui pada fase lanjutan. Namun bedanya, dibelakang kata prospect memakai kata “chair”, menjadi prospect chair (dibahas lebih lanjut dalam terminology/jargon TC).

3.       Joint Family

Adalah istilah yang digunakan ketika seorang prospect sudah stabil kondisi fisik dan mentalnya secara umum, kemudian dilakukan inisiasi atau pembaptisan (dalam istilah ritual kemahasiswaan disebut Posma atau sejenisnya) menurut tradisi sebuah rehabilitasi TC, sehingga prospect akhirnya resmi menyandang nama menjadi residen, bukan sebagai prospect lagi dan menjadi klien fase induction.

Contoh SOP ritual joint family dalam sebuah rumah TC:
a.       Drop guilt
CK/CR duduk di prospect chair menghadap tulisan decreed di facility, memakai track suite dan sepatu olah raga, mengisi honesty paper sampai selesai. Mayor on duty mengecek berkali-kali untuk memastikan CK/CR mengisi honesty paper dengan benar dan sungguh-sungguh. CK/CR dibawa ke front area dengan memakai blind full (penutup mata). Sambil berjalan dengan berbagai hambatan mulai ditanamkan sedikit demi sedikit konsep pentingnya communicate (komunikasi), trust (percaya), blind faith (percaya penuh). Fase ini juga merupakan alat observasi karakter.
b.      Front area
Dari facility CK/CR dibimbing ke front area sambil di-create. Misalnya, dalam perjalanan ke front area arah jalan diputar-putar pendamping, atau yang lainnya mengatakan kepada CK/CR untuk merunduk karena ada pohon (pada hal tidak ada), loncat karena ada parit (pada hal tidak ada), dan jebakan-jebakan lain. Tujuannya agar CK/CR cukup lelah. Setelah itu didudukkan di kursi yang telah disediakan di front area sambil diberi air minum. Air minumpun diakukan sebagai air selokan (pada hal air minum biasa). Lagi-lagi untuk meng-create calon residen.
c.       Ritual inti
1)      Duduk di kursi
Instruktur, biasanya konselor adiksi memegang kendali ritual sebagai berikut:
a)      CK/CR diberdirikan dari kursi, masih dengan mata ditutup
b)      Instruktur mengucapkan: “kamu (CK/CR) percaya UPT Rehsos ANKN tidak akan
    mencelakakan kamu?” Jika jawaban “ya” dari CK/CR masih ragu-ragu, pertanyaan serupa terus diulang sampai jawaban CK/CR mantap
c)       Selanjutnya instruktur menyuruh CK/CR berdiri dan mengatakan: “saya akan mengambil kursi yang akan kamu duduki”, kemudian instruktur mendramatisir situasi seolah-olah kursi tersebut diambil dari tempatnya (pada hal tidak)
d)      CR/CK disuruh duduk di kursi yang sudan (seolah-olah) diambil instruktur. Instruksi ini dapat dilakukan berkali-kali sampai sikap duduknya tidak ragu-ragu. Jika sikap duduknya masih ragu-ragu bisa di-create dengan mengatakan “katanya kamu percaya dengan UPT Rehsos ANKN Surabaya”, tapi sikap kamu menunjukkan tidak percaya?”. Proses ini diulangi berkali-kali sampai menunjukkan rasa kepercayaan dengan sikap duduk yang mantap.
2)      Tendang batu
Lokasi masih di front area dan mata tertutup. CK/CR diyakinkan bahwa di ujung kakinya terdapat batu dengan cara membawa kaki kanan CK/CR ke onggokan batu yang harus di tending. Aba-aba yang diberikan instruktur adalah:
a)      “Di depan kamu ada batu, sekarang batu itu kamu tending sekeras-kerasnya, boleh
      sambil teriak!” (sementara itu batu sudah diambil instruktur)
b)      Jika cara menendang baru CK/CR masih ragu-ragu, instruksi yang sama diulangi
       berkali-kali sampai tendangannya sungguh-sungguh dan tidak menunjukkan keraguan
c)       Jika tendangannya sudah mantap, instruktur mengatakan “setelah ini, jauhi sikap kasar
      kamu yang suka menendang jika sedang marah atau keinginanmu tidak terpenuhi”.
3)      Hantam tutup panci
a)      Lengan CK/CR dijulurkan sambil mengepalkan tangan, kemudian didekatkan dan
      disentuhkan ke tutup panic yang dipegang instruktur (mata masih ditutup)
b)      Instruktur mengatakan “menurut kamu, apa yang ada di hadapan kamu?” Setelah
     CR/CK menjawab dengan jawaban apapun, instruktur memberi instruksi sebagai berikut “sekarang, pukul tutup panic sekeras-kerasnya!”. Instruksi ini diberikan berulang-ulang sampai CK/CR benar-benar menonjok tutup pandi tersebut dengan sungguh-sungguh dan keras (pada hal ttup panic tersebut sudah dijauhkan dari jangkauan CK/CR).
c)       Setelah pukulan dirasa mantap, instruktur mengatakan “setelah ini, jauhi perilaku
       kekerasan kamu, yang suka berkelahi dengan siapapun dan main pukul-pukulan!”.
4)      Loncat sungai
Masih di fron area yang tanpa hambatan dan mata tertutup serta posisi CK/CR berdiri, instruktur berkata sebagai berikut:
a)      Di depan kamu ada kali kurang lebih 1 meter lebarnya (pada hal tidak ada). Sekarang aku minta kamu loncati sungai itu sejauh-jauhnya”.
b)      Sementara itu siapkan 1 orang residen lain (kalau bisa) untuk menangkap tubuh klien di seberang kali, mencegah tubuh klien jatuh.
c)       Proses ini diulang berkali-kali sampai loncatannya mantap
5)      Ikut suara
a)      4 orang staf atau residen lain disiapkan di empat penjuru mata angin sebagai pemberi
      tepuk tangan dan pemberi suara
b)      1 orang stah disiapkan sebagai regulator
c)       CK/CR diberi arahan oleh regulator untuk mendekati tepukan dan suara secepat-
      cepatnya dengan mata tertutup
d)      Secara bergantian 4 orang yang berada di 4 penjuru mata angina bertepuk dan bersuara “ANKN!”, “ANKN!”, “ANKN!”
e)      Proses tersebut dilakukan berulang-ulang sampai CK/CR cukup lelah
f)       Setelah itu CR/CK diistirahatkan di tempat teduh sambil diberi minum
6)      Jatuhkan diri ke jurang
a)      Cari undakan dengan ketinggian kurang lebih 1 meter ke bawah
b)      Siapkan 6 orang di bawah undakan saling menjalin tangan sebagai jarring pengaman
       jatuhnya CK/CR
c)       CK/CR berdiri bersedekap di atas undakan dengan mata tertutup membelakangi 6
       orang penjaring yang sudah siap di bawah undakan
d)      Instruktur memberi arahan “Kamu sekarang berada di tepi jurang, jika kamu percaya
     akan ANKN, jatuhkan badan kamu ke belakang seperti batang pohon yang tertiup angin pada hitungan ke 3, atau ketika badanmu saya dorong ke belakang, 1 … 2 … 3 … “.
e)      Kemudian instruktur memberi aba-aba atau mendorong badan CK/CR
f)       Badan klien yang jatuh ditangkap oleh 6 orang yang dari tadi bersiap di bawah undakan
g)      Setelah mendarat dengan aman, instruktur memberi motivasi sebagai berikut “di ANKN kamu tidak akan dibiarkan celaka, saudara-saudara kamu di sini akan menolong”.
7)      Pemberian motivasi
a)      Dari front area, CK/CR dibawa ke area motivasi dengan cara yang sama seperti no 1) dan 2). Area motivasi harus dipilih tempat yang tenang
b)      CK/CR masih dengan mata ditutup didudukkan di kursi, diistirahatkan terlebih dahulu
       kurang lebih 5 menit
c)       Kemudian secara bergantian diberi motivasi positif oleh berbagai pihak. Sebelum
    memberi motivasi, para motivator membaca drop guilt dan assessment pendahuluan CK/CR terlebih dahulu dengan maksud agar motivasi dapat mengena sehingga memunculkan niat untuk berubah kea rah yang lebih baik.
d)      Sebaiknya yang memberi motivasi tidak lebih dari 5 orang, tiap orang diupayakan
      memberi motivasi tidak lebih dari 5 menit untuk mencegah kebosanan. Sehingga motivasi bersifat to the point.
8)      Emotional interview
a)      Masih dengan mata ditutup, CK/CR didudukkan di dinning hall menghadap 4 orang
      panelis yang juga duduk di kursi
b)      Panelis secara bergantuan meminta CK/CR untuk menceritakan latar belakang
       kehidupannya sampai akhirnya tiba hari ini di UPT Rehsos ANKN Surabaya.
       Pertanyaan hendaknya sampai menyentuh perasaan CK/CR. Bisa dengan cara halus
       atau suara tegas.
c)       Jika memungkinkan, CK/CR sampai menangis menyesali perbuatan masa lalunya. Oleh karena itu, para panelis harus jeli memilihat momentum yang dapat membuat CK/CR menangis.
9)      Membuang blind full
a)      Setelah emotional interview, CR/CK dibawa ke tengah dinning hall dikelilingi seluruh staf dan residen lain dengan cara melingkar sambil perpegangan tangan
b)      Instruktur berkata “aku buka blind full kamu, tapi mata kamu jangan dibuka dulu,
     ulurkan lenganmu dan genggam blind full kamu dengan erat, aku hitung sampai 3, buang blid full kamu sejauh-jauhnya, seolah-olah membuang masa lalumu yang kelam dan siap menyongsong masa depan”.
c)       Setelah instruktur membuka blind full CR/CK, kemudian memberi aba-aba “1 … 2 …   3 …”.
d)      Pada hitungan ke 3 CK/CR membuang blid full sejauh-jauhnya sambil membuka mata.
   Bersamaan dengan terbukanya mata CK/CR, semua yang mengelilingi CK/CR bersama-sama menyanyikan lagu He is My Brother diiringi kaset/CD.
e)      Sambil terus bernyanyi, instruktur memperkenalkan yang ada dalam circle 1 per satu
    kepada CK/CR, yang diperkenalkan menyalami CK/CR sambil memberikan motivasi tambahan. Misalnya “Selamat dating Rano di UPT Rehsos ANKN, ayo kita bersama saling membantu!”, serta ucapan motivasi lainnya.
f)       Setelah semua yang ada di dalam circle diperkenalkan satu per satu, dilanjutkan dengan
      ritual meniup lilin.
10)   Tiup lilin
a)      Lilin yang menyala dan walking paper ditempatkan di depan CR
b)      Instruktur berkata “Rano …, sekarang di hadapan kamu ada lilin yang menyala, menurut kamu apa arti lilin yang menyala?”
c)       CK/CR menjawab berdasarkan persepsinya.
d)      Setelah CK/CR menjawab, instruktur memberikan arahan sebagai berikut “lilin memang memberikan penerangan, namun semakin lama semakin menghabiskan dirinya sendiri. Maka dari itu, sebelum lilin ini habis membakar dirinya sendiri, aku minta entah caranya bagaimana, kamu matikan nyala lilin ini agar ada yang masih tersisa. Apakah lilin ini mau kamu tonjok, ditiup atau cara apapun, yang penting lilin ini harus mati mati sebagai symbol bahwa NAPZA yang selama ini kamu anggap dapat menolong pecandu dalam mengatasi masalahnya, ternyata memakan badan dan karakter positif pecandu sedikit demi sedikit sampai mati. Oleh karena itu, sebelum hal-hal positif dalam diri kamu terkikis oleh NAPZA sampai mengakibatkan kematian, harus dihentikan.
e)      Kemudian instruktur memberikan perintah “1 … 2 … 3 …!”. Lalu CK/CR mematikan
      lilin disertai tepuk tangan semua yang ada dalam circle
11)   Pemberian buddy (pendamping), static konselor, static in charge dan walking paper
a)      Instruktur berkata “sebagai budaya di UPT Rehsos ANKN Surabaya, maka seorang
    pendatang baru akan dibimbing oleh seorang buddy, yang bertugas membimbing dan mengantarkan kemanapun kamu pergi. Kamu boleh bertanya dan minta apapun ke buddy”.
b)      Instruktur menyebutkan nama buddy-nya disertai tepuk tangan circle
c)       Buddy menyerahkan walking paper kepada CK/CR sambil berkata “Ini namanya
      walking paper sebagai pedoman kamu dalam menjalankan program di sini”.
d)      Bubby memberikan walking paper tersebut kepada CK/CR
e)      Kemudian CR/CK dihadapkan pada tulisan cardinal rules (yang sudah ditempel di
     dinning hall) oleh buddy, kemudian buddy mengatakan “Di sini ada beberapa aturan baku yang tidak boleh dilanggar, yaitu …” (buddy membacakan satu persatu cardinal rules)
12)   The end of ritual
a)      Instruktur berkata “kamu sekarang sudah resmi menjadi family (keluarga) di UPT
      Rehsos ANKN Surabaya, oleh karena itu kita harus saling bantu”.
b)      Selanjutnya buddy membawa klien ke dormitory untuk memulai menjalani program

4.       Induction Phase

Merupakan fase yang menjadikan prospect secara formal merupakan residen dan menjalani program rehabilitasi awal dengan menerima walking paper yang berisi filosopi, nilai dan norma TC. Dalam masa ini, residen diberi seorang pendamping dari seorang residen senior yang disebut buddy (buddy system). Buddy ini bertugas sebagai seorang kakak yang memberikan arahan mengenai program dan menemani induction kemanapun pergi.

Lamanya menjalani fase induction ini tergantung pressure dari buddy dan growth (perkembangan) residen, jadi semuanya relative. Kenaikan fase selanjutnya ditentukan oleh berapa lama induction dapat menghafal walking paper. Jika dalam satu hari bisa hafal walking paper, maka induction atas arahan buddy bisa mengajukan accountability (permintaan dengan reason) untuk naik fase ke younger member pada tahap primary (primary stage). Namun bisa juga lebih dari 1 (satu) bulan. Jadi waktu menjalani fase ini tentative.

Bentuk peringatan atas kesalahan fase induction ini adalah send to (teguran langsung di ruang mayor on duty) tanpa sessi setiap hari (jika ada kesalahan). Hal ini dilakukan mengingat induction adalah orang baru yang memerlukan arahan dan perlindungan, sehingga treatmen yang ditimpakan kepadanya sama seperti memperlaukan anak kecil atau kakak ke adik. Namun bukan berarti induction bisa bermanja-manja, ada tanggung jawab induction yang tidak boleh dilanggar.

INDUCTION RESPONSIBILITIES

a.       Do not walk alone (tidak boleh jalan sendirian)
b.      Always carry along your walking paper (senantiasa membawa walking paper)
c.       Get back to your peers (selalu Tanya dan communicate terhadap teman dan buddynya)
d.      Do not sit alone/isolation (jangan duduk sendirian/mengisolasi)
e.      Always do through chain of command (selalu mengikuti dan menggunakan jalur yang ada)
f.        Always be punctual (selalu tepat waktu)
g.       Attend all group in the house (selalu mengikuti group/sesi yang ada)
h.      Keep your livingroom and personal items clean and tidy (selalu menjaga kebersihan ruangan dan barang-barang pribadinya dalam keadaan rapi)
i.         Bring pull up, elaborate in morning meeting (membawa pull up dan menjelaskannya di
      morning meeting)
j.        Drop slip, encounter slip (Gunakan tools encounter setiap minggu)
k.       Confrontation on the floor (Berteguran satu sama lain)
l.         No war stories (Dilarang bercerita pengalaman ketika masih memakai NAPZA)
m.    No vulgar words (Dilarang menggunakan kata-kata kotor dan tidak sopan)
n.      No violent or physical contact (Dilarang menggunakan kekerasan atau kontal fisik)
o.      No threat or violence (Dilarang mengancam orang lain)

5.       Primary Stage

Merupakan tahap dimulainya program perubahan pola pikir, pola rasa dan pola tindak residen. Tadinya pola mereka adalah pola junkie (pecandu) yang serba negatif, dalam proses ini berusaha dibalikan ke arah positif sebagaimana individu berpikir, berasa dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum dan budaya. Alat perubahnya adalah segala yang ada di walking paper (cardinal rules, filosopi, tools of the house, dll) dengan bantuan komunitas mereka.

Tahap ini dibagi dalam 3 fase, yaitu:

a.       Younger member

Setelah lulus dari fase induction, residen statusnya menjadi younger member atau anggota muda yang sudah tidak lagi memegang walking paper, juga sudah lepas buddy, mulai harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Koreksi terhadap cara berpikir, berasa dan bertindak mulai dilakukan, yaitu memakai confrontation dan pull up. Demikian pula dengan sidang kesalahan (sessi) mulai diterapkan, namun sessi dan konsekuensi yang diterapkan masih bertaraf ringan serta penuh pemakluman. Sessi  send to hanya diterapkan pada fase induction, sedangkan untuk younger member sessi yang diterapkan biasanya spoken to, dan jika kesalahan yang sama berulang baru diterapkan dealth with. Namun jika ada kejadian yang istimewa, maka sessi dan konsekuensi yang lebih berat bisa dilakukan. Tapi, kejadian tersebut sangat jarang terjadi.

Fase ini biasa dilalui sekitar 1-3 bulan (TC baru 1-2 bulan). Jika yang bersangkutan merasa sudah siap untuk naik fase ke tahap selanjutnya, maka residen bisa mengajukan accountability (permohonan dengan alasan) untuk naik ke middle peer. Evaluasi dilakukan para staf atas accountability tersebut melalui sessi. Dalam sessi dilakukan voting. Keputusannya hanya dua, deserve (layak naik) atau rejected (ditolak). Deserve, berarti residen layak untuk menjadi anggota middle peer. Rejected, berarti residen ditolak untuk naik ke level selanjutnya. Keputusan diterima atau ditoaknya residen menjadi anggota yang lebih tinggi, berdasarkan maksud-maksud tertentu dengan tujuan yang baik bagi residen.

Privilege younger member: receive phone call with screener, make phone call with screener, day with companion.

b.      Middle peer

Secara harfiah berarti anggota menengah, atau dalam diskursus TC disebut “keluarga” yang kedudukannya dalam rumah (facility) memiliki kedudukan di tengah. Dalam fase ini biasanya sudah diberikan kepercayaan untuk memegang status (hirarkhi structural dalam rumah), yang merupakan salah satu taktik atau strategi untuk mem-follow up issue-issue atau personality yang berusaha diperbaiki. Jadi, penempatan seseorang dalam satu status di rumah (status holder) memiliki tujuan tertentu yang spesifik bagi kebaikan residen tersebut berdasarkan evaluasi dari staf.

Sessi yang diterapkan sudah mulai beragam, terantung dari kesalahan yang dibuat. Pada fase ini residen mulai memperlihatkan tabiat aslinya, pelanggaran yang dilakukan mulai berat, maka sanksi yang dijatuhkanpun semakin meningkat. Hal ini juga disebabkan karena pertimbangan bahwa, ketika seseorang memegang jabatan structural, maka tidak layak baginya untuk berbuat kesalahan karena dia sudah menjadi role model bagi residen lainnya. Kesalahan yang sama namun beda status sanksinya akan berbeda. Residen yang telah memegang status holder akan menerima sanksi yang lebih berat dari residen dengan keanggotaan yang lebih rendah.

Teguran (pull up dan confrontation) bagi residen yang memegang status biasanya tidak dilakukan di floor, tetapi  tersembunyi, dengan maksud untuk menjaga pride (kewibawaan) residen tersebut.

Fase ini bisa dilalui 1 minggu. Namun secara umum 1 – 3 bulan (TC baru 1-2 bulan), tergantung motivasi atau perkembangan residen. Jika diri sendiri merasa sudah layak untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, maka yang bersangkutan mengajukan accountability untuk naik tingkat ke older member atau keluarga di primary stage yang paling senior.

Privilege middle peer/member: day alone, receive phone call, make phone call, day with peer.

c.       Older member

Merupakan fase akhir dari primary stage, dilalani sekitar 1-3 bulan (TC baru 1-2 bulan). Jabatan yang dipegang (status holder) fase ini semakin tinggi  namun sanksi yang diberikanpun semakin berat. Tetapi, jika perkembangan baik diperlihatkan oleh residen, maka fase yang dilaluipun semakin singkat, sehingga residen bisa mengajukan accountability untuk naik ke rehabilitasi tahap  lanjutan, yaitu re-entry.

Privilege older member: make phone call, receive phone call, day alone, weekend with peer, weekend alone

d.      Daily schedule primary stage

TIME
ACTIVITIES
04.30
Shubuh prayer
05.00
Wake up call all family
05.10
Open house
07.00
Wash up
07.30
Breakfast
08.45
Morning meeting/morning briefing
09.45
Function meeting
10.00
Start function
11.30
Follow up function
12.00
Dzuhur prayer
12.30
Lunch
14.00
Group therapy
15.00
Ashar prayer
15.30
Recreation and sports
17.00
Wash up
17.30
Maghrib prayer
18.30
Isya prayer
19.00
Dinner
20.00
Group therapy
21.00
Evening wrap up
21.45
Running closing house
22.00
Curvew and closing house

e.      Group schedule primary stage

DAY
TIMES
GROUP
Monday
14.00
20.00
Reponsible interactive
Confrontation group
Tuesday
14.00
20.00
Seminar
Static group
Wednesday
14.00
20.00
Encounter group
Religious class
Thursday
14.00
20.00
Discussion
P.A.G.E
Friday
14.00
20.00
Residen meeting
Sharing circle
Saturday
20.00
Saturday night activity
Sunday
20.00
Weekend wrap up


6.       Re-entry Stage

Pengertian harfiahnya adalah re berarti kembali, entry berarti masuk. Arti secara umum klien dipersiapkan untuk memasuki kembali kehidupan normal di masyarakat. Biasanya facility (rumah) dipisahkan dari facility primary. Hal ini disebabkan karena aturan yang berbeda antara tahap primary dan re-entry. Dalam uraian singkat, jika masa primary disebut stay in work in, maka masa re-entry disebut say in work out.

Pada tahap ini klien diajarkan cara-cara berpikir, berasa dan bertindak yang normative di masyarakat. Setelah fase yang penuh tekanan yang begitu ketat di primary, pada tahap re-entry tekanan mulai dilonggarkan. Buah pikiran, perasaan dan bertindak mulai dilonggarkan sesuai dengan penilaian dia sendiri yang sudah dibentuk sebaik mungkin ketika berada pada tahap primary. Namun, kelonggaran yang diberikan ini tidak serta merta dilakukan secara frontal, tapi dilepas secara bertahap. Maka, dalam  re-entry dikenal pentahapan. Di masing-masing rumah rehabilitasi, pentahapan ini bersifat tentative, disesuaikan dengan budaya local yang terbentuk. Namun, secara umum pentahapan ini meliputi:

a.       Orientasi

Fase ini disebut juga sebagai pre re-entry. Klien dibiarkan untuk menikmati kebebasan setelah sekian lama dalam “kungkungan” primary, namun masih tetap di lokasi facility, belum dibolehkan untuk ke luar facility. Fase ini dilakukan dari 1 sampai 2 minggu dengan maksud membiasakan dengan kehidupan bebas untuk dirasakan.

Fase tanpa kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang berfikir kepada residen mengenai apa yang akan dia lakukan dalam menjalani peralihan masa kebebasan yang sesungguhnya.

Setelah menjalani masa orientasi, residen diharuskan untuk menuliskan rencana kerja untuk kehidupannya. Apakah melanjutkan sekolah, kursus, kerja, membuka usaha sendiri atau “melanjutkan karier” di bidang rehabilitasi NAPZA dengan menjalani “on the job training” sebagai staf di facility dengan menjadi back up atau asisten mayor/staf.

Setelah jelas arah kehidupannya, maka residen yang bersangkutan dapat mengajukan accountability menjalani fase re-entry selanjutnya, yaitu re-entry A.

b.      Re-entry A
Setelah jelas arah yang akan dituju, residen mulai merealisasikan rencana hidupnya, jika akan melanjutkan sekolah, mulai mencari-cari tempat sekolah yang sesuai dengan pilihannya berkonsultasi dengan keluarga. Pada proses ini residen hamper selalu didampingi yang pada akhirnya dilepas sedikit-sedikit. Jika sudah mantap, maka residen naik menjadi re-entry B. Demikian pula jika residen berniat menuju arah kehidupan lain seperti bekerja atau menjadi back up mayor.

c.       Re-entry B

Residen jauh lebih diberi kebebasan dari fase re-entry sebelumnya. Kontrol sudah lebih longgar, melakukan segalanya sendiri, demikian juga jika ke luar facility tidak didampingi lagi. Sampai akhirnya mereka dapat menjalani aftercare (pembinaan lanjut).

7.       Aftercare

Setelah rehabilitasi dilakukan secara residensial (dalam panti), maka tiba waktunya terminasi, yang mengharuskan seorang recovering addict (RA) menjalani kehidupan sehari-harinya di luar panti untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (stay out work out).

Namun, meskipun telah menjalani terminasi residensial, bukan berarti pelayanan rehabilitasi terputus setelah RA menjalani aftercare, karena tidak ada jaminan kondisi kepulihan tersebut dapat dipertahankan dan tidak kambuh lagi, sehingga dibutuhkan upaya lanjutan yang terus menerus untuk mempertahankan kondisi keberhasilan yang sudah dicapai tersebut. Maka, bimbingan lanjut merupakan segala upaya atau usaha untuk mempertahankan atau mengembangkan keberhasilan penyembuhan atau pemulihan yang sudah dicapai melalui pengembangan keterampilan hidup yang dimiliki sebagai suatu proses aktualisasi diri sehingga tidak kambuh lagi (relapse) dan dapat hidup mandiri sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Contoh sederhana bimbingan life skills adalah support group seperti narcotics anonymous (NA), family support group (FSG) dan lain-lain.

Ada 3 komponen keterampilan hidup (life skills) dalam aftercare:
a.       Ketrampilan personal (personal skills)
b.      Keterampilan social (social skills)
c.       Keterampilan vokasional (vocational skills)

Dari 3 komponen keterampilan hidup, maka aftercare tidak hanya identic dengan keterampilan vocational saja (seperti bekerja, sekolah, kursus atau kuliah), namun dibutuhkan pula keterampilan personal dan social.

C.      TES URINE

Untuk mengetahui seseorang telah menggunakan NAPZA atau tidak, ada beberapa  cara yang dapat dilakukan, diantaranya:
1.       Melakukan wawancara dengan tersangka, teman atau keluarganya (mengandalkan keterusterangan)
2.       Jika hal tersebut sulit dilakukan, bisa melihat tanda-tanda fisik tersangka serta ciri-ciri emosional dan perilaku lainnya, seperti bekas suntikan di tangan (dengan cara mengisi deteksi dini seperti form yang dilampirkan)
3.       Namun, dua cara tersebut masih bisa disangkal, maka cara lanjutan adalah dengan melakukan tes laboratorium. Biasanya dengan memakai sampel darah dan atau urine. Kelemahan tes urine adalah memiliki masa kadaluarsa sejak pertama pemakaian NAPZA.  Masa kadaluarsa (alat tidak lagi dapat mendeteksi NAPZA) tergantung dari jenis, konsentrasi dan lamanya pemakaian zat. Hasil yang lebih akurat (terinci) dan last longer (pemakaian NAPZA masih dapat diditeksi walaupun telah menggunakan selama bertahun-tahun) dengan memakai preparat tes darah. Kelemahannya adalah alat dan cara untuk mendapatkan bukti tersebut tergolong sangat mahal.
4.       Maka, bagi sebuah rehabilitasi ketergantungan NAPZA, tes yang paling praktis adalah dengan
       memakai wawancara, berpedoman pada deteksi dini serta memakai alat tes urine.
5.       Alat tes urine sendiri ada beberapa macam. Ada alat tes urine yang hanya dapat mendeteksi satu
      golongan, dua golongan, sampai paling banyak 5 golongan NAPZA, yaitu golongan amphetamine (shabu, ekstasi, methampethamine, dll), methadone, THC/asam karbosilat (ganja/marinol, LSD, dll), morphine (heroin/putauw, codeine, dll) serta benzodiazepine/BZO (pil koplo/dextro/pil kirik, valium, rohypnol, Ativan, dll).

CONTOH ALAT TES URINE




Contoh : Alat tes urine 5 katagori dalam packing utuh

Contoh : Isi dari alat tes urine 5 katagori, yang telah dipakai



D.      ISTILAH DAN PENGGOLONGAN NAPZA/NARKOBA
Seringkali kita mendengar istilah NAPZA, NARKOBA, narkotika, alkohol dan lain-lainnya. Kadang membingungkan.

NAPZA sama dengan NARKOBA merupakan akronim atau singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat (bahan) adiktif lainnya. Akronim NAPZA digunakan di kalangan kesehatan, sementara akronim NARKOBA digunakan di kalangan kepolisian.

Penggolongan narkotika, psikotropila dan zat (bahan) adiktif lainnya didasarkan atas pengaruh yang ditimbulkannya. Pengertian lebih jelasnya sebagai berikut:
            1.       Narkotika
            Adalah zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintetis/semi sintetis) yang  
            dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa (sakit, sedih, 
            gembira) dan dapat menimbulkan ketergantungan. Misalnya opiate, heroin, codeine, zat
            halusinogen (ganja), angel dust, zat penenang (valium), dll.
           2.       Psikotropika
            Adalah zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintetis/semi sintetis) bukan
            narkotika, yang berkhasiat psikoaktif yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
            mental dan perilaku. Misalnya ekstasi, shabu, kokain, dll
           3.       Zat (bahan) adiktif lainnya
           Adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan  
           ketergantungan. Misalnya alcohol, kopi, rokok, solvent, dll.
     Pengaruh yang ditimbulkan NAPZA/NARKOBA dibagi 3 golongan:
           1.       Stimulan
            Memberi pengaruh terhadap pemakaiannya menjadi aktif. Golongan NAPZA/NARKOBA yang
            dapat mengakibatkan pengaruh tersebut adalah yang termasuk golongan amphetamine
            (ekstasi/MDMA, shabu, dll), methampethamine (dexies, uppers, dll), dan kokain
            (coke/benzoylegonine, dll)
            2.       Depresan
            Memberi pengaruh terhadap pemakainya menjadi rileks, santai, tidak sakit. Golongan
           NAPZA/NARKOBA yang dapa mengakibatkan pengaruh tersebut adalah yang termasuk golongan             opiate (opium, heroin/putauw, morphine, codeine, methadone, dll), barbiturate (luminal, seconal,
            neoderm, dll), benzodiazepine (pil koplo, Ativan, rohypnol, valium, dll)
            3.       Halusinogen
            Memberi pengaruh terhadap pemakainya berhalusinasi. Golongan NAPZA/NARKOBA yang
            dapat mengakibatkan pengaruh tersebut adalah golongan cannabinoid (THC, LSD, ganja, dll),  
            phencyclidine (angel dust, crystal cyclone, PCP-HOC, dll)










No comments:

Post a Comment